Download Laporan Tahunan Program Filariasis






LAPORAN TAHUNAN
PROGRAM FILARIASIS
TAHUN 2018






Disusun Oleh: 
..........................
NIP. ...........................






UPTD KESEHATAN PUSKESMAS 
.........................
...........



DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
B. Tujuan 
BAB II ANALISA SITUASI 
A. Geografis
B. Demografi
C. Tingkat Pendikan 
BAB III KEGIATAN 
A. Jenis Kegiatan 
B. Hasil Kegiatan 
C. Rintangan 
D. Strategi 
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 
B. Saran 
LAMPIRAN 



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun laporan ini, Yang disusun untuk melengkapi Laporan Program Filariasis di Puskesmas Handapherang. 
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. 
Kami sadari bahwa untuk meningkatkan kualitas laporan ini kami membutuhkan kritik dan saran demi kebaikan laporan di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami agar laporan ini barmanfaat bagi kita semua. 

..................,  ………………………………


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 
Filariasis atau Elephantiasis atau biasa disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan ileh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit ini telah menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan bil;a tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada wanita maupun pria. 
Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian , tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah lainnya (Depkes RI, 2005). Filaria Limfatik yang terdiri dari Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori, merupakan spesies cacing filarial yang ditemukan di dunia. Penyebarannya tergantung dari spesiesnya. Wuchereria Bancrofti tersebar di berbagai Negara tropis dan subtropics, menyebar mulai dari Spanyol sampai di Brisbane, Afrika dan Asia (Jepang, Taiwan, India, Cina, Filipina, Indonesia) dan Negara-negara di Pasifik Barat (Sudomo, 2008) 
Filariasis di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Haga dan Van Eecke pada tahun 1889 di Jakarta yaitu ditemukannya penderita filariasis skrotum. Pada saat itu pula Jakarta diketahui endemic filariasis limafatik yang disebabkan oleh Brugia Malayi (Sudomo, 2008). Berdasarkan survey cepat yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2000, diperkirakan ± 10 juta penduduk sudah terinfeksi filariasis dengan jumlah penderita kronis (elephantiasis) ± 6500 orang yang tersebar di 1.553 Desa, di 231 Kabupaten dan 26 Provinsi. Data ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena hanya 3.020 Puskesmas (42%) dari 7.221 Puskesmas yang menyampaikan laporan (Depkes, 2005). 
Di Jawa Barat sampai bulan Juni tahun 2015 jumlah penderita kronis filariasis sebanyak 899 orang yang tersebar di 26 Kabupaten/Kota (kecuali kota Banjar yang belum melaporkan adanya kasus kronis filariasis). Sedangkan di Kabupaten Ciamis penulis belum menemukan data tentang penyakit filariasis, di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara pun belum ditemukan adanya kasus filariasis. 

B. Tujuan 
1. Tujuan Umum 
Laporan tahunan dibuat dengan tujuan sebagai evaluasi akhir dari serangkaian kegiatan Program Filariasis yang telah dilakukan sepanjang tahun 2016. 
2. Tujuan Khusus 
  1. Memberi gambaran pelaksanaan Program Filariasis di Puskesmas Imbanagara selama tahun 2017
  2. Sebagai alat monitoring keberhasilan Program Filariasis di Puskesmas Imbanagara selama tahun 2017.
  3. Sebagai acuan dalam perencanaan program kegiatan Filariasis di Puskesmas Handapherang tahun 2018. 




BAB II
ANALISA SITUASI
A. Geografis 
Puskesmas Imbanagara merupakan salah satu dari 37 Puskesmas yanga da di wilayah Kabupaten Ciamis. Berdasarkan letak geografisnya Puskesmas Imbanagara berada di wilayah Ciamis Kota yang merupakan wilayah dataran yang didominasi oleh tanah daratan dan sawah/kolam. 
1. Jumlah Desa 
Wilayah kerja Puskesmas Imbanagara

  1. Desa 
  2. Desa 
  3. Desa 
  4. Desa 

Tabel 2.1
Jumlah RT dan RW serta Sekolah
Di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara
Tahun 2015

No
Desa
Jml RT
Jml RW
Jml Rumah
Jlm KK
Jumlah Sekolah
TK
SD/MI
SMP/MTs
SLTA/MA
Pontren
1










2










3










4










5












2. Luas Wilayah dan Batas Wilayah 
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Imbanagara sekitar ……………….Ha yang terdiri dari: 
a. Luas Daratan : ……Ha
b. Luas Pesawahan : ……..Ha
3. Batas wilayah kerja Puskesmas Imbanagara adalah sebagai berikut: 
a. Sebelah Utara berdbatasan dengan … 
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan …
c. Sebelah Barat berbatasan dengan ….
d. Sebelah Timur berbatasan dengan ….
4. Kondisi Daerah 

Wilayah kerja Puskesmas Imbanagara merupakan daerah perbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas ……………………. dan Puskesmas ……………….., terdiri atas ………….desa yang kondisi wilayahnya merupakan daerah yang terdiri atas daratan dan pesawahan, jarak terjauh Puskesmas Imbanagara adalah ……Km yaitu dari Desa ……..yang bias dicapai dalam waktu ….menit dengan kendaraan roda dua.

Tabel 2.2
Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas Imbanagara

Tahun ………..
No
Desa
Luas Wilayah (Ha)
Jarak ke Puskesmas
Waktu Tempuh ke Puskesmas
1




2




3




4




5





B. Demografi
Puskesmas Imbanagara merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Ciamis berbatasan langsung Wilayah Kerja Puskesmas ………………….dan Puskesmas ……………….. jumlah penduduk di wilayah kerja Pusekesmas Handapherang pada tahun 2014 adalah sebanyak …………….Denagn komposisi penduduk sebagai berikut :
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Imbanagara
Tahun …………….
Umur (Tahun)
Laki-laki
Perempuan
Total
0 - 4



5 - 14



15 – 44



45 – 64



65 +



Jumlah




Sumber Data: Kecamatan Cijeungjing dalam angka tahun 2015

Dari Tabel 2.3. diatas dapat dilihat bahwa rasio jenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki dengan angka rasio jenis kelamin 0.99 artinya terdapat 99 orang laki-laki diantara 100 perempuan. Selain itu dampak pula bahwa kelompok usia produktif (15 – 44 tahun) menempati jumlah tertinggi dari total populasi yanga da yakni sebesar 13.320 (46,06%) 

C. Tingkat Pendidikan 
Tingkat pendidikan merupakan salah satu komponen yang menentukan indeks pembangunan manusia selain tingkat kesehatan dan tingkat ekonomi masyarakat. 
Presentase penduduk berusia 10 tahun ke atas dirinci menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Wilayah kerja Puskesmas Imbanagara tahun 2014 dapat dilihat dari tabel berikut ini: 

Tabel 2.4
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Imbanagara
Tahun ……………
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tidak / Belum pernah sekolah

2
Tidak / Belum tamat SD

3
SD / MI

4
SLTP / MTs

5
SLTA / MA 

6
Akademi / Diploma

7
Universitas




Sumber Data: ……………………………………………………..
Dari Tabel 2.4. di atas dapat terlihat bahawa tingkat pendidikan SD /MI di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara menempati peringkat tertinggi yaitu sebanyak …………(……..%). Jika dilihat dari perbedaan jenis kelamin terhadap tingkat pendidikan terlihat bahwa prosentase perempuan lebih tinggi dari laki-laki untuk tingkat SD/MI dan tingkat Akademik/Diploma, walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang seksama. 
Angka melek huruf (AMH) penduduk usia 10 tahun keatas, sebagai salah satu indikator tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara pada tahun 2014 adalah ………….%.

BAB III
KEGIATAN
A. Jenis Kegiatan 
Dalam hal ini petugas Program Filariasis akan melakukan kegiatan penjaringan penderita filariasis di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pendataan langsung ke tiap Desa di wilayah kerja Puskesmas Handapherang. Serta melakukan kunjungan langsung ke rumah penderita, jika ditemukan tanda-tanda penyakit filariasis. 

B. Hasil Kegiatan 
Dalam beberapa tahun terakhir petugas Program Filariasis tidak menemukan kasus filariasis di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara. Meskipun begitu petugas masih melakukan pemeriksaan dan pelacakan penyakit filariasis tiap bulan dan melaporkan hasil pelacakan secara rutin setiap 4 bulan ke Dinas Kesehatan. 
Selain itu petugas juga sering melakukan penyuluhan tentang filariasis di dalam ruangan Puskesmas maupun diluar ruangan Puskesmas, itu dilakukan agar pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis bertambah, sehingga bila di lingkungan masyarakat ditemukan penduduk yang mempunyai ciri-ciri terjangkit penyakit filariasis mereka dapat segera melapor ke petugas kesehatan. 

C. Rintangan 
Dalam melaksanakan Program Filariasis petugas mendapat beberapa kendala yang dihadapi, seperti: 
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang filariasis. 
2. Keterbatasan Program Filariasis dalam mendata dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara 

D. Strategi 
Untuk meningkatkan pelayanan Program Filariasis, kami akan melakukan beberapa strategi yaitu: 
1. Sering memberikan penyuluhan tentang Filariasis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Imbanagara. 
2. Berkolaborasi dengan program lain sehingga pelayanan Program Filariasis lebih optimal. 
3. Melengkapi laporan bulanan yang masih dianggap kurang. 


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 
Upaya Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Handapherang pada tahun 2016 lebih diarahkan ke upaya preventif dan promotif berupa peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat, perbaikan mutu lingkungan hidup, perbaikan status gizi, pengurangan angka kesakitan, peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat. 
Secara umum dapat digambarkan bahwa pencapaian program Filariasis di Puskesmas Imbanagara belum sepenuhnya tercapai, karena ada beberapa yang masih jauh dari target. Hal ini tidak lain masih banyak kendala dalam pelaksanaan pencapaian program tersebut. Baik dari segi sarana prasarana, tenaga maupun pembiayaan program serta kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah. Berbagai permasalahan tersebut kemudian kami jadikan dasar untuk perencanaan kegiatan tahun 2017 atas dasar analisis situasi dan tahapan lainnya yang mendasari terselesaikannya dokumen perencanaan ini. 

B. Saran 
Harapan kami supaya dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis sendiri kiranya dapat memberikan umpan balik yang positif bagi kami untuk kemudian memberikan saran dan masukan demi kebaikan selanjutnya di masa yang akan dating. 


Download via GOOGLE DRIVE



0 Comments:

Posting Komentar