Pernahkah mengalami kejadian dimana kita bertemu seseorang yang pada awalnya kita anggap "nyebelin" (sebenarnya kata "nyebelin" ini terasa terlalu kasar untuk menggambarkan apa yang aku maksud.) dan membuat kita merasa kurang nyaman? Lalu terjadilah hal-hal yang mengikat interaksi kita dengan orang tersebut. Seiring berjalannya waktu, ikatan itu semakin kuat...semakin kuat dan semakin kuat. Dan pada akhirnya, kita dan orang itu saling menemukan kenyamanan dalam ber-relasi (apapun itu) dan saling ketergantungan, baik dalam bidang pekerjaan, relasi bisnis ataupun dalam hubungan sosial lainnya.
Lalu pernahkah mengalami kejadian dimana kita berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah membeli suatu barang yang kita anggap tidak bermanfaat? Karena proses hidup yang selalu bergulir, dan kebiasaan pun berubah, entah itu karena faktor tempat baru, profesi baru, hubungan baru atau apapun itu, pada akhirnya kita menjadi memerlukan kehadiran barang tersebut, bahkan kita tidak bisa jauh-jauh dari barang yang pada awalnya kita benci itu.
Atau, pernahkah mempunyai perasaan tidak suka pada suatu tempat atau daerah karena alasan tempat/daerah tersebut terlihat tidak nyaman untuk menjalani kehidupan. Mulai dari faktor keamanan, fasilitas umum yang tersedia, faktor geografis, faktor sosial budaya dan sebagainya. Tetapi suatu saat keadaan "memaksa" kita untuk bersedia menetap di daerah tersebut. Dan setelah beberapa waktu menjalani kehidupan di daerah itu, kita justru merasa lebih nyaman dan merasa tempat tersebut lebih sesuai untuk dijadikan sebagai tempat tinggal selanjutnya, dan berkeinginan untuk benar-benar menetap disana.
Aku pernah mengalami hal seperti yang telah aku sebutkan diatas. Dan setelah itu aku jadi merasa berdosa karena merasa telah "mendahului Tuhan" dan telah terlalu dini dalam mengambil kesimpulan.
Aku jadi teringat dengan pesan Uwa, beliau berpesan "Berbaik sangkalah pada apapun, karena hal yang terlihat tidak baikpun pasti akan memiliki sisi positif yang dapat kamu ambil hikmahnya. Seperti Ulat yang dianggap menjijikan, lalu dia akan menjadi Kepompong, dan akhirnya dia menjadi Kupu-Kupu yang tampak indah."
Aku memang masih harus banyak belajar.
Atau, pernahkah mempunyai perasaan tidak suka pada suatu tempat atau daerah karena alasan tempat/daerah tersebut terlihat tidak nyaman untuk menjalani kehidupan. Mulai dari faktor keamanan, fasilitas umum yang tersedia, faktor geografis, faktor sosial budaya dan sebagainya. Tetapi suatu saat keadaan "memaksa" kita untuk bersedia menetap di daerah tersebut. Dan setelah beberapa waktu menjalani kehidupan di daerah itu, kita justru merasa lebih nyaman dan merasa tempat tersebut lebih sesuai untuk dijadikan sebagai tempat tinggal selanjutnya, dan berkeinginan untuk benar-benar menetap disana.
Aku pernah mengalami hal seperti yang telah aku sebutkan diatas. Dan setelah itu aku jadi merasa berdosa karena merasa telah "mendahului Tuhan" dan telah terlalu dini dalam mengambil kesimpulan.
Aku jadi teringat dengan pesan Uwa, beliau berpesan "Berbaik sangkalah pada apapun, karena hal yang terlihat tidak baikpun pasti akan memiliki sisi positif yang dapat kamu ambil hikmahnya. Seperti Ulat yang dianggap menjijikan, lalu dia akan menjadi Kepompong, dan akhirnya dia menjadi Kupu-Kupu yang tampak indah."
Aku memang masih harus banyak belajar.
Horeee..pertamax
ReplyDeleteSelametaaaaaan!
Deletegendurenan
DeleteMbak Indah disetrap aja deh.
DeleteIndah P.
Indah Perludisetrap
tema hari ini khusus Indah P...
DeleteAkhirnya Kupu Kupu tayang di blognya mas Rudy Arra wieiheiee miss Syahdini pasti senang sekali secara beliau memang fans berat Kupu Kupu
Deleteada kupu kupu malam gak..?
Deletekenapa namanya harus Miss Syahdini sih kang? bukannya namanya Miss Dini Haiti Zulfany?
Delete#ketinggalan-inpooh
Oh jadi kesimpulannya kita ndak boleh "mendahului Tuhan" .
ReplyDelete** bisanya genk kpk baca judul ajah, mksnya sy simpulkan, kan enak meringankan tugas para pembaca. xixixixiix
Akumah gak hanya baca judulnya lho, Mbak, tapi juga baca situasi.
Deletedan Mbak Indah nggak baca postingan di atas. berani taruhan!
Deletecuma baca judul dan paragraph terakhir.. pasti itu
Deleteitu pun nggak!
DeleteTerlaluuhhhhhhhh
Deletebaca kolom komentarnya doang....hmmm
DeleteTerus ujung ujungnya bukan memberi komentar atas postingan atau artikel yang sedang ditayangkan. Tapi memberi komentar dari komentar yang ada. Dasar laki laki huh
Deleteaku ikut mang lembu...
Deletefollow kang ubi.
Deletepollow kang asep
DeleteAda benarnya Mas,saya sendiri pun ngalami sperti itu kadang teman baru yang kita anggap nyebelin tiba-tiba dibalik itu semua memberikan banyak manfaat dala kehidupan sehari-hari baik dalan hal tolong menolong satu sama lain.
ReplyDeleteYa gitu deh, Mas. :)
Deleteiya aku juga. dulu aku mengganggap si 'A' adalah seorang yg sangat nyebelin... eh ternyata sekarang jadi istri sahabat terdekatku dan terbuka juga mataku klo si 'A' sebenarnya sangat baik:)
Deletedan cantik ya kang?
Delete"A" : Alvionita
Deletekita samaan inisial ya Cak :D
kita sama-sama harus banyak belajar dalam kehidupan ini sobat, karena aku juga pernah mengalami hal seperti yang sobat tuliskan dalam artikel ini,
ReplyDeletesalam :-)
Hehe iya, Bang. Salam sehat selalu. :)
Deletesalam juga.
Deletesalam pramuka
salam sukses selalu untuk semua :-)
Deletesalam paskibra
DeleteBerarti ini namanya metaformosis yang kita lihat dari ulat dala arti kita agak kurang suka begitu menerimanya tapi ketika sudah menjadi kupu-kupu yang berwarna kita dengan senang hati melihatnya :)
ReplyDeleteIya, metamorfosis kan, Mas? :)
Deletekayak power ranger donk bisa berubah
Deletekayak ria jenaka dong
Deletekayak susan dong
Deleteikut belajar ...
ReplyDeleteYok kita belajar sama-sama, tapi bayar goceng ya! :D
Deletegratis, suka yang gratis - gratis :D
Deletemas gambarpacul senengannya belajar remi domino
Deletesemprul kang zach....aku juga belajar dari anda
Deletesinih aku hajarin...
Deletehahaha semprul kata khas mas rawins
Deletesaat SMA kelas 3 saya punya sahabat baik yang sulit dipisahkan. tau proses sebelumnya? saat kelas 1 dan 2, saya saling membenci dengan dia.
ReplyDeleteyang pasti bukan sayah...
Delete-sidakep-
benci jadi cinta gitu ya pak..
Deletebenci jadi baikan, gitu tepatnya
Deleteoh gitu.
Deletebenci itu singkatan dari benar-benar cinta :-)
Deletesaiia suka kenyataan bahwa kita bisa -sebenarnya- tersadar kalau mau.. 'mendahului tuhan' adalah kalimat yg sering terlupa oleh kita.. dengan sering2 tersadar tadi.. kita makin mantap!
ReplyDeleteya aneh juga sih ya kalo di pikir2
ReplyDeletegak usah di pikir..
Deletedicapluk azh ya
DeleteKY juga pernah, tapi mungkin waktu itu masih belum memahami
ReplyDeletesekarang sudah memahami kan...
Deletepersahabatan bagai kepong..pong...
ReplyDeletehal yang tak mudah berubah jadi indah...
ula..la...la...
*nyanyi...
Pernah doonkkkkk...:)
kepongpong apa kepompong?
Deletenenekku dong belom ompong
Deletega ada yg sia sia di hidup ini mas arra, intinya mah kita mesti terus khusnudzan terus sama Allah berarti ya
ReplyDeleteulat, kepompong dan kupukupu nya tak kantongin dulu y kang...keburu buru mao ke BRI nih, gampil ntar balik lagi dah
ReplyDeletepasti baliknya bawa semprotan baygon buat nyemprot tuh ulat..
Deletebener ceuk si uwa kang...eta teh bener pisan, makanya jangan liat sesuatu dari casingnya, tapi liat dari isinya...gituh kata kang tukul mah.
Deletebaygon untuk diminum kang....hehehe
Mas, saya besok aja komen ya. sekarang males komen nih...
ReplyDeletecuma baca aja tadi.
kalo gitu, bobok saja sanah, cuci kaki jangan lupa
Deletebaca komen doang maksutnya.
Deleteceritanya keren kang :D
ReplyDelete*uhuk*
ReplyDeletekupu2nya dateng.
hikmah yang bisa dipetik dari tulisan mas rudy ini, mirip kayak kisah ini nih mas:
ReplyDeleteDikisahkan tentang seekor keledai tua, milik seorang petani tua, yang terperosok ke dalam sebuah sumur tua.
Ah, hari sudah sore.. Sumur itu gelap sekali. Petani itu begitu menyayangi keledainya, sahabat perjuangannya selama belasan tahun menyambung hidup. Maka dicobanya segala cara untuk mengeluarkan sang keledai.
Mula-mula dengan tali. Diulurkannya ke bawah. Diteriakinya sang keledai agar menggigit tali itu. Ditariknya. Dan gagal. Lalu dibuatnya simpul laso. Diulurkannya ke bawah lagi. Diserunya sang keledai masuk ke laso. Ditariknya. Berat. Dan sang keledai berseru-seru serak. Oh itu lehernya terjerat. Gagal lagi. Dicobanya segala cara dengan tali. Dan ia gagal. Merasa tak berguna..
Lalu dicobanya mengulurkan sebatang bambu. "Jepitlah bambu ini dengan kaki-kakimu!", teriaknya. Ditariknya lagi. Dan nihil. Segala cara bambu. Dan semuanya nihil hasil. Dicobanya pula balok-balok kayu. Dengan segala rekadaya. Dan ia makin lelah. Dan harapnya makin menguap. Merembes keluar dari jiwa bersama keringat yang mengkuyupi pakaiannya.
Matahari makin rendah di barat sana, hari kian menyenja. Dan sang petani telah mengambil keputusan bersama keputusasaannya. Ia akan menimbun sang keledai. Biarlah si keledai tua beristirahat di sana. Rehat yang tenang setelah belasan tahun pengabdian. Biarlah.. "Keledaiku tersayang.. Terimakasih atas persahabatan kita. Kini saatnya engkau beristirahat. Istirahatlah dengan tenang.." Matanya basah. Dadanya sesak. Tangisnya tertahan. Tapi dia mulai mengayunkan cangkul. Setimbun demi setimbun tanah meluncur ke dasar sumur.
DeleteSi keledai marah ketika segenggam tanah pertama mengenai punggungnya. Tapi makin lama, ia tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mengangkat kakinya, naik ke atas tiap timbun tanah yang jatuh di dekat kakinya. Kadangkala ia harus bergerak ke tepi, menghindari guyuran tanah dari atas. Atau menggoyang tubuhnya hebat-hebat, agar tanah yang menimpa punggung gugur ke bawah. Tapi ia terus naik. Tiap kali ada tanah jatuh, ia naik ke atasnya. Begitu terus..
Hingga senja sempurna menjadi malam. Dan sang petani yang bersedih mengira ia telah sempurna menguburkan keledai kesayangannya. Dalam lelah, dalam payah, dalam duka yang menyembilu hati ia berbaring di samping sumur. Sejenak memejamkan mata, menghayati gemuruh dalam dadanya. Dan saat itulah, sang keledai meloncati tubuhnya dengan ringkikan bahagia, keluar dari sumur tanpa kurang suatu apa.
Tugas kita adalah berbaik sangka. Bahwa yang seringkali kita anggap sebagai musibah, seringkali bukanlah musibah itu sendiri. Bahwa yang seringkali kita anggap sebagai penderitaan, bisa jadi adalah pertolongan Allah dari jalan yang tak kita sangka-sangka.
Tugas kita adalah berbaik sangka. Terutama padaNya.
Tugas kita adalah berbaik sangka. Juga pada manusia.
Sebagaimana bahwa semua orang yang menyakiti, menganiaya, melecehkan, dan menzhalimi diri ini adalah guru bagi kita. Guru yang sejati.
Bukan karena mereka orang-orang bijak. Tapi karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijak..
Tugas kita adalah berbaik sangka. Juga pada diri kita ini. Sebagaimana ketika kita menarik seseorang dalam kehidupan kita, tentu tujuannya bukanlah untuk memerinci kesalahan-kesalahannya..
Dalam surah Al-Hujurat Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan orang-orang mukmin untuk tidak saling berburuk sangka:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa." (Qs. Al-Hujurat [49]:12)
Dari Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)
Imam Ali As berkata: "Selama kamu bisa berbaik sangka kepada saudaramu atas ucapan dan perbuatannya, maka janganlah berburuk sangka." (Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, al-Kâfi, jil. 2, hal. 362, Hadits 3, Dar al-Kutub al-Islamiah, Teheran, 1365)
*padahal mindahin postingan di blog saya ini :p
Deletewah postingannya puanjang hiheheie
Deletepanjangan komennya
Deletekeren kan
Deletembak diniehz titip postingan huahahahahaha
Deletehihihi
Deletekomentar ini lagi ng'tren di KPK nih....mau ikutan ah...;o)
Deletenyimak artikel kang rudi, ulat yang bikin gatel itu kelak jadi kepompong dan akhirnya jadi kupu kupu, dari sini saya menganalisa, berarti m'ba diniez asalnya dari ulat dong?
#cling menghilang tanpa bekas.
iya kang hadi, tadinya saya adalah ulat yg penuh lika liku.. kemudian, setelah negara api menyerang, saya pun berubah menjadi kupu2.
Deletewow, sang kupu-kupu biruuuu...postingan dlaam komentar neh. #sipp
Deletecopy-cut dari blog sendiri ahahaahhha.
Deleteiya sih, emang sering banget kayak gitu. mungkin emang itu yang disebut "khilaf" ya...
ReplyDeletebukan tobat sambal loh.
Deleterepost:
ReplyDelete"Ulat - Kepompong - Kupu-Kupu"
Pernahkah mengalami kejadian dimana kita bertemu seseorang yang pada awalnya kita anggap "nyebelin" (sebenarnya kata "nyebelin" ini terasa terlalu kasar untuk menggambarkan apa yang aku maksud.) dan membuat kita merasa kurang nyaman? Lalu terjadilah hal-hal yang mengikat interaksi kita dengan orang tersebut. Seiring berjalannya waktu, ikatan itu semakin kuat...semakin kuat dan semakin kuat. Dan pada akhirnya, kita dan orang itu saling menemukan kenyamanan dalam ber-relasi (apapun itu) dan saling ketergantungan, baik dalam bidang pekerjaan, relasi bisnis ataupun dalam hubungan sosial lainnya.
Lalu pernahkah mengalami kejadian dimana kita berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah membeli suatu barang yang kita anggap tidak bermanfaat? Karena proses hidup yang selalu bergulir, dan kebiasaan pun berubah, entah itu karena faktor tempat baru, profesi baru, hubungan baru atau apapun itu, pada akhirnya kita menjadi memerlukan kehadiran barang tersebut, bahkan kita tidak bisa jauh-jauh dari barang yang pada awalnya kita benci itu.
Atau, pernahkah mempunyai perasaan tidak suka pada suatu tempat atau daerah karena alasan tempat/daerah tersebut terlihat tidak nyaman untuk menjalani kehidupan. Mulai dari faktor keamanan, fasilitas umum yang tersedia, faktor geografis, faktor sosial budaya dan sebagainya. Tetapi suatu saat keadaan "memaksa" kita untuk bersedia menetap di daerah tersebut. Dan setelah beberapa waktu menjalani kehidupan di daerah itu, kita justru merasa lebih nyaman dan merasa tempat tersebut lebih sesuai untuk dijadikan sebagai tempat tinggal selanjutnya, dan berkeinginan untuk benar-benar menetap disana.
Aku pernah mengalami hal seperti yang telah aku sebutkan diatas. Dan setelah itu aku jadi merasa berdosa karena merasa telah "mendahului Tuhan" dan telah terlalu dini dalam mengambil kesimpulan.
Aku jadi teringat dengan pesan Uwa, beliau berpesan "Berbaik sangkalah pada apapun, karena hal yang terlihat tidak baikpun pasti akan memiliki sisi positif yang dapat kamu ambil hikmahnya. Seperti Ulat yang dianggap menjijikan, lalu dia akan menjadi Kepompong, dan akhirnya dia menjadi Kupu-Kupu yang tampak indah."
Aku memang masih harus banyak belajar.
mulay...
DeleteKumat
Deletekhas
DeleteSAH!
Deletetobat.
DeleteNAH!!!!
Delete# 3 kali nulis komentar, 3 kali eror...
ReplyDeletesemoga kita bermetamorfose menjadi pribadi yg lebh baik, tdk berburuk sangka pd setiap kejadian [buruk] krn semua hal membawa pelajaran penting
Maaf Mas Arra, br bisa nyicil jalan-jalan neh:)
ketinggalan lagi .. tapi tetep $mile dehh :D
ReplyDelete.
tuan rumah kemana ya :-)
ReplyDeleteTergantung kita masings mas, dimanapun kita berada yg penting beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
ReplyDeletenice info gan.. :D
ReplyDeleteijin nyimak ya bro/sis, sukses selalu, dan sy tunggu kunjungan baliknya :D
ReplyDeletesaya selalu berkunjung ke blog anda, tap knpa anda tidak pernah bekunjung balik di blog saya :(( . ga adil gong :(( . pokonya saya tunggu di blog sya yang masih baru :)
ReplyDelete