Ada beberapa temen yang bilang "Kalo posting typography tuh jangan cuma posting yang udah jadinya, dong! Sesekali posting bareng Tut's-nya ngapa?" Untuk mengatasi kesewotan di dunia persilatan, saya akan coba bikin sebuah contoh Tutorial Typography. Dan untuk mengantisipasi efek pusing, mual, galau bahkan meriang bagi yang baru mengenal Photoshop, saya berusaha membuat Tut ini se-detail mungkin, walau mungkin gak detail banget. Oke, kita mulai dengan niat yang tulus dan secangkir kopi.
Klik gambar untuk memperbesar. 
1. Buatlah Dokumen baru untuk background dengan ukuran 1000x1000 pixel dengan Mode RGB Color dan Resolusi 72dpi. Setelah itu buatlah Layer baru dan berilah warna pada layer baru tersebut menggunakan ‘Paint Bucket Tool’ dengan kode warna ‘#272727’.
2. Dalam poin ini kita akan memberi efek tekstur pada layer background menggunakan ‘Subtle Grunge Brush’.
3. Untuk mendapatkan efek background yang lebih dramatis, sekali lagi buatlah sebuah layer, lalu Fill dengan menggunakan ‘Soft Round Brush’ (Size:  800px, Hardness; 0%) dengan cara melingkar ke semua sisi/sudut Layer, bagian tengah Layer biarkan kosong. Pilih ‘Layer’ pada’Menu Bar’ lalu pilih ‘Layer Style’ dan ‘Blending Option’, selanjutnya setting ‘Opacity’ dengan parameter 47%. 
4. Background sudah jadi dan sekarang kita akan mulai bermain dengan Font. Buatlah sebuah kalimat mengguakan ‘Type Tool ’ (T) yang terletak pada ‘Tool Box’. Disini saya menggunakan Font ‘Contour Generator’ dengan Size 380pt.
5. Sekarang kita akan memberi beberapa efek pada Font. Pertama kita akan memeberikan efek bayakangan dengan  cara pilih ‘Layer’ pada ‘Menu Bar’ lalu pilih ‘Layer Style’ dan pilih ‘Drop Shadow’. Settinglah dengan parameter: Blend Mode = Normal, Opacity = 80 %, Distance = 24 %, Spread = 0%, Size = 32%, Contour = Linear, Noise = 0%. Bisa dilihat pada gambar dibawah ini
6. Masih pada ‘Layer Style’, kini beralih pada setting ‘Inner Shadow’. Blend Mode = Normal, Opacity = 100%, Angle = 110, Distance = 18px, Choke = 0%, Size = 11%, Contour = Linear, Noise = 1%. Jangan tutup Tab ‘Layer Style’ ini, karena kita akan beranjak ke settingan selanjutnya
7. Beralih ke setting ‘Bevel and Emboss’. Pada kolom Structure: Style = Inner Bevel, Technique = Smooth, Depth = 29%, Size = 24px, Soften = 1px. Pada kolom Shading: Angle = 110, Altitude = 41, Gloss Contour = Double Ring, Highlight Mode = Screen, Opacity = 97%, Shadow Mode = Multiply, Opacity = 82%
8. Masih pada setting ‘Bevel and Emboss’, pilih dan beri tanda centang pada menu ‘Contour’, lalu pada kolom Elements, pilih style ‘Half Round’.
9. Sekarang kita beri efek Satin: Blend Mode = Normal, Opacity = 75%, Angle = 19, Distance = 30px, Size = 13px dan Contour = Linear. 
10. Untuk ‘Color Overlay’: Blend Mode = Normal (Dengan kode warna #979797), Opacity = 100%.
11. Terakhir adalah setting Stroke: Size = 4px, Position = Outside, Blend Mode = Normal, Opacity = 100%, Fill Type = Gradient, Style = Linear (Centang ‘Align With Layer’), Angle = -90, Scale = 91%. Nah jika settingan anda sesuai dengan settingan saya, maka akan menghasilkan gambar seperti pada gambar berikut.
Sudah selesai? Ah tentu aja belum, kalau ada yang mau ngopi dulu silahkan, karena ini baru setengah jalan. Nahlo!
Udah ngopinya? Oke kita lanjutkan ke tutorial bagian 2.
1. Duplikat Layer yang tadi kita edit dengan cara klik kanan pada thumbnail Layer, pilih ‘Duplicate Layer’ lalu klik ‘OK’. Setelah itu klik kanan lagi pada hasil duplikat Layer barusan dan cari tulisan ‘Clear Layer Style’, langkah ini bertujuan untuk menghilangkan efek yang sudah kita bubuhkan pada layer pertama, karena pada Layer kedua ini kita akan membubuhkan efek dengan style yang berbeda. Perhatikan bagian gambar yang diberi tanda panah merah.
2. Pertama kita akan melakukan setting pada menu ‘Drop Shadow’: Blend Mode = Normal, Opacity = 80, Angle = 110, Distance = 6px, Spread = 0%, Size = 8px, Contour = Linear, Noise = 0%.
3. Selanjutnya kita masuk ‘Inner Shadow’. Blend Mode = Normal, Opacity = 100%, Angle = 110, Distance =20px, Choke = 0%, Size = 26%, Contour = Linear, Noise = 2%. 
4. Untuk ‘Outer Glow’ silahkan masukan setting berikut: Blend Mode = Screen, Opacity = 20%, Noise = 0 %, Technique = Softer, Spread = 0%, Size = 55px, Contour = Linear, Range = 100%, Jitter = 2%. 
5. Beralih lagi ke setting ‘Bevel and Emboss’. Pada kolom Structure: Style = Inner Bevel, Technique = Smooth, Depth = 113%, Size = 30px, Soften = 11px. Pada kolom Shading: Angle = 110, Altitude = 40, Gloss Contour = Linear, Highlight Mode = Linear Light (dengan kode warna #dea565), Opacity = 78%, Shadow Mode = Multiply, Opacity = 0%.
6. Jika pada layer pertama tadi tidak menggunakan style ini, maka disini kita akan membubuhkannya dengan settingan: Blend Mode = Normal, Opacity = 38%, Style = Linear, Angle = 90, Scale = 100
7. Sekarang kita memasuki style ‘Pattern Overlay’: Blend Mode = Normal, Opacity = 100%, Pattern = Canvas.
8. Sekarang kita beri efek Satin: Blend Mode = Color Burn, Opacity = 50%, Angle = 19, Distance = 10px, Size = 9px dan Contour = Gaussian.
9. Kali ini benar-benar yang terakhir, yaitu setting ‘Stroke’: Size = 11px, Position = Inside, Blend Mode = Normal, Opacity = 0%, Fill Type = Color. Nah jika keseluruhan setting sesuai, maka hasilnya akan tampak seperti pada gambar dibawah ini. Sekarang tinggal finishing yaitu klik tombol ‘Save’ untuk penyimpan Dokumen PSD, dan tombol ‘Save As…’ untuk menyimpan file berbentuk file JPG. 
Dan silahkan lihat hasil dari editing kali ini pada gambar diawal postingan ini. Selamat mencoba dengan  menyesuaikan kalimat dan font sesuai selera anda. Saya mau ngaso dulu sambil-ngupi-ngupi. Terima kasih.

Gambar: Sport-GLO
Memilih untuk menjadi seorang pelari endurance itu bukan hanya sekedar mengikuti tren, apalagi cuma ikut-ikutan biar kelihatan keren. Walau bukan berlabel Atlet Elite Pro, tetap saja harus memiliki pola latihan, pola istirahat dan pola makan yang baik, agar kondisi tubuh tetap seimbang.

Tapi bagi saya yang sering dikejar deadline dalam pekerjaan, membuat saya harus duduk di depan Monitor selama berjam-jam sampai larut malam dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan bisa sampai satu minggu penuh. Mungkin untuk sebagian orang itu bukan masalah besar, tapi jika anda termasuk orang yang aktif berolahraga khususnya lari endurance, pasti akan sangat terasa dampaknya terhadap stamina tubuh.

Kini saya sedang berada dalam kondisi ini, penurunan stamina yang signifikan karena pola makan dan pola istirahat yang kacau. Tapi walaupun kondisi tubuh sedang manja-manjanya, keinginan untuk berlatih tetap besar dan akhirnya saya selalu gagal menahan hasrat untuk berlari.


Ini bukan iklan, hanya ingin berbagi pengalaman. Sebelum melakukan Trail Run ke Gunung, seorang Trail Runner pastinya harus benar-benar mempersiapkan kondisi tubuhnya dan perlengkapan dasar yang harus dibawa, Terlebih jika Trail Run yang akan dilakukan bukan merupakan sebuah acara kompetisi resmi, karena tentunya disepanjang rute kita tidak akan menemukan Water Station ataupun Checkpoint Spot, yang artinya kita benar-benar ‘berlari  sendiri’, oleh karena itu semua perlengkapan harus dipersiapkan dengan baik. 

Salah satu hal yang wajib nyelip di Hydropack adalah energy supply untuk tubuh, daintaranya adalah Meals atau makanan ringan kaya energi. Sebenarnya banyak benget meal yang bisa dijadikan pilihan, tapi saya biasa memilih makanan yang mengandung coklat, gula, dan karbohidrat atau bahkan madu. Dan satu lagi yang tidak boleh tertinggal adalah Pisang, karena buah Pisang juga memang sudah menjadi andalan para Trail Runner dunia. 





BUKAN TYPOGRAPHY MODUS!!! Hanya typography yang terinspirasi dari teman yang baik hati. 

#colekrani
#nyengir
#seruputkopi



Gambar oleh: Rudy Arra
Sebenarnya berlari bukan hal yang asing bagi saya, karena sejak masih duduk di Sekolah Dasar saya sudah aktif berolahraga. Mulai dari Sepak Bola hingga Volly pernah saya tekuni. Jenis olahraga yang juga disebut sebagai ‘The Mother of Sport’ ini memang tak bisa dipisahkan dari cabang olahraga manapun, karena semua Olahragawan/Atlet pasti menyertakan olahraga lari sebagai bagian pokok dari latihan rutin mereka, bahkan bagi Atlet Catur sekalipun. 

Tapi saat saya mulai memamsuki dunia kerja, waktu untuk berolahraga mulai terbatas, bahkan terkadang tidak sempat, sehingga fokus saya pada dunia olahraga yang sangat saya cintai itu semakin pudar, dan mau tidak mau saya pun harus merelakannya. Sejak itu jadwal olahraga saya semakin kacau, kesibukan pekerjaan benar-benar menyita waktu saya, sampai pada akhirnya olahraga menjadi hal yang terasa asing dan sulit untuk dilakukan. 

Bertahun-tahun saya “terjebak” dalam lingkaran kesibukan yang sangat menyita waktu, membuat tubuh saya semakin “gak jelas”, otot menjadi kendur, perut menjadi bulat, kulit semakin pucat dan jejak-jejak bekas latihan yang begitu keras dahulu tak tampak lagi. Menyedihkan! 

Untuk kedua kalinya Komunitas Running Loka Ciamis menjadikan gunung Galunggung sebagai track latihan trail running pada tanggal 20 September 2015 kemarin. Alasan kami memilih track Galunggung kembali karena pada trail running sebelumnya di Galunggung kami merasa ada beberapa hal yang terlewatkan, disamping itu ada beberapa kawan kami yang sebelumnya tidak ikut serta dan kini ingin menjajal track Galunggung. 


Yang turut serta dalam latihan kali ini adalah kang Erik Risnandar, kang Harjanto Galant, kang Irdan Maulana, kang Hasan dan tentunya saya sendiri. Karena persiapan yang lebih baik, perjalanan kali ini jauh lebih terencana, seperti persiapana fisik, perbekalan dan persiapan rute trail running. Berikut rute yang kami gunakan. 
Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai caranya sendiri dalam merayakan kari kemerdekaan negaranya yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Dan bagi saya, hari perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-70 tahun ini terasa berbeda, karena saya merayakannya dengan melakukan sesuatu yang belum pernah dan sangat ingin saya lakukan sebelumya, yaitu melakukan trail running ke puncak sebuah gunung, dan kali ini tujuan saya dan kawan-kawan adalah puncak Galunggung.
Rute Yang Kami Lalui
Ini adalah pengalaman trail running pertama saya dengan medan pegunungan. Biasanya saya latihan di track datar yang tidak terlalu menantang. Ternyata memang benar, teknik berlari di medan datar dengan medan pegunungan memang sangat berbeda, mulai dari teknik pernapasan hingga teknik tumpuan kaki, karena medan pegunungan terdiri dari banyak jenis tekstur pijakan, seperti medan berpasir, medan bebatuan, medan tanah dan lainnya. Perlu konsentrasi dan ketahanan tubuh ekstra agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan pada tubuh.
Saya sering mendengar ungkapan “indahnya silaturahmi”, dan saya selalu berpikir “ya, gua juga tahu, silaturahmi memang indah” hanya sebatas berpikir seperti itu. 

Memanfaatkan momen Idul Fitri, dalam dua minggu kemarin saya melakukan perjalanan menemui beberapa teman lama di Bandung. Sudah lumayan lama kami tidak bertemu. Entah mengapa perjalanan silaturahmi saya kali ini begitu terasa berbeda. Bertemu teman lama, berjabat tangan, rangkulan, ngobrol tentang pengalaman saat masih bersama dahulu. Walaupun suasana sudah berbeda, tidak se-‘liar’ dahulu karena beberapa dari mereka sudah berkeluarga, tapi terasa indah banget. 

Bahkan dalam kesempatan itu saya sempatkan untuk menemui seseorang yang pernah berselisih dengan saya. Alhamdulillah, niat baik saya disambut dengan senyuman, walaupun dalamnya isi hati orang siapa tahu, saya tidak ingin memperdulikannya. Momen yang baik harus dipergunakan dengan baik, termasuk menunjukkan pada dirimu sendiri bahwa dirimu sudah menjadi lebih baik dengan memiliki niat baik dan mengesampingkan ego. 

Mulai sekarang saya tidak akan lagi meremehkan yang namanya ‘bersilaturahmi’, karena bagaimanapun hidup tidak akan pernah bisa diprediksi. Entah apa yang akan terjadi pada diri kita dan sekitar kita satu detik kedepan. Entah berada dimana diri kita dan teman kita satu jam kemudian. 

Oiya, ada satyu hal yang bagi saya tak kalah penting, bahwa kumpul-kumpul di social media tidak akan pernah seindah kumpul-kumpul bertemu muka. 

Indahnya bersilaturahmi.