Racun Paling Unyu


Mungkin topik pada postingan kali akan lebih tepat jika di-publish pada tiga hari yang lalu, tepatnya pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia, tapi sepertinya lebih baik terlambat baripada tidak sama sekali, iya gak?!. Yapp...kali ini saya ingin berisik soal barang yang menurut saya adalah salah satu barang paling absurd yang pernah ditemukan manusia, yaitu ROKOK.

Menurut informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber, ternyata sejarah rokok dimulai dari Benua Amerika. Saat itu Bangsa asli Benua Amerika khususnya Suku Indian, Suku Maya dan Aztec yang menghisap rokok untuk keperluan upacara ritual mereka, seperti ritual persembahan pada Dewa atau memanggil Roh.

Nah kenapa kok sekarang rokok malah menjadi gaya hidup bagi para penghisapnya?. Menurut catatan sejarahnya sih ini berawal dari Bangsa Eropa ketika menemukan Benua Amerika sekitar Abad ke-16. Mereka memperhatikan Bangsa Indian yang sedang melakukan Ritual dengan menghisap tembakau, lalu beberapa dari Bangsa Eropa itu ikut-ikutan mencoba menghisap tembakau tersebut. Entah mungkin terasa nikmat atau apa pun itu, lalu mereka membawa daun beserta biji Tembakau tersebut ke daratan Eropa, karena sebelumnya tidak ada Bangsa yang mengenal Tembakau ini selain Bangsa Asli Amerika.


Kebiasaan merokok semakin menyebar ke seluruh dunia berkat kegiatan perdagangan antar Bangsa yang dimulai oleh para pedagang Spanyol yang masuk ke Turki pada abad ke-19, itu sekaligus sebagai sejarah pertamakalinya kebiasaan merokok masuk ke negara Islam.

Menurut catatan sejarah rokok di Indonesia sendiri bermula di kota Kudus. Awal ceritanya adalah ketika Haji Djamari merasa sakit pada dadanya, Ia mengoleskan minyak cengkeh pada bagian dada yang sakit, dan beberapa waktu kemudian sakitnypun hilang. Karena kebiasaannya melinting tembakau untuk dihisap, Ia pun ber-eksperimen dengan mencampurkan rajangan cengkeh pada lintingan tembakaunya. Dan ternyata cara itupun kembali berhasil menghilangkan  sakit pada dadanya.

Semenjak itu Ia rutin menghisap rokok cengkeh untuk mengobati sakit pada dadanya. Kabar ‘rokok obat’ itu pun makin menyebar setelah ia memberitahukan khasiat rokok tersebut pada kerabatnya. Dan setelah beberapa waktu kemudian, penemuan Haji Djamari inipun menarik perhatian seorang pebisnis yang bernama Nitisemito untuk dijadikan komoditas dagangannya. Pada tahun 1908, perusahaan rokok Nitisumito pun resmi berdiri dengan merek “Tjap Bal Tiga”. Inilah yang menjadi asal mula berdirinya perusahaan rokok di kota Kudus, bahkan di Indoesia. (Dari berbagai sumber)

Wah sepertinya catatan tetang sejarah rokok diatas terlalu panjang ya?, padahal saya ingin bercerita tentang apa arti rokok di ‘mata’ saya hehe...!.

Di mata saya rokok itu hanyalah silinder dengan panjang sekitar 9cm dan diameter 10mm dengan  irisan daun tembakau kering dengan campuran ‘bumbu’ didalamnya yang dikonsumsi dengan cara dihisap untuk mendapatkan ‘asap kenikmatan’ (baca: ‘asap penuh racun’), membiarkan asap selama beberapa detik berada didalam paru-paru lalu membuang sebagian asap tersebut secara cuma-cuma. Ini memang agak absurd menurut saya, berhubung menghisap rokok ini berarti meracuni tubuh, tapi kok makin hari makin banyak saja yang melakukannya.

Saya rasa sebagian besar dari kita sudah mengetahu jika dalam sebatang rokok terdapat 4000 jenis bahan kimia berbahaya yang diantaranya terdapat 60 jenis zat kimia termasuk pada Karsinogen yakni zat yang menyebabkan Kanker. Selain itu terdapat juga golongan Senyawa Logam Beracun seperti Arsenik dan Cadmium. Zat Radioaktif seperti Plumbum (Pb-210) dan Plonium (Po-210) juga terdapat dalam rokok. Tak ketinggalan beberapa jenis Racun seperti Amonia, Karbon Monoksida, Hidrogen Sianida dan nikotin juga numpang eksis disini. Wahh keren yah?!.

Baiklah, rokok memang sangat ‘merusak’, tapi di sisi lain, banyak pihak yang menggantungkan hidupnya pada rokok. Perusahaan rokok telah menyerap banyak tenaga kerja dan rokok juga ikut serta dalam menambah devisa negara, jadi rokok memang sudah menjadi bagian penting bagi banyak pihak. Ya, dulu saya berpikir bahwa rokok ini memang unsur yang teramat sangat penting, sehingga sangat tabu jika rokok dilarang. Tapi coba deh baca tulisan dibawah ini yang saya dapatkan dari pandji.com yang bersumber dari ylki.or.id


  • industri tembakau hanya memberikan kontribusi sebesar 1 persen dari total output nasional dan menduduki peringkat ke-34.
  • Sedangkan dari sumbangan terhadap lapangan kerja pada tahun yang sama (2007) industri rokok hanya menduduki peringkat ke-48, sedangkan pertanian tembakau menduduki peringkat ke-30 diantara 66 sektor.
  • Secara nasional, jumlah tenaga kerja industri tembakau dan petani cengkeh adalah kurang dari 2 persen  dari jumlah pekerja di semua sektor.
  • Sedangkan dari upah yang diterima, pekerja industri tembakau menduduki peringkat ke-37 dengan rata-rata upah Rp 662.000 perbulan. Upah buruh tersebut sama sekali tidak menjamin mobilitas vertikal ekonomi para buruh, karena hanya cukup untuk biaya makan. Seharusnya terdapat studi lebih lanjut untuk melihat berapa belanja iklan perusahaan dibandingkan dengan biaya untuk upah buruh. Komparasi ini akan menjadi penting guna melihat bagaimana industri rokok membelanjakan pendapatannya.
  • Sementara petani tembakau pendapatannya lebih rendah lagi, yaitu Rp 81.397 per bulan. Dari upah yang sangat rendah tersebut dapat diketahui bahwa petani tembakau dari jaman Belanda hingga sekarang relatif stagnan status ekonominya, selalu dalam kemiskinan struktural.
  • Selain itu, nilai kompetitif tembakau dengan produk pertanian lainnya juga dipertanyakan, karena sekarang ini hasil pertanian produk pangan seperti beras, jagung dan kedelai, sawit, kopi dan sebagainya sedang tinggi-tingginya di pasar dunia.
  • Dari sisi penerimaan negara dari cukai rokok. Dengan menerapkan cukai rokok sebesar 37 persen, Indonesia masuk dalam kategori terendah nomor 2 dalam hal cukai, hanya lebih tinggi sedikit dari Kamboja yang mematok 20 persen. Sedangkan dalam Undang Undang Cukai Indonesia menetapkan batas cukai maksimal sebesar 57%. Sementara rata-rata cukai gobal adalah 65%, artinya dengan cukai maksimal di Indonesia masih berada dibawah rata-rata global. Bandingkan dengan Thailand yang sudah memasang cukai sebesar 63 persen, atau Singapura yang bercukai hampir 90 persen.


Setelah saya baca tulisan ini seakan saya mendapatkan antiklimaks dari pemikiran saya sebelumnya. Rokok bukan segalanya sob!!!.

Semakin miris ketika saya mendapatkan satu fakta lagi yang juga saya dapatkan dari ylki.or.id yaitu menurut Global Youth Tobacco Survey, menunjukan bahwa 24.5% anak laki-laki dan 2.3% anak perempuan berusia 13-15 tahun adalah perokok. Sedangkan  perokok yang memulai merokok pada usia 5-9 tahun terus mengalami peningkatan. Dari 0.4% pada tahun 2001 menjadi 1.8% pada tahun 2004. Artinya, ada peningkatan 4 kali lipat hanya selama kurun waktu 3 tahun.

Bukan hanya itu, dengan jumlah konsumsi rokok mencapai 265 milyar batang pertahun, telah menempatkan Indonesia sebagai Negara ketiga terbesar didunia dalam hal menghisap produk racun ini. Ironisnya, 265 milyar batang tersebut 70% nya dihisap oleh masyarakat kelompok rumah tangga rentan (miskin). Kelompok rentan ini, menurut data Badan Pusat Statistik, lebih rela membelanjakan uangnya untuk membeli rokok ketimbang untuk kesehatan, telor, susu dan pendidikan. Belanja rokok hanya dikalahkan oleh belanja padi-padian.

Fakta ini bukan hanya celoteh anak TK belaka, soalnya dilingkungan tempat tinggal saya sendiri juga saya menemukan ada seorang anak laki-laki berusia sekitar 4 tahun sudah mampu menghabiskan sebatang rokok sampai habis. Parahnya rokok itu dia dapatkan dari orang tuanya sendiri. Disini saya berpikir bahwa peran orang tua sebagai pihak terdekat dengan anak begitu penting untuk membentuk karakter anak yang mempunyai pemahaman yang tepat sejak dini tentang rokok.

Saya juga pernah menjadi perokok, dan motivasi saya melakukan itu hanyalah untuk kepentingan gaya hidup, kepuasan dan pergaulan semata. Orang yang merokok cenderung akan lebih mudah diterima dalam pergaulan, walaupun itu tergantung pada kelompok mana kita akan bergaul. Tapi sekali lagi itu bukan segalanya, ada cara yang lebih baik untuk diterima dalam pergaulan, dan akan menjadi kebaikan jika kita memilih cara yang lebih baik.

Ketika saya memutuskan untuk berhenti merokok memang perlu perjuangan. Saya harus melawan pengaruh kecanduan yang sudah menyerang otak saya, dan itu tidak mudah. Saya juga mendapatkan tekanan dari lingkungan sekitar, ada beberapa pihak yang sempat menyebut saya Banci atau sebagai laki-laki yang tidak jantan karena saya tidak merokok. It’ oke, tapi toh faktanya saya sering melihat para Banci merokok (maaf, bukan bermaksud mendiskriminasikan Waria), dan banyak kok tokoh Pria yang mendapat predikat ‘Pria jantan’ tapi mereka tidak merokok.

Nah disini juga kita mendapat satu lagi pengaruh buruk dari rokok, selain meracuni tubuh dalam arti sebenarnya, juga meracuni pemikiran beberapa pihak dengan pemikiran yang tidak tepat dan cenderung rasis. Saya tampik anggapan jika seseorang sudah kecanduan merokok maka dia tidak akan bisa berhenti, karena saya sudah membuktikan sendiri jika saya bisa melakukannya.  Ini soal motivasi dan usaha mewujudkannya.

Itulah beberapa hal yang membuat saya semakin mantap untuk tidak kembali lagi mengkonsumsi rokok. Tapi semua itu kembali lagi pada masing-masing individu, semua orang berhak memilih, semua orang berhak berpendapat, dan semua orang juga berhak untuk saling mengingatkan dan diingatkan.

Rokok oh rokok, betapapun pengaruhmu begitu miris dan sadis tapi kamu tetap disukai dan dipuji-puji oleh banyak orang. Kamu memang racun paling unyu di dunia ini.


4 komentar:

  1. baru tau rokok asalnya dari amerika
    buat aku perokok itu ga terlalu mengganggu asal asapnya di telen sendiri hahaha

    ah aku juga kalo stress ngerokok kok. apalagi kalo lagi ngumpul :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihii...iya betul, biar asapnya ga sia-sia, jadi mendingan telen aja sekalian :D

      Iya sih, gimanapun juga ngerokok itu bisa bikin tenang, gak ada salahnya juga sih.

      Hapus
  2. apa yg nulis jg perokok???
    untungny bapak sudah berhenti ngerokok setelah sakit & kakak ku bukan perokok :)

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah saya bukan perokok Mba, lebih tepatnya saya subah berhenti merokok sejak dua tahun yang lalu hehe...saya sangat bersyukur.

    Syukurlah jika bapak anda juga bisa berhenti merokok, semoga saja tidak kembali lagi merokok ya?! :)

    BalasHapus