Cerita Dalam Obrolan

Gambar: Google
Seseorang yang menjadi favorit saya untuk dijadikan lawan ngobrol adalah Ua ('Ua' merupakan panggilan untuk kakaknya Orang Tua dalam bahasa sunda). Saat ngobrol dengan saya, gaya bicara, bahasa yang digunakan, suasana cair yang diciptakannya selalu Ia sesuaikan dengan orang seumuran saya, sehingga saya tidak pernah merasa bosan dan tetap merasa nyaman ngobrol dengannya, sampai-sampai tanpa disadari saya bisa ngobrol berjam-jam dengannya, walaupun dengan topik pembicaraan yang cukup 'berat'. Selain itu, selalu saja ada hal baik yang bisa saya ambil dari setiap kata-katanya. Anyway, He's a cool old man :D.

Seperti saat saya terakhir kali mengunjungi rumahnya beberapa waktu lalu untuk bersilaturahmi. Seperti biasa kami ngobrol ngalor-ngidul  dengan semangat, maklum sudah hampir satu tahun saya berkunjung kerumahnya. Dalam kesempatan itu juga saya manfaatkan buat curhat soal rencana-rencana saya kedepan.

Ada satu cerita Ua yang membuat saya tertarik waktu itu. Ia bercerita tentang kisah perjalanan hidup seseorang yang Ia sebut sebagai Pak Haji. Jadi kurang lebih begini ceritanya:

Pak Haji ini adalah seseorang yang berasal dari keluarga sederhana. Sejak masih muda Ia sudah terbiasa mandiri dan bekerja keras. Itu semua dia buktikan dengan selalu berusaha sebisa mungkin untuk tidak 'menyusahkan' kedua orang tuanya. Setidaknya untuk membiayai hidupnya sendiri, Ia telah mencoba berjualan beberapa macam komoditas barang.

Yang paling menarik untuk saya adalah ketika Ua menceritakan bahwa Pak Haji pernah berjualan daun Kawung dalam waktu yang cukup lama. Daun Kawung adalah bahasa sunda dari daun Aren. Pada waktu itu daun Kawung ini banyak dipergunakan oleh para perokok sebagai pembungkus lintingan tembakau untuk mereka hisap, semacam kertas rokok pada jaman sekarang.

Pada awalnya Pak Haji berjualan daun Kawung dengan cara dipikul. Berangkat pagi dari rumah untuk berkeliling perkampungan untuk menawarkan barang dagangannya, lalu pada siang sampai sore hari Ia menjajakan barang dagangannya dikeramaian kota, tepatnya didepan sebuah toko Cina, disanalah Ia biasa mangkal.

Karena kerja keras dan ketekunannya, usaha Pak Haji pun semakin berkembang, hingga ia mampu sewa bangunan kecil dipinggir jalan sebagai tempat Ia jualan. Sedikit demi sedikit, Ia mengumpulkan hasil usahannya.

Waktu terus berjalan, dan pamor daun Kawung sebagai pembungkus linting tembakau pun semakin surut tergerus oleh semakin populernya pembungkus tembakau yang lebih modern yang terbuat dari kertas. Lalu penjualan daun Kawung Pak Haji pun semakin lama semakin menurun. Dan akhirnya Ia pun memutuskan untuk menekuni bisnis lain.

Dengan memperggunakan sedikit dana tabungan yang Ia kumpulkan selama menjual daun Kawung, Pak Haji pun beralih membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual kain. Dengan ilmu yang tidak begitu Ia pahami dalam usaha barunya ini, Ia mulai kembali dari awal. Pasang surut dan jatuh bangun dalam usaha pun Ia alami. Tapi sekali lagi, kerja keras dan ketekunan yang dimilikinya, Ia tetap bisa bertahan dan tetap berusaha untuk membuatnya lebih baik lagi.

Singkatnya, usaha Pak Haji dalam bisnis kain itu pun mengalami peningkatan pesat. Toko kain yang kecil itupun berubah menjadi grosir lengkap. Dan Pak Haji pun menjadi pribadi yang disegani dan sangat dihargai karena sifatnya yang dikenal selalu rendah hati.

Lalu Ua bercerita lagi "...satu hal yang harus kamu pelajari adalah, Pak Haji itu juga selalu menerapkan sikap disiplin mulai dari hal terkecil, contohnya dalam merapikan uang, Ia selalu merapikan uang dengan susunan sama muka dan jangan sampai ada yang sudut ujung uang yang terlipat (uang kertas), posisi dan susunan harus sempurna, selain itu uang harus di-set dalam jumlah bulat (semacam uang Rp.10.000,- harus di-set 10 lembar menjadi Rp.100.000,-), dan jika seseorang pelanggar poin diatas, maka Ia akan marah...". Saya hanya gedek-gedek mendengar cerita Ua yang satu ini.

Tapi memang masuk akal juga sih...jika kita sudah terbiasa disiplin dengan hal-hal kecil, maka kita akan tahu bagaimana cara menyikapi hal-hal yang lebih besar. Dan akhirnya saya mendapat pesan tentang kerja keras, ketekunan dan disiplin dari cerita Ua.

Iya deh Ua, semoga saya bisa menjadi seperti itu, dan lain kali semoga kita bisa ngobrol lagi ya...! :D.


7 komentar:

  1. banyak pelajaran yang dipetik dari cerita ini kang ara :)

    BalasHapus
  2. Betul gan, kita memang harus membiasakan sejak diini disiplin yah walaupun dah tua tapi ya coba ajalah :)

    BalasHapus
  3. disiplin memang penting. ini membuat hidup kita lebih teratur

    BalasHapus
  4. ..semua itu kata kuncinya hanya satu..DISIPLIN !!!

    BalasHapus
  5. wah kalau di siplin uang, saya ga sampe menyusun uangnya. tapi saya disiplin mengunakan mana uang untuk jajan, mana yang untuk bisnis. jadi ga ketuker, kalau ketuker, bisa rugi dong. heheh.

    BalasHapus