Children See, Children do

Saya belum menikah, apalagi punya anak, jadi saya belum pernah merasakan gimana rasanya mengurus seorang anak. Tapi ketika saya memperhatkan sekitar, saya bisa membayangkan dan sangat yakin kalau mengurus anak itu pasti 'ramai rasanya'.

Tanggung jawab kita sebagai orang dewasa (terutama Orang Tua) untuk mendidik dan membentuk karakter, sifat dan sikap seorang anak, ya pastinya semua sudah mengerti itu. Tidak tahu wajar atau tidak, atau mungkin karena saya ini memang KEPO, ketika saya bertemu atau berinteraksi dengan anak-anak, saya cenderung selalu membandingkan karakter mereka, dari cara mereka berbicara, cara berinteraksi dengan sebaya dan dengan orang yang lebih tua, gestur, kebiasaan, dan tingkat pemahaman si anak terhadap apa yang saya sampaikan.

Beberapa waktu lalu saya dikejutkan oleh seorang anak usia 4 tahunan yang sedang asyik merokok. Oke, mungkin ini bukan hal yang baru, tapi bagi saya itu adalah pengalaman pertama kali melihatnya secara langsung. Dan ada juga anak yang menurut saya dewasa sebelum waktunya. saat anak itu berbicara, selalu ada saja topik yang yang mengarah pada hal-hal yang bernuansa sex, padahal anak seumurnya kebayakan belum mengerti apa itu bersetubuh, berciuman, pacaran, lesbi dan lainnya,  (gak tega lagi nyebutinnya hehe...). Itu hanya beberapa contoh saja.

Lalu mental KEPO sayapun timbul lagi, saya berusaha memperhatikan lingkungan terdekat si anak (walaupun saya gak sampai bawa kaca pembesar segala), dan ternyata memang apa yang dilakukan orang dewasa di lingkungan si anak tersebut tidak berbeda dengan apa yang dilakukan si anak. Nah disini kita tinggal membalikannya, berarti si anaklah yang mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa disekitarnya.

“Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Lha kalo guru kencing berlari, mungkin murid akan kencing sambil lompat-lompat kali yak?. Dan yang lebih mengkhawatirkan kalo gurunya kencing sambil lompat-lompat, kemungkinan besar si murid akan kencig sambil salto...kasihan kan?.

Oke lah ya, saya juga sadar masih memiliki banyak kekurangan dalam bersikap, kadang masih kekanak-kanakan, tapi dengan contoh yang pernah saya lihat, semoga ini akan menjadi pembelajaran bagi saya tentang bagaimana seharusnya bersikap di depan anak-anak, dan pelajaran bagi saya dalam mendidik anak jika kelak mempunyai anak.

Baiklah, ini hanya uneg-uneg saya saja kok, saya yang seorang yang belum banyak tahu tentang mendidik anak. Dan kepada Abang-abang dan Mbak-mbak ku yang lebih berpengalaman, saya mohon tergurannya jika ada ungkapan saya yang tidak tepat. Terima kasih.

64 komentar:

  1. mendidik anak itu seni yang menantang. kertas putih itu, terserah kita mau nulisin apa di atasnya. baik buruk si anak sangat tergantung orang tua dan lingkungan yang ada di sekitarnya. maka selain mendidiknya, kita tentu harus mengawalnya untuk tetap berada di lingkungan yang baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju one hundred percent dengan Zachflazz. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar mereka. Mendidik anak jauh lebih kompleks. Saya salut dengan mas Rudy yang perduli dengan anak anak, dan sudah merasakan sensai mengurus anak dari sekarang.

      Saya melihat sudah ada sifat "ayah" dan "kebapakan" dari diri mu, dan ini pertanda yang baik. Sifat ngemong dan dewasa sudah terlihat dari aura dirimu. Duile bahasanya hiheihiehiheiee

      Hapus
    2. @Mas Zach: "mendidik anak itu seni yang menantang", saya senang dengan ungkapan itu, makasi mas atas tambahannya, itu ilmu tambahan untuk saya :)

      @Kang Asep: Hehe makasai ya Kang, ini berasal dari keresahan saya terhadap kejadian yang saya lihat. Dan setelah itu saya jadi berpikir, bagaimana jika kejadian itu terjadi pada anak saya kelak, miris Kang :)

      Hapus
    3. miris memang. pendidikan keluarga sudah kita ajarkan, anak-anak juga sudah dingajikan, tapi begitu pengaruh lingkungan yang dirasakan menarik itu datang, kita bisa saja kecolongan tanpa bisa berbuat apa-apa.

      itu yang kemudian membuat saya berfikir, untuk memutuskan salah satu dari kami sebagai orang tua untuk berkorban, dan memilih eksis di rumah, demi anak-anak.
      itu pilihan sulit, tapi harus saya ambil. istri saya akhirnya mengalah dan lebih memilih menjadi pendamping anak-anak di rumah. demi sebuah idealisme pendidikan anak-anak. (ini sekedar brainstorming saja untuk Mas Rudy)

      Hapus
    4. Sya juga prihatin bgt sob..terutama di perkotaan..anak di bwh umur..nangkring nya pada di warnet..tanpa adanya pengawasan..situs2 liarpun merela jajal satu2... Huf..

      Hapus
    5. @Mas Zach: Iya Mas, makasi banget, sharring dan pendapat seperti inilah yang saya perlukan, sehingga saya mempunyai gambaran bagaimana cara orang-orang cerdas mendidik anak-anak mereka :)

      @Mas Budi: Nah, disini sangat dituntut bagi oprator warnet untuk membatu menjaga anak-anak dari sisi buruk internet. Pihak Warnet harus memiliki aturan khusus untuk anak-anak dibawah umur, contohnya pembatasan waktu, dan monitoring yang sangat ketat pada anak-anak. :)

      Hapus
    6. kayaknya omongan om zach dan om asep bisa jadi peljaran buat ane nih. tapi itu kok umur 4 tahun kelakuaannya seperti itu ya, parah banget :|

      Hapus
    7. @Hzndi: Buat saya juga gitu sob :)

      Iya saya juga gak ngerti kenapa anak itu bisa kayak gitu, dan yang saya heran ORTUnya asik asik aja tuh -__-"

      Hapus
    8. dan saat kita berbicara sama istri yang mungkin agak "nakal", hati-hati, itu akan melekat di pikiran anak-anak, lamaa sekali.
      harus berhati2 mengatur pembicaraan, hehe

      Hapus
  2. sebenarnya ga susah kok, karena anak juga manusia yang bisa belajar mandiri, hehe...
    tapi memang anak sekarang rada susah diarahin. perubahan jaman menuntut orang tua harus berubah juga dan tidak terlalu arogan menganggap mereka ane yang bikin. memaksakan kehendak malah membuat anak cuma nurut di rumah doang, begitu keluar kaya kuda lepas dari kandang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul ya Mas, sebaiknya ORTU memberikan 'kebebasan' kepada anak untuk memilih, ORTU hanya berperan sebagai pembimbing dan pihak yang memfasilitasi :). Wah ilmu lagi nih dari 'Abangku' yang sudah berpengalaman. Makasi ya Mas :)

      Hapus
  3. anak itu anugerah dari Allah, dan menjadi tanggungjawab kita, terutama ibu bapa, membesar dan mendidik mereka sebaik mungkin, semoga nanti mereka menjadi anak yg soleh dan solehah...InsyaAllah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah KY, semoga kita dan saya pada khususnya bisa mendidik anak saya kelak, agar mereka bisa menjadi anak yang soleh solehah :)

      Hapus
  4. perlu ada pengawasann niih jika Children See, Children do

    BalasHapus
  5. sebenarnya... saya masih kepikiran dg pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari...

    lah kalau gurunya cowok... kan memang gitu pose kencingnya #hadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangankan guru cowok, sayapun sebagai cowok pipisnya gitu juga kok :D berarti pepatahnya jadi "Guru cowok kencing berdiri, murid cowok kencing berlari", tapi kan kasian juga kalo cewek gak kesebut?! :D

      Hapus
    2. pokoknya pepatah ini sering bikin saya pusing. daripada banyak pengartian kan mending kencingnya diganti boker.

      guru boker berdiri murid boker berlari. nah cewek cowok ga ada bedanya kan?

      Hapus
  6. Saya punya dua anak. Sepasang. Putra dan putri. Mendidik dan mengajar mereka memerlukan kesabaran dan keihlasan. Mereka berdua sering ribut dan bertengkar. Sikap saya sebagai ayah mereka juga harus tegas kalaw mereka nakal atau badung tentu mendapat ganjaran. Jika mereka baik dan menurut tentu juga mendapat ganjaran.

    Saya tegas, sedangkan bundanya lembut dan bijaksana. Perpaduan ayah dan bunda (orang tua) mendidik dan mengajar anak anak akan selalu didiskusikan bersama. Anak anak bukanlah kelinci percobaan atas policy kedua orang tua. Mendidik anak anak adalah seni.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini ni, saya dapat ilmu lagi deh dari 'Abangku' yang sudah berpengalaman :).

      Rupanya dalam mendidik anak itu harus ada pihak yang halus dan pihak yang disegani (yang pasti jangan ditakuti)ya kang?. Supaya timbul keseimbangan. Makasi ya Kang atas pemikirannya :)

      Hapus
  7. Anak adalah buah hati kedua orang tua. Tentu mereka diharapkan kelak menjadi sosok pribadi yang sukses dan berbahagia. Namun dalam perjalanannya ternyata 'tidak mudah' untuk 'membesarkan' dan 'mendidik' anak terutama di jaman yang serba modern ini. Pengaruh lingkungan begitu besarnya baik yang positif maupun negatif. Dibutuhkan 'kerja cerdas' dan 'bijak' dari seluruh elemen masyarakat untuk menghasilkan generasi penerus yang 'unggul'. Salam sukses buat Admin 'Katanya Arra'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat! Kerja cerdas dan bijak. Keras itu tidak cukup jika tidak diimbangi dengan kecerdasan dan kebijakan dalam mendidik anak. Terima kasi Mas :)

      Hapus
  8. anak ini bisa belajar dengan sendirinya kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalo soal anak yang satu inimah saya sudah percaya deh hehe...

      Hapus
  9. Kunjungan malam sobattt
    Lingkungan sekitar memang berpengaruh besar thd perilaku seseorang
    jadi kita harus hati - hati bersikap dan berbicara di depan anak - anak
    apalagi mereka kyak mesin perekam, gak disaring yg mana yg baik yg mana yg jelek
    soalnya mreka gak ngerti apa - apa sob, masih polos

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, kita sebagai orang dewasalah yang harus mengerti mereka :)

      Hapus
  10. Saya masih bujangan sob, jadi belum kebayang kaya apa rasanya pnya anak n ngurus anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga masih jomblo bro, yah semoga diskusi ini bisa jadi bahan pelajaran bagi kita yang belum punya anak :)

      Hapus
  11. menurut gue cara bersikap seperti yg sobat bagikan ada benarnya, tetapi memang tidak 100 persen hanya dari cara dan sikap kita yg akan membuat sikap si anak akan sama. faktor2 juga ada koq dan memang agak banyak kalo di komentari disini heheheee..!
    btw, uneg2nya mantap buat dijadi'in bahan masukan kalo udah punya keturunan kelak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp, memang banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, dan orang tua adalah pihak yang harus paling banyak ambil bagian :)

      Makasi Bang :)

      Hapus
  12. Anak itu bagi Tuhan adalah titipan bagi kita, orangtua. Dan bagi kita, anak itu investasi.....
    Lingkungan dan sikap manusia dewasa merupakan subyek dan obyek belajar bagi anak-anak. Sayangnya, lingkungan kita sdh sangat tak sehat (televisi: sinetron dan berita). Kalau tidak difilter ortu, mau jadi apa anak kita....
    Blog ini semoga turut melebarkan tangan kecilnya meminimalisasi pengaruh media, media internet....
    Mantap curhatnya, sob...
    Dan semoga segera memiliki tanggung jawab mengasuh anak.... Hheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Filter dari orang tua, itu dia Pak!!! :) Terima kasih ya Pak atas pencerahannya, sangat berguna bagi saya.

      Amiin, makasi atas do'a nya, saya anggap do'a bapak itu juga sebagai do'a agar saya segera menikah hehe... :)

      Hapus
  13. ehm. gampang gampang susah emang gan mendidik anak. saya juga sering melihat hal hal yang aneh, yang mungkin belum sepatutnya di lakukan anak anak, bener juga kata ente, emang lingkungan berpengaruh besar sekali terhadap prilaku mereka. apalagi kalau orang tuanya membiarkan atau tidak mengajarkan. semoga kita bisa menjai orang tua yang baik nantinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin semoga saja Mas, Tpi jangan sampai terlalu mengekang anak juga deh kayaknya, soalnya nantinya anak bisa cari kesenangan di luaran, seperti kata Mas Zach diatas :)

      Hapus
  14. Dari postingan di atas dan para komentar bisa di jadikan masukan nih..buat ngurus anak

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. lagi membahas soal anak kecil yaaa, saya belum menikah n juga belum punya anak tapi keponakan saya ada buanayak hahha dari : kakak pertama, keponakan saya ada empat ( 3 cowok dan 1 cewek ), kakak saya ke dua punya dua anak cowok, kakak saya yang ke tiga punya dua anak perempuan ,dan kakak saya yang ke empat belum menikah jdi tidak menambah urutan keponakan saya, dan kebetulan saya anak paling bungsu. Dan paling seru dari keponakan saya kalau mereka kumpul seperti ditaman bermain kanak-kanak lebih jelasnya rameeeeeeeee banget hahha, kadang" saya saja kerepotan dengan tingkah mereka hahha

    #lah ko koment saya kepanjangan, heheh :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaa...satu hal yang menarik dari anak-anak itu adalah, mereka itu bisa bikin kita seneng se seneng-senengnya, tapi juga mereka bisa jadi mahluk paling nyebelin se nyebelin-nyebelinnya :D

      Gak papa panjang juga, saya lebih suka yang begini dari pada komentar "BBM" doang :D

      Hapus
  17. tapi saya kadang heran...kenapa orangtuanya malah membiarkan prilaku tersebut...apakah karena hati orangtuanya sudah tertutupi kabut hitam kehidupan ...miris jadinya membayangkan masa depan anak-anak bangsa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin mereka mempunyai pemikiran berbeda Bang, atau mungkin mereka memang gak peduli?!, Wallohualam :)

      Hapus
  18. Mungkin itu cara orang tua mendidik anaknya dengan membiarkannya bergaul dengan lingkungannya namun yang jadi kendala orang tua tak memantau yang akibat yang terjadi kepada si anak dan muncullah hal2 negatif..Gak ngerti ya,, sama dong...haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya saya ngerti kok maksud mu sob, mungkin tadinya orang tua ingin bertindak 'Demokrtis' pada anaknya :)

      Hapus
  19. Jadi kepengen cepat punya anak dan mendidiknya sobat, heheheh

    BalasHapus
  20. ehm. emang ternyata ga mudah ya, katanya anak itu cepat belajar dari apa yang dia liat. jadi baik atau buruk yang dia lakukan, karena ada yang mencontohkan. itu yang perlu di jaga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Sob, kembali ke pepatah guru yang lagi pipis tadi :)

      Hapus
  21. kembali..buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.. begitulah anak2. seperti apa dia berprilaku maka sebenarnya dia meniru
    maka dari itu tauladan daalam akhlaq sangat harus diajarkan :)
    semoga kita mampu jadi tauladan yang baik bagi anak-anak kita kelak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Itu yang saya harapkan. Makanya saya sangat berterima kasih pada kakak-kakak saya disini yang sudah memberi pemikirannya :)

      Hapus
  22. Pengamatan yang amat mendalam untuk seorang lajang, Mas. Kebiasaan yang baik. Insya Allah akan banyak gunanya kalo kelak berumahtangga. Lebih baik lagi jika diimbangi dengan mencari bacaan2 (kalo mengenai bacaan bisa nanti2 saja setelah nikah, tapi saya acung jempol dengan kebiasaan mas Rudy).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak saya diperlihatkan hal-hal yang seperti saya sebutkan diatas, karena dari situ jugalah saya bisa belajar. Saran Mbak akan saya laksanakan, karena kayaknya saya ngerasa gak perlu untuk menunggu sampai menikah untuk sesuatu hal yang baik. Makasi ya Mbak atas masukannya :)

      Hapus
  23. mengurus anak saya juga belum menikah, tetapi saya juga pernah meras mengurus anak, anak dari ayah dan ibu (adik saya) karena saya anak tersulung jadi sempet ngerasa mengurus adik yang masih bayi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya sobat ini beruntung sekali karena sudah mendapat pelajaran mendidik anak sebelum sobat menikah, ini aset lho. :)

      Hapus
  24. dduuhhh kapan ya punya anak..nikah aja belum... semoga aja anak saya nantinya gak sperti yang di cerita di sini ah...

    semoga ia anak yang baik, jadi harus mendidiknya juga kebaikan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah buat kita sekarang sih mendingan berkarya aja dulu, dan mencari ilmu buat mengurus anak hehe...

      Amiin, semoga anak-anak kita kelak bisa jadi anak yang baik dalam segala hal :)

      Hapus
  25. salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
    jujur dalam segala hal tidak akan mengubah duniamu menjadi buruk ,.
    ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena saya juga belum berpengalaman ttg memliki anak dan segala atributnya, maka saya nulis comment-nya berdasarkan what I see..

      Alhamdulillah saya blm prnh menlihat langsung anak umur 4 tahun merokok. DAn mengenai anak akan lbh mniru org dewasa sekitarnya...bukan hanya soal perkataan dan perbuatan..bahkan juga pola makan. Anak yg tdk suka sayur dan buah, biasanya karena ortunya juga gak suka sayur-buah sehingga dirumah terbiasa jarang makan sayyur dan buah sehingga lama-kelamaan akan jd pola dalam hidupnya..

      Hapus
  26. wah..dimana kang?? liat di cijantung apa dimana?? ckckckck memprihatinkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lihat di beberapa tempat Kang, ya begitulah :)

      Hapus
  27. saya tidak percaya dengan ungkapan guru kencing berdiri murid kencing berlari....
    karena saya yakin dan belum pernah liat ada bu guru kencing berdiri....
    :P

    BalasHapus