#MariLari

Gambar oleh: Rudy Arra
Sebenarnya berlari bukan hal yang asing bagi saya, karena sejak masih duduk di Sekolah Dasar saya sudah aktif berolahraga. Mulai dari Sepak Bola hingga Volly pernah saya tekuni. Jenis olahraga yang juga disebut sebagai ‘The Mother of Sport’ ini memang tak bisa dipisahkan dari cabang olahraga manapun, karena semua Olahragawan/Atlet pasti menyertakan olahraga lari sebagai bagian pokok dari latihan rutin mereka, bahkan bagi Atlet Catur sekalipun. 

Tapi saat saya mulai memamsuki dunia kerja, waktu untuk berolahraga mulai terbatas, bahkan terkadang tidak sempat, sehingga fokus saya pada dunia olahraga yang sangat saya cintai itu semakin pudar, dan mau tidak mau saya pun harus merelakannya. Sejak itu jadwal olahraga saya semakin kacau, kesibukan pekerjaan benar-benar menyita waktu saya, sampai pada akhirnya olahraga menjadi hal yang terasa asing dan sulit untuk dilakukan. 

Bertahun-tahun saya “terjebak” dalam lingkaran kesibukan yang sangat menyita waktu, membuat tubuh saya semakin “gak jelas”, otot menjadi kendur, perut menjadi bulat, kulit semakin pucat dan jejak-jejak bekas latihan yang begitu keras dahulu tak tampak lagi. Menyedihkan! 

Pada akhir tahun 2011 saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan untuk merintis usaha. Hal yang patut saya syukuri sejak resign dari pekerjan lama adalah kini saya memiliki lebih banyak waktu luang, dan itu tidak saya sia-siakan, saya menggunakannya untuk mulai menekuni kembali hobi lama yaitu olahraga, khususnya olahraga lari. 

Sudah sifat dasar tubuh manusia untuk terus bergerak/terlatih dengan aktivitas fisik, agar metabolisme tubuh dapat terus berjalan dengan baik. Terdorong oleh keinginan untuk memperbaiki kembali kondisi tubuh saya yang sudah lama “beku”, saya bertekad untuk melatih kembali tubuh saya dengan berlari. Akan tetapi pada saat itu sangat tidak mudah mengajak tubuh ini untuk berlari kembali, ibarat mesin kendaraan yang sudah sangat lama tidak digunakan, perlu kerja keras bahkan untuk sekedar menyalakannya. Begitu pun dengan tubuh saya ini.

Saat mencoba berlari untuk pertama kalinya, saya hanya kuat berlari sejauh kurang lebih 800 meter, gak sampai 1 kilometer bintang-bintang dan anak burung udah muter aja diatas kepala, padahal dulu berlari kelilingi 10 kali lapangan Sepak Bola sudah menjadi rutinitas saat latihan. Rusak, Men!

Latihan pertama kali memang terasa sangat berat, tapi tekad saya sudah bulat, latihan harus tetap berlanjut dan harus membuahkan hasil. Setelah 3 bulan pertama latihan hasilnya mulai terlihat, statistik latihan saya mulai menunjukan peningkatan. Saya mulai berani untuk memasang target latihan. Ritme latihan dua hari sekali dengan jarak 5 kilometer berlari tanpa henti menjadi porsi latihan rutin saya selama satu bulan. Sepertinya dengan pola latihan seperti itu tubuh saya sudah mulai beradaptasi dan sudah mulai terlatih, sehingga tubuh sudah mulai terasa nyaman ketika diajak berlari dengan jarak 5 Kilometer.

Seiring berjalannya proses latihan, saya mulai berkenalan dengan Trail Running yang merupakan salah satu cabang dari olahraga lari. Trail Running atau Mountain Running adalah olahraga yang mengkombinasikan olahraga hiking/mendaki gunung dengan olahraga lari, atau lebih gampangnya lari menaiki gunung. Keren, kan? Hehe. Sayangnya, hingga kini olahraga Trail Running ini belum secara resmi berada dibawah naungan Badan Atletik Internasional yang hanya mengakui cabang Lari Lintas Alam saja. Mungkin ini salah satu alasan pemerintah kita tidak memberi dukungan pada kang Hendra Wijaya yang merupakan seorang Ultra Trail Runner yang prestasinya sudah tidak bisa diragukan lagi. Salah satu prestasi yang paling membanggakan dari beliau adalah ketika beliau menjadi finisher di ajang  Likeys 6633 Ultra 2015 yang berjarak 563,2 Kilometer di Kutub Utara, Kanada. Untuk dapat mengikuti ajang bergengsi tersebut beliau mengurus segala persyaratannya sendiri, bahkan seluruh biaya untuk mengikuti perlombaan yang mencapai angka kurang lebih dua ratus juta rupiah pun beliau ambil dari kantong pribadinya. Semoga kedepannya pemerintah kita akan memberi perhatian lebih pada cabang olahraga Trail Running ini, karena sudah terbukti bahwa kemampuan Atlet kita tidak kalah dengan Atlet dari negara lain. 

Terus terang Trail Running ini membuat saya merasa tertantang dan membuat saya semakin semangat berlatih. Terlebih ketika saya mulai tahu tentang kang Hendra Wijaya dan Aki Niaki yang merupakan para pegiat Trail Running Indonesia. Berlari di track yang menanjak, dengan media track yang sangat tidak nyaman dan berbahaya bila dilintasi dengan cara berlari seperti jalur pendakian menjadi target saya. Makanya sejak saya mengenal Trail Running saya berlatih lebih keras lagi. Dan pada akhirnya Trail Running Menuju Puncak Galunggung menjadi pengalaman Trail Running pertama saya. Pengalaman ngetrel di Galunggung tersebut menjadi motivasi yang sangat luar biasa bagi saya untuk terus berusaha lebih baik lagi. 

Selanjutnya saya terus menambah porsi latihan hingga 10-15 Kilometer. Alhamdulillah tubuh saya mengalami peningkatan kemampuan berlari yang cukup signifikan, sejak awal menaikan porsi latihan rutin, tubuh saya bisa mengatasinya tanpa mengalami kesulitan. Dan sampai saat ini saya terus berlatih dengan target latihan selanjutnya yaitu jarak Full Marathon ( 42,195 Kilometer). SEMANGAT!!!

Bila melihat riwayat/perjalanan dari proses latihan saya selama ini, saya sangat bersyukur karena saya mampu mengesampingkan ego dan mampu untuk keluar dari zona nyaman. Nonton TV seharian sambil ngemil Chitato memang sangat menyenangkan, tapi kita akan benar-benar merasa hidup ketika sudah dapat merasakan betapa berharganya memiliki tubuh sehat sambil menikmati indahnya ciptaan Tuhan.

Lari adalah sebuah keharusan untuk dimulai, karena lari adalah sebuah investasi.

#MariLariDariKenyataan

7 komentar:

  1. Semenjak kerja, olah raga menjadi ikut berkurang. Terasa sudah capek duluan jika harus olah berolah lari. Hebat benar, berani merogok kocek sendiri. Orang awam akan lebih baik untuk dibelikan mobil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo orang yang super awam bakal dibeliin beras kayaknya ya, Mas?

      Hapus
  2. wuah hebat mas lari 10-15 km, kalau saya keliling lapangan sekali saja entahlah hehe
    tubuh yang sehat memang dambaan semua orang, sayangnya untuk bergerak saja males

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mendamba emang udah paling enak deh tuh hehe

      Hapus
  3. saya mau ikuuttt
    galunggung mah mendayu deh ihh,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asiiiik ada mas Zaaaaaach...

      Tapi kan manjatnya sambil lari lho, Mas...

      Hapus
  4. Bagus artikelnya, bikin makin semangat buat lari :D

    BalasHapus