Jaman globalisasi kayak sekarang membuat kita sulit untuk tidak terlibat dalam budaya popouler, terlebih jika kita bersentuhan langsung dengan teknologi. Tapi bukan berarti harus kehilangan jati diri. Ini bukan postingan SARA, saya hanya ingin menunjukan bahwa saya adalah orang sunda. Sunda Pituin. 

Getih sunda salawasna!


Iseng-iseng bikin typography 'BARLOX' ah...

Sedikit info tentang BARLOX: 
'BARLOX' merupakan nama dari sebuah komunitas yang anggotanya terdiri dari para anak muda yang menjadikan lapangan Lokasana Ciamis sebagai basecamp atau tempat utama untuk kegiatan olahraga mereka. Sebenarnya nama 'BARLOX' adalah kependekan dari 'Barudak Lokasana' atau 'Anak-anak Lokasana'. Mungkin sebagian orang akan terganggu dengan huruf 'X' di belakan nama tersebut, karena jika kependekan dari 'Barudak Lokasana' harusnya jadi 'BARLOK' atau 'BARLOK'S' dong, ya? Yaa namanya juga anak muda, apapun yang melekat pada dirinya harus terkesan keren dan 'keras', dan huruf 'X' diakhir kata 'BARLOX' dinilai sudah cukup mewakili hal itu. Asal huruf 'X'-nya cukup satu aja, jangan banyak-banyak. Ngerti kan, ya? Oke. 


Udah lama gak bikin typography, kangen juga rasanya. Lagian udah lama gak melampiaskan khayalan pada media gambar. Tadinya typography yang ini cuma buat di-posting di Instagram, tapi dipikir-pikir, blog juga jadi tempat paling nyaman buat beberapa karya saya. Yaudah, saya pencet aja tombol Publish-nya. :)


Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Mohon maaf lahir bathin. 

Sedikit karya typography dari saya yang pada saat mendisainnya terbayang-bayang terus kue Mochi. Muehehe... 

Contoh Logo Komunitas Galur Bandung
Disuruh bikinin logo komunitas sama Kakak, tapi katanya pengen yang bertema typography dan harus ada ikon kota Bandungnya. Yaudah, saya pilih Gedung Sate aja. Oh iya, maaf kalo disainnya agak cupu, waktunya mepet banget soalnya. Hehe...

Cucuran keringat masih terasa di punggung, begitupun aroma ketek masih semerbak tajam dalam radius kurang lebih 2 meter mengikuti arah angin, tapi kali ini saya sudah tidak sabar ingin berbagi cerita di awan. 

Berawal dari percakapan santai seusai latihan dengan kang Erik di bawah tiang pull up. Sambil selonjoran di atas paving block pinggiran track dan dikelilingi oleh jejak-jejak manusia modern yang katanya jauh lebih cerdas. Bisa tebak bagaimana bentuk jejak-jejak tersebut? Ya, berupa plastik-plastik tak terpakai yang berserakan di area yang seharusnya tanpa dikomando siapapun harus turut menjaga kebersihannya. 

Begitu saja saya nyeletuk pada kang Erik "...a Erik, andai saja anak-anak belum berangkat mengikuti test seleksi TNI mereka, kita bisa bergerak mungutin sampah bareng, pasti seru..." Lalu kang Erik membalas "...kenapa gak kita berdua aja sekarang bergerak? Ayo sambil menuju parkir kita keliling track mungutin sampah!" Kalimat yang begitu kuat nancap di otak saya dari kang Erik. Kami pun langsung bergerak dengan memanfaatkan kantong kresek yang kami dapat dari tempat sampah untuk mengumpulkan sampah-sampak yang berserakan tadi. 

Saat itu kami banyak mendapat tatapan aneh dari beberapa pengunjung di sana, entah apa yang mereka pikirkan, semoga saja pikiran positif untuk kami. Tapi diantara tatapan aneh itu, terdengar suara mungil "Om...om...ini sampahnya" ujar seorang anak SD yang masih memakai seragam olahraga sambil menyodorkan segenggam sampah plastik bekas es sirop dan cilok di tangan kecilnya. Sambil bertingkah khas anak-anak, ia pun mulai memunguti sampah dengan beberapa temannya. Ya ampuun, tindakan anak-anak itu adalah investasi yang sangat berharga bagi saya. 

Selain itu beberapa teman mahasiswa juga mulai memunguti sampah dan memberikannya kepada kami, meskipun hanya sebatas memungut sampah yang ada di hadapan mereka saja, tapi saya anggap ini akan menjadi awal yang baik. 

Dan kami sudah sepakat untuk berusaha melakukan gerakan memungut sampah ini setiap usai latihan, tak perduli hanya kami berdua yang melakukannya. Tapi bagaimanapun kami tetap berharap, akan semakin banyak orang yang tergerak melakukan hal yang sama seperti yang telah kami lakukan, yaitu bergerak memungut sampah di lapang Lokasana Ciamis. 
Saya sangat bersyukur karena tidak jauh dari tempat tinggal saya terdapat lapangan atau area untuk olahraga. Tempatnya cukup nyaman, fasilitas seperti track lari juga cukup baik, walaupun untuk beberapa fasilitas lain dinilai kurang layak. 

Terdapat beberapa area olahraga di daerah tempat tinggal saya yang selalu ramai pengunjung. Ini sangat menyenangkan bagi saya. Tapi ada satu hal yang membuat saya bertanya-tanya, yaitu kenapa diantara semua area olahraga yang ada, tidak satupun yang menyediakan tempat khusus untuk para pedagang kaki lima? 

Bagi saya ini penting, agar orang-orang yang berjualan di area lapangan olahraga tidak sembarangan memilih tempat untuk membuka lapak. Bahkan selama ini masih ada beberapa pedagang yang membuka lapaknya di track lari. Bagaimanapun ini tidak betul, selain menyebabkan rasa tidak nyaman pada pengguna track karena menghalangi jalur, hal itu juga dapat membahayakan karena bisa menyebabkan cedera jika sewaktu-waktu terjadi benturan fisik. Selain untuk kenyamanan pengguna area olahraga, menyediakan tempat khusus untuk pedagang kaki lima juga akan membuat area lapangan menjadi lebih tertata, sehingga dapat menambah keindahan. 

Saya pernah ngobrol-ngobrol dengan pihak pengelola, secara tidak resmi saya menyampaikan apa yang saya pikirkan ini, "...kami akan coba sampaikan aspirasi anda..." katanya. Baiklah, saya mencoba untuk puas, tapi tetap gak lemas. 

Maaf bukannya saya arogan apalagi membenci orang yang berjualan, mereka sedang mencari rejeki, saya dukung, tapi bagaimanapun perlu ditata, sekali lagi agar rasa aman dan nyaman bisa dirasakan oleh semua pihak. Yang mencari sehat aman sentosa, yang mencari rejeki lancar jaya. Merdekalah hidup ini!
#Urang Sunda

Sakumaha biasa, tadi kuring nyaring jam lima isuk-isuk. Pak kuniang tina luhur kasur, terus jrut napakkeun dampal suku kana tehel nu tiis matak murigrig. Lengkah suku kuring ngarah ka kamar mandi, niat keur wudhu. Beres sholat subuh, kuring langsung beberes sasapu, ngepel, ngumbah motor, ngan mandi nu henteu teh, nu penting mata bebas cileuh we heula. Bae lah disebut dokok oge, Ucing oge tara mandi geuningan lumpatna tarik. 

Beres bebenah, kuring langsung ngajius ka lapangan, biasa...ngala kesang. Isuk-isuk tadi panon poe meuni moncorong, cerah, enakeun keur olahraga mah, teu matak malik tiis kana awak. Teu cigah sababaraha poe katukang, isuk-isuk geus aleum, sesa hujan peutingna, meureun. Barudak Lokasana geus karumpul, siap-siap ngamimitian latihan. Duh awak kuring keur kurang jag-jag, euy, asa laleuleus, maklum geus lima poe ieu kuring digeder latihan, makana latihan ayeuna moal diporsir teuing, ah, bisi paeh.

Masih nyambung dengan postingan sebelum ini, postingan ini cuma buat ngganjel aja, sih, sebenernya. Sejak saya kumpul dengan sahabat-sahabat saya yang baru saya kenal itu di Lokasana, saya merasa menemukan diri saya kembali, setelah sakian lama. Bentar, saya jelasin dulu tentang kalimat 'sahabat yang baru saya kenal'. Baru kenal kok udah dianggep sahabat? Ya, saya menganggapnya begitu, mungkin karena saya merasa sa' klek banget sama mereka. Kekompakan, kerjasama, pengorbanan, begitu terasa. 'Membangun Lokasana' itu adalah misi kami saat ini. 

Walaupun apa yang kami kerjakan ini sering dianggap mengganggu oleh beberapa pihak, tapi pada faktanya sekarang hasil dari apa yang kami kerjakan selama ini bisa dirasakan oleh banyak orang. Itu adalah salah satu alasan mengapa kami tetap bersemangat. Ini adalah kontribusi kami terhadap salah satu fasilitas publik di daerah kami, kontribusi yang mungkin tak bernilai, begitu kecil, bahkan tidak terlihat. Ya, karena kami bekerja "SENDIRI".

Lega banget rasanya, kalau kata orang sunda mah "asa bucat bisul", karena mimpi kami membangun Pull Up Bar di Lapangan/Taman Lokasana Ciamis akhirnya bisa terwujud. Tapi sebelum saya bercerita lebih jauh, saya perkenalkan para anak muda harapan bangsa yang sudah rela mengorbankan sebagian harta dan tenaganya dalam usaha mewujudkan rencana yang sudah cukup lama tertunda ini.