#MuhammadshowedMe

Ternyata masih sangat gencar pemberitaan tentang Protes Film “Innocence Of Muslims” ini. Dan dikabarkan Protes terhadap Film ini terus berlanjut di beberapa negara. Tadi saja waktu mengunjungi VivaNews, saya menemukan kabar terbaru tentang aksi demonstrasi besar yang dilakukan oleh Organisasi pro-toleransi agama yang berbasis di Brazil yaitu Brazilian Commission for Combating Religious Intolerance (CCIR).

Kabarnya sekitar 200.000 orang dari 25 kelompok agama bergabung dalam demonstrasi ini. 25 Kelompok ini diantaranya adalah para pemeluk Islam, Protestan, Katolik, Yahudi, Buddha, dan juga kepercayaan lokal, dan demo yang mereka lakukan ini dikabarkan berlangsung dengan damai.

Saya sebagai Umat Muslim sangat menghargai tindakan saudara-saudara kita yang berbeda agama ini. Ini adalah salah satu bentuk toleransi yang ditunjukan oleh mereka.

Tapi bukan berarti protes terhadap Film “Innocence Of Muslims” ini harus dilakukan dengan turun dan teriak-teriak di jalanan kan?. Apalagi dengan cara anarkis dan sampai menghilangkan nyawa orang lain, tentunya tindakan anarkis itu sangat tidak mencerminkan sifat seorang Muslim bukan?.

Seperti yang telah dilakukan oleh seorang Rapper asal Amerika yaitu Lupe Fiasco. Rapper Muslim dengan nama asli Wasalu Muhammad Jaco ini justru melakukan demonstrasi di akun Twitter-nya @LupeFiasco dengan cara mengirim twitt yang menjukan teladan-teladan Nabi Muhammad SAW dengan hashtag #MuhammadshowedMe.


Twitt Lupe Fiasco ini langsung mendapat Mention dari para Followers-nya, terutama dari Follower Muslim. Dengan followers yang mencapai 1.293.000-an ini saya rasa akan mempunyai pengaruh cukup besar.



Dan sampai hari ini pun twitt dengan hashtag #MuhammadshowedMe masih terus berlangsung, ini membuktikan jika berdemo dengan cara unik seperti inipun dapat menuai banyak simpati, dan saya rasa akan lebih aman juga lebih manusiawi.




Tentunya anda semua pasti sudah mengerti bahwa kekerasan bukan merupakan jalan terakhir untuk menyelesaikan masalah Rasisme seperti ini. Dengan menuangkan pemikiran dan pengaruh dari seorang tokoh, lalu kita mendukungnya, saya rasa itu akan memberi dampak yang jauh lebih baik daripada harus menggunakan kekerasan.

Tapi semua itu dikembalikan lagi pada diri masing-masing individu, jika kita menginginkan kehidupan manusia yang damai, maka kita harus tahu dulu dari mana kita harus memulainya.

23 komentar:

  1. @ashtho_hackers donk sob, hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke...tapi ntar disana jangan cuekin saya ya haha...

      Hapus
  2. ya, saya setuju kampanye damai untuk menentang kelaliman dan kesewenang-wenangan.
    kita bisa lewat liqa' yang mengkristal menjadi rekomendasi kelompok, juga cara aman yang lain. ketimbang demo yang akhirnya malah memecah bangsa sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahhh...ini memang masalah klasik ya Mas :|

      Hapus
    2. ya, sangat klasik. dan buat saya yang sering ngerasa banget karena sering ada demo di depan kantor, jadi bosen dan apatis, karena apa? mereka bagi2 duit di pinggir jalan. ketauan banget kan jadinya.

      Hapus
  3. demo ga masalah asal jangan salah sasaran
    kita kadang ga bisa membedakan itu latar belakangnya pribadi, sara ata politik. seringnya digeneralisir jadi satu kaum. tar kejadian lagi kaya front preman indonesia yang ngamuk di tempat ibadah makasar demi solidaritas rohingya katanya. itu kan bego bener wong rohingya murni urusan politik kenapa harus bawa bawa agama..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini yang membedakan antara pihak yang benar-benar mengerti dan pihak yang ikut-ikutan belaka kayak preman-preman itu. Ketika ada pihak yang dianggap sepihak dengannya diusik pihak lain, merekapun langsung melabrak secara brutal tanpa mengkaji dahulu latar belakang permasalahannya. Dan cara penyelesaiannyapun menggunakan otot tanpa menggunakan otak, kayaknya sih otak nya digadein deh tuh...

      Hapus
    2. manusiawi tapi nyebelin..
      jaman dulu pernah ngalamin dikeroyok sama anak-anak kampung sebelah. gara-gara ada yang berantem di dangdutan. padahal boro boro tau siapa yang bermasalah, suka nonton hajatan aja engga. masa urusan pribadi satu dua orang, terus sekampung dimusuhin..?
      untung ajian langkah seribunya masih bisa diandelin
      hehe

      Hapus
    3. Itu lah contoh konkret manusia kampungan berpemikiran sempit, asal njeplak ajah. Beda dengan manusia kampung yang berkarakter, mereka akan berpikir dinamis dan memegang adat dan aturan khas perkampungan.

      Ngomong-ngomong ajiannya harus diwariskan tuh Mas, saya mencalonkan diri deh jadi pewaris nya, pasti akan sangat berguna dalam menghadapi dunia yang makin gila ini. Tapi yang pasti tidak akan saya gunakan untuk lari dari kenyataan kok :D

      Hapus
    4. syaratnya kudu mau makan kaki seribu dulu :))

      Hapus
    5. Asal contohin dulu sama Guru Rawins, saya belom pernah makan gituan soalnya! :D

      Hapus
  4. Balasan
    1. Yeyeyee...akhirnya aku berhasil bikin orang Jogja ini kebingungan haha...:D

      Sumuhun Mas bukan 'sunmuhun', itu bahasa sunda halus yang artinya 'betul'.

      Hapus
    2. Mas Rawins: Sundakasep!!!

      Ahmad Rizal Samsi: Bahasa sunda bro...

      Hapus
    3. waduh salah sasaran...
      maksudnya buat mamahnya kirei kok
      sun da bageur, neng...

      Hapus
  5. Bahkan demo tersebut malah melenyapkan nyawa orang yang mungkin saja tidak ada hubungannya dengan film tersebut... Gimana kita mempertanggung jawabkan ketika di akhirat ditanya "Mengapa engkau membunuh mereka yang tidak berdosa?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah sob, tindakan mereka itu memang gak masuk akal.

      Hapus
  6. entahlah rudy, mereka melakukan itu semua kerana amarah, padahal mereka lupa, amarah itu, tidak disukai dalam islam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan yang lebih memprihatinkan lagi jika mereka sebenarnya tidak lupa, tapi tetap melakukan kekerasan karena terdorong emosi tak terarah.

      Hapus