Kritis Bukan Berarti Rasis

Dalam postingan kali ini saya ingin mengangkat hal yang lebih serius dari biasanya. Dilandasi ‘kegelisahan’ saya ketika membaca beberapa artikel blog sahabat dan beberapa forum yang mengangkat topik  tentang hal-hal yang berkaitan dengan keberagaman agama. Topik-topik yang diangkat disana begitu menarik, informatif dan bahkan inspiratif. Tapi yang membuat saya gelisah adalah hampir dari semua renponse terhadap topik yang membahas tentang agama ini ko’ cenderung mengarah pada tindakan rasis, yang justru membuat topik itu menjadi ajang ‘pertengkaran’ bahkan saling menghina antar etnis atau penganut (agama) satu sama lain. Harusnya kan ini dijadikan sebagai tempat bertukar pikiran atau berdiskusi, agar kita sebagai masyarakat yang hidup di negara yang memang penuh dengan perbedaan (etnis dan agama) ini bisa lebih saling mengerti dan saling menghargai satu sama lain.

Memang sih dalam satu tempat atau kesempatan pasti akan ada saja pihak yang memanfaatkan situasi untuk berusaha mem-provokasi keadaan, tapi tidak seharusnya juga kita menyikapinya secara frontal, karena itu justru akan menambah keruh situasi. Oke saya juga mengerti, siapa sih yang tidak sakit hati jika agamanya dihina oleh pihak lain?, jangankan anda, saya juga pasti akan berang ketika agama saya dihina, karena secara tidak langsung itu merupakan penghinaan terhadap saya sendiri. Nah jika itu terjadi pada kita, apakah kekerasan (secara verbal atau fisik) itu adalah satu-satunya cara menyelesaikan masalah?, tentunya tidak kan?, pasti ada cara yang lebih baik daripada sekedar ‘gontok-gontokan’.

Dalam kolom komentar pada salah satu artikel yang saya baca, saya mendapati seseorang yang bercerita jika dia sering mengalami tindakan diskriminasi oleh pihak tertentu. Karena dia merupakan etnis/agama minoritas dilingkungan tersebut, dia kerap kali mendapat ejekan dari beberapa orang yang memang berbeda agama dengannya. Lalu dia menulis pertanyaan “...ada apa dengan ajaran ‘agama anda’, dan apa yang salah dengan ‘agama saya’, sehingga saya harus diejek seperti itu???”(dia menyebutkan nama Agama, saya ganti dengan ‘agama anda/saya’) . Jika pertanyaanya seperti itu, maka akan menjadi seakan-akan memang agama lah yang salah, padahal pada dasarnya setiap agama tentunya akan mengajarkan kebaikan dan tidak akan mengajarkan umatnya untuk melakukan hal yang salah. Mungkin pertanyaan yang tepat adalah seperti ini “...ada apa dengan Orang itu, dan apa yang salah dengan saya, sehingga saya harus menerima ejekan darinya???” . Yang menjadikan citra satu Agama menjadi buruk adalah ulah pemeluknya itu sendiri yang sama sekali tidak memahami ajaran Agama yang dia anut. Jadi marilah kita menjadi ‘wakil’ yang baik untuk agama masing-masing.

Saya sedih jika mendengar berita tentang kerusuhan atau pertikaian karena alasan perbedaan etnis dan agama. Ayolah Bung...arti Agama tidak sedangkal itu sehingga dijadikan pantas untuk diributkan, bukankah Agama itu ada untuk menyelamatkan manusia agar hidup dalam damai?!.

Terlepas dari berbagai masalah politiknya, saya merasa sangat beruntung karena tinggal di Negara yang sangat menghargai perbedaan. Harusnya Indonesia ini bisa menjadi contoh untuk negara lain karena walaupun Negara kita ini terdiri dari beragam sekali Suku, Etnis, Agama, Bahasa dan Budaya toh sampai saat ini Negara kita bisa tetap utuh. Coba deh berkaca dari sejarah India saat terlepas dari Inggris, mereka sempat mengalami ‘perpecahan’ karena Umat Muslim yang merupakan kaum minoritas merasa takut mengalami diskriminasi dari kaum mayoritas, lalu merekapun pergi dari India dengan cara yang menyedihkan karena mendapat cemoohan dan mendirikan Negara sendiri yaitu Pakistan. Nah kita tidak harus mengalami kejadian itu, dan sekarang kita harus berusaha menjaga supaya kejadian itu tidak menimpa Negara kita. 

Saya punya teman berbeda agama bernama Chichi, dari namanya mungkin anda akan berpikir dia adalah keturunan China, tapi bukan, dia orang pribumi yang berasal dari Cirebon. Saya sering berbagi cerita dengannya, dan satu ketika dia pernah cerita tentang daging babi yang menurut dia rasanya jauh lebih enak dari daging sapi. Karena saya seorang Muslim, saya hanya bisa angguk-angguk saja, karena bagaimanapun saya tidak akan mencicipinya karena bagi Umat Muslim, daging babi haram dikonsumsi. Dan sebaliknya, sayapun suka bercerita tentang Islam, tentang kenapa Shalat diwajibkan bagi Muslim, kenapa harus berpuasa di bulan Ramadhan dan lain-lain. Dengan sharing seperti itu kita akan mendapat pengetahuan baru tentang apa yang belum pernah diajarkan pada kita, dan itu akan membuat kita semakin respect menghadapi perbedaan. Jadi jika perbedaan itu bisa dibuat menjadi indah, kenapa harus buang waktu dan tenaga untuk meributkannya?!.

Kita memang harus kritis dalam memandang satu permasalahan, tapi kita juga harus cerdas dalam menyikapinya. Sikap Frontal yang tidak pada tempatnya hanya akan membuat kita terlihat seperti orang yang tidak beragama. Mari cerdaslah dalam menyikapi perbedaan, karena Kritis bukan berarti Rasis.

Untuk sahabat yang kurang sependapat dengan tulisan saya silahkan untuk menyampaikannya di kolom komentar, agar saya mengetahui kelemahan cara berpikir saya. Dan untuk sahabat yang setuju dengan saya, silahkan coblos foto profil saya dengan paku, dan resikonya layar monitor andapun akan segera meninggal hehe...:D

Terima Kasih. :)

34 komentar:

  1. sumpah ane setuju bngt gan ama artikel ini, nice!

    BalasHapus
  2. Saling menghargai sesama dan ga membedakan ras dan agama, kan nyaman terasa...

    BalasHapus
  3. Saya mempunyai satu pengalaman terkait sebuah tulisan yang saya publish. Pernah satu tulisan yang saya buat dan publish di website lain ( diluar blog saya ) mendapat tanggapan yang sangat banyak ( dari biasanya yang hanya beberapa atau bahkan tidak sama sekali ). Sayangnya, dari tanggapan yang masuk justru tidak akhirnya mengabaikan apa yang ingin saya sampaipkan. Mereka ( para komantator ) saling hujat, saling tuding. Hal ini membuat saya prihatin. Saya sudah berkali-kali cek termasuk meminta pendapat dan membandingkan dengan beberapa sumber, tidak ada hal yang bisa dikatakan kesalahan besar terdapat dalam tulisan tersebut, tapi sepertinya tulisan tersebut sengaja dimanfaatkan untuk menyampaikan pendapat mereka yang menurut saya tidak lain justru menunjukan sisi buruknya sendiri. Alangkah lebih indahnya bila kita tidak setuju dengan pendapat sebuah tulisan, buatlah tulisan sanggahan tanpa harus saling menuding, saling menjatuhkan, mengganggap dirinya dan pendapatnya yang paling benar. Bukankah kita tidak selalu benar dan tidak selalu pintar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah yang saya temukan. Tanggapan yang ditulis justru meleset dari apa yang dimaksud pada topik yang dibahas. Dengan nada yang begitu 'lantang' mereka menyampaikan pendapat yang menurut saya jauh dari ajaran, yang justru membuat dirinya dan pahamnya sendiri terkesan SESAT. Tapi saya merasa sejuk ketika ada diantara 'para frontal' terselip pribadi yang memberikan pendapat dengan penuh etika dan maksud yang tepat.
      Dan karena kita tidak selalu benar dan tidak selalu pintar, sudah seharusnya kita selalu menghargai pihak lain. Terima Kasih :)

      Hapus
  4. Dalemmm.., :),

    tdk melakukan tindakan anarkis kpd siapa sj termasuk kpd agama apa sj.., itu adalah ajaran yg universal yg diajarkan dlm semua agama..,

    TAPI menyakini bahwa agama selain islam adalah sesat dan tdk diterima oleh Allah itulah adalah Keyakinan yang HAQ/benar.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Diatas, saya ingin membahasya secara universal.

      Setiap penganut agama pasti meyakini bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar. Dan sebagai Muslim, saya yakin jika agama Islam adalah agama yang paling benar.
      Terima kasih :)

      Hapus
  5. bener kang ara, padahal aku lebih suka yang berbeda beda tapi tetap satu jua "bhineka tunggal ika"......untuk idonesia kita...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, indah yah kalo damai...merdekaa!!! hehe...Tarima kasih Om. :)

      Hapus
  6. semoga senantiasa damaimenyelimuti kehidupan kita. amin :)

    BalasHapus
  7. sangat menarik sobat...

    Kritis boleh saja yang penting tidak anarkis sobat...

    BalasHapus
  8. jarang tapi yang mau berpikir demikian gan. entah karena kedewasaannya yang kurang atau apa, kadang si kita ga mikir ya, kaum agama tertentu memang boleh jadi minoritas di sni. tapi bukan ga munkin islam jadi minoritas di dunia luar, seharusnya kita saling menghargai dengan demikian saudara kita pun akan di hargai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, kepedulian pada sesama juga dapat mendidik kita untuk menjadi lebih dewasa dalam berpikir. Terima kasih :)

      Hapus
  9. sebenarnya kita harus berbangga dengan keaneka ragaman, harus mencari persatuan karena semboyan kita yang bineka tunggal ika, tapi kenapa ko ini ada masalah dikit justru jadi permusuhan ya. ? semoga pada baca postingan agan. biar pada sadar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin cenderung terbawa oles situasi dan kondisi, dengan kata lain 'hanya ikut-ikutan saja' tanpa mengerti masalah sebenarnya. :)

      Hapus
  10. Hehee, iya, tuh. Krisis bukan berarti Rasis. Hoho :-D

    BalasHapus
  11. kita yang mudah di hasut atau pola pikir kita yang masih rendah ya sebenarnya? harusnya perbedaan kan menjadi hikmah. bukan begitu gan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, mungkin kitanya yang harus selalu belajar mengendalikan emosi :)

      Hapus
  12. Nah...itu dia, saya sepakat dengan anda. Humanis Universal adalah bentuk pengamalan dari toleransi, dan betul, itu bukan berarti tak ber-Tuhan :)

    BalasHapus
  13. Dari judulnya saja bener² menarik untuk dibaca sob...

    Nice share...
    Say No To Racism... :)

    BalasHapus
  14. Perbedaan itu Indah....jangan sampai perbedaan ini menjadikan kita terpecah belah...Kita semua ingin maju tentunya so Bersatulah...SAY NO TO RACISM...

    BalasHapus
    Balasan
    1. MERDEKA!!! haha...semangat Bung Tomo!!! :)

      Hapus
  15. setuju banget mas Rud. Sebagai orang Islam saya berpegang kepada salah satu ayat dalam surat Al Baqarah "Laa ikraa hafidzin" yang artinya tidak ada paksaan dalam agama. Secara logika, Allah SWT mampu menjadikan manusia dalam satu agama atau golongan, realitanya kita sekarang terdiri dari berbagai agama dan golongan. Kenapa begitu ?Karena Allah SWT berkehendak seperti itu dan sekaligus bukti bahwa Allah SWT itu sangat demokratis. Manusia diberi kebebasan memilih dengan konsekuensi ditanggung oleh masing-masing. Jadi kalau Allah SWT sendiri sudah memberi kebebasan memilih, untuk apa pula kita saling melecehkan satu sama lainnya. Tokh yang berhak menghakimi urusan agama dan keyakinan bukan lah manusia, tapi Allah SWT sendiri pada hari penghisaban...salam damai buat semua :-)

    BalasHapus
  16. oh ya satu lagi ketinggalan...saya nggak mau mencoblos foto profil mas Rudy daripada LED laptop saya ikut bolong...hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sangat setuju dengan pendapat Mas Danis.
      Untuk urusan mencoblos, sebaiknya tidak usah dilakukan, karena memang kita sering mencoblos pihak yang salah haha...terima kasih Mas Danis :)

      Hapus