Ditangan Para Penikmatnya

Untuk kesekian kalinya aku mendengar ungkapan “Musik Kampungan”. Sampai sekarang aku tidak pernah tahu spesifikasi seperti apa yang membuat sebuah lagu atau musik bisa disebut sebagai musik kampungan, musik norak, musik tidak berkualitas, atau musik ecek-ecek. Karena setahuku lagu atau musik yang mereka sebut sebagai musik kampungan ini justru sangat disukai dan mempunyai penikmat/penggemar yang jumlahnya tidak sedikit. Bahkan beberapa masyarakat yang di klaim sebagai masyarakat ‘kelas ataspun’ turut menyukainya.

Jujur saja aku bukan termasuk penikmat setia dari karya Musisi seperti Kangen Band, ST12, Wali Band, Hijau Daun Band atau semacamnya (Maaf, bukan bermaksud mendiskriminasikan beberapa pihak  dengan menyebut nama secara vulgar, tapi karena menurut yang aku dengar selama ini bahwa merekalah yang selalu menjadi objek ‘musik kampungan’) , tapi aku sama sekali tidak membenci mereka terlebih karya-karya nya. Aku hanya merasa suasana dan materi yang terdapat pada karya mereka tidak sesuai dengan seleraku. 

Yang membuat aku harus mengucapkan kata PRIHATIN bak Bapak SBY adalah ketika dunia musik yang seharusnya berperan sebagai bahasa universal, ternyata malah dipisahkan oleh sekat-sekat penilaian negatif seperti ini. Karena bagaimanapun masalah ini bisa menjadi potensi perpecahan dikalangan musisi dan penikmat musik atau bahkan bisa berdampak pada wilayah yang lebih luas. 

Aku mengambil logika seperti ini, setiap Musisi mempunyai referensi yang berbeda dalam menciptakan karyanya. Orang yang tinggal dikampung akan cenderung mempelajari apa yang ada disekitarnya, yaitu hanya disekitar kampung saja. Sedangkan orang yang tinggal dikota besar pasti akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempelajari lebih banyak hal. Jadi aku rasa tidak adil juga jika kita langsung menghakimi musik mereka sebagai musik sampah, karena memang hasilnya pasti tidak akan sama.

Soal ecek-ecek, aku malah balik bertanya, apa memang pantas musik itu dibilang musik ecek-ecek?. Tunggu dulu, aku malah melihat jika banyak dari musik mereka itu telah direncanakan dengan matang. Kita ambil contoh dari setting video klip lagu Cari Jodoh dari Wali Band. Konsep nya sangat sesuai dengan isi lagu dan pasar yang akan mereka jadikan sasaran,  dengan set ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang begitu bersahaja dengan menggunakan model video klip yang benar-benar familiar dengan masyarakat luas. Bukankah ini merupakan konsep yang matang untuk menembus pasaran?. Nah jika anda berpikir mereka membuat karya hanya untuk memenuhi permintaan pasar, terus memangnya kenapa?, apa urusan kita dengan penghidupan orang lain.

Satu lagi yang ingin aku soroti disini yaitu tentang suara sang vocalis. Pada awal karirnya, demo lagu The Rolling Stone pernah ditolak oleh beberapa Producer rekaman karena karakter suara sang Vocalis yaitu Mike Jagger tidak memenuhi standar. Tapi setelah mereka berhasil menemukan Producer yang bersedia mengorbitkan mereka, dan karya mereka dapat dilempar ke pasaran, ternyata tanggapan dari pasar begitu luar biasa dan akhirnya The Rolling Stones pun kini menjadi legenda. Padahal jika ditanya pendapat, aku lebih suka dengan karakter suara Eric Martin daripada Mike Jagger. Itu sebagai contoh.

Sekarang tolong anda nilai kedua lukisan ini.

Mona Lisa
Mona Lisa
en.wikipedia.org


The Scream
The Scream
internasional.cukupsatu.com

Jika aku disuruh membandingkan lalu memilih lukisan mana yang akan saya ambil untuk dipajang di ruang tamu, aku akan memilih lukisan Monalisa. Alasan pertama, aku lebih familiar dengan lukisan Monalisa karena aku lebih sering melihat atau sering membaca informasi tentang lukisan ini, selain itu aku lebih suka dengan dengan view nya yang berkarakter realistis. Tapi belum tentu dengan anda, mungkin saja anda akan lebih memilih lukisan The Scream karya Edvard Munch yang tercatat sebagai lukisan termahal di Dunia ini. Alasan atau motivasi yang menyebabkan anda lebih memilih likisan inipun pasti akan berbeda.  

Begitupun dalam menilai sebuah karya musik, masing-masing dari kita pasti akan memiliki latar belakang yang berbeda dalam menilai sebuah lagu. Aku suka mendengarkan lagu-lagunya Dream Theater karena sangat kagum dengan skill bermusik dan keunikan harmonisasi nada yang begitu dinamis, tapi aku juga sangat suka mendengarkan lagu-lagu Chrisye karena lagu-lagunya begitu terasa memiliki ikatan emosional dengan pengalaman hidup. Itu adalah beberapa contoh latar belakang seseorang dalam mengagumi sebuah lagu.

Ini hanya tentang pandanganku tentang musik, yang berangkat dari ketidak nyamanan ku terhadap doktrin yang telah berkembang di masyarakat ini. Aku yakin pasti banyak yang mempunyai pandangan berbeda dengan ku, dan disanalah indahnya berpikir terbuka, kita bisa membuka pintu cakrawala tanpa dikekang pemikiran satu arah. 

Jadi menurutku, secara universal tak ada karya seni yang terbaik ataupun karya seni yang  terjelek, semuanya memiliki kekuatannya sendiri, karena nilai sebuah karya seni itu berada di Tangan Para Penikmatnya.

53 komentar:

  1. soal musik, saya penyuka semua jenis musik selama saya nyaman mendengarkannya. Jd gak mslh itu musik keronocong, langgam jawa, musik klasik atau lagunya angkatan kangen Band.

    Demikian juga soal lukisan, jika saya merasa nyaman dengan sebuah lukisan apalagi ada yg memberinya secara gratis...tentu wouww banget saya dengan pikiran dan hati terbuka menerimanya dan terima kasiihhhh..hahahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dikasih lukisan senilai 1,1 Trilyun??? 1% juga gak apa-apa deh mbak haha...

      Hapus
  2. menikmati sesuatu itu harus diresapi seperti air. tapi bukan berarti meresapi seni kita harus menikmati air seni lho ya..?

    intinya pada pemahaman atas isinya. kalo ga paham lukisan abstrak, kita tak akan bisa menikmatinya. sama halnya dengan musik. kita kudu memahami isinya dangdut kalo mau menikmati musik dangdut. begitu juga bila ingin menikmati musik rok, kita juga harus tahu apa isinya rok...

    BalasHapus
    Balasan
    1. musik air seni bunyine krucuk-krucuk to?

      Hapus
    2. musik air seni tuh bunyinya kayak lagi goreng ikan mas...hahahaha

      Hapus
    3. Mas Raw: Tenang aja Mas, aku gak akan terpengaruh ajaran sesat kok haha..

      Nah itu maksudku!, memang ya kalo berdiskusi sama orang cerdas itu gak perlu cuap-cuap panjang x lebar, dijelasin dikit aja ngerti sendiri dia, walaupun kadang rerpons nya terasa kecut hihi...

      Mas Zach & Mbak Ay: Huahah...tapi tergantung siapa yang membawakannya, Laki-laki atau Perempuan hihihi...#Kabuuur

      Hapus
    4. huahahahahaha... asli ketawa saya natural nih. asem tenan.

      Hapus
    5. Emang bener tho Mas? huihihi..

      Hapus
  3. irisan pada kita ada di Dream Theater rupanya ni Mas. grup inilah yang bisa membawakan musik yang paling cerdas di dunia.

    cuma abis drumernya ganti sekarang, saya agak kagok dikit dengernya. untung bukan james labrie yang diganti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuiiih seneng banget bertemu dengan kawan satu aliran hehe...betul Mas, menurutku juga begitu, makanya aku sangat setuju jika mereka mendapat gelar The Professor.

      Aku juga gak terlalu greget dengan formasi yang sekarang, formasi favoriku adalah saat posisi keyboard diisi oleh Derrek atau Rudess. Buatku Dream Theater adalah LaBrie, Myung, Portnoy dan Petrucci, kalo tanpa salahsatu dari mereka rasanya bukan DT lagi. :(

      Hapus
    2. ya, saya lebih suka jordan rudess sih Mas. kalo disini, dia analog bisa mainin pentatonik. oh iya mike mangini tu kaku ya mainnya. bersih tapi kaku. nggak luwes kayak portnoy. btw, kemana ya portnoy sekarang?

      Hapus
    3. Iya Mas, aku sangat kagum saat mereka membawakan 'Instrumedley' secara Live, Pure & Perfect, kayak hasil rekaman aja, gak pernah bosen aku melihatnya. Mike Mangini juga memiliki misi yang bagus, tapi betul, tidak seluwes Portnoy.

      Portnoy sekarang bergabung dengan Mike Orlando dalam nama besar Adrenaline Mob Mas. Aku rasa karakter bermusik Mike Orlando sangat sejalan dengan karakternya Mike Portnoy.

      Hapus
    4. iya, itu bener banget. mereka juga kalo rekaman, "live" juga katanya. maksudnya tidak merekam terpisah-pisah dan tambal sulam.

      kalo saya, tetep "another day" lagu wajibnya. maut banget. dulu temen saya punya band manggung di alun2 semarang, nyanyiin lagu ini. hasilnya, kacau banget. yuhui.. pokoknya DT memang sangat sulit buat ditiru. mana ada coba grup yang mampu meng-coverversion-kan mereka.

      Hapus
    5. Jangankan Another Day, yang The Silent Man aja susahnya selangit, padahal itu versi accoustic, soalnya cords nya miring-miring hehe, tapi aku sempat berhasil membawakan part melody-nya, karena lick nya cukup sederhana.

      Iya Mas, keknya belum ada deh grup yang mampu meng-cover salahsatu lagu mereka dengan sempurna. Ingin sekali aku melihat ada musisi Indonesia yang meng-cover "Learning To Live", kalo ada yang bisa membawakannya dengan sempurna, salut banget deh.

      Hapus
  4. setiap orang punya caranya sendiri dalam menikmati hidup
    dan berbeda dalam selera adlah pasti adanya
    kalo semua orang punya selera sama... pasti layaknya pelangi yang hanya memiliki satu warna ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat, maka dari itu kita tidak bisa memaksakan selera seseorang untuk sama dengan kita. Itulah salahsatu maksud tulisanku ini.

      Hapus
    2. sya setuju bngt apa yg dikata rumah buku

      Hapus
  5. aku mah ga milih musik apa, kalo enak ya hayuk aja.. sepanjang telinga ngga eneq dengernya..

    soal lukisan di atas, kalo boleh milih mah aku ga milih keduanya, karena ga suka lukisan bentuk manusia dan yang seram-seram.. aku milih lukisan alam..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah sayang ya Mbak, tau gitumah tadi aku aplot gambar lukisan desaku yang kucinta.

      #Emang ada?

      Hapus
  6. tergantung selera nya si penikmat

    BalasHapus
  7. Ini sudah menyangkut selera. Kalaw sudah memasuki ranah "Selera" , maka siapa pun harus menghormatinya. Selera memang tidak dapat diperdebatkan. Selera tidak ada kaitannya dengan Gengsi, jabatan, gender apalagi pencitraan. Saya bekerja di database dan jaringan di perusahaan, tapi saya suka Jengkol. Adakah kesukaan saya asma Jengkol berpengaruh imej atau citra saya di kantor. Tentu saja tidak. Selera setiap orang harus dihormati. Soal Selera memang tidak dapat diperdebatkan begitupula soal Musik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuh kuadrat!

      Komentar anda begitu memukau Kang. Terima kasih sudah menambahkan.

      Hapus
  8. aku pernah melihat lukisan picasso di museum dan heran bagusnya apa sih hahahhahahaa .. dasar ngak ngerti ttg lukisan :D

    kalau musik lbh suka ndengerin musik klassik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah beruntung sekali Mbak Eli pernah mendapat kesempatan untuk melihat lukisan karya Picasso, walau tidak bisa menikmatinya hehe...

      Aku juga suka musik klasik lho Mbak :)

      Hapus
  9. kalau musik saya juga suka Dream Theater, musik aliran hardcore, metalcore, punk melodic, gothic dan semacam nya karena alasan tertentu dan yang pasti nya saya sangat menikmatinya walaupun bagi sebagian orang itu adalah musik yang tidak enak didengar alias berisik, tapi saya sangat menikmati skill permainan musik setiap pemain nya :D
    namun tak masalah juga dengan musik yg di sebutkan seperti diatas, masing2 punya nilai seni tersendiri.. ga bisa dibilang itu musik jelek atau bagus ya karna itu tadi menurut saya punya kelebihan sendiri2 dan selera setiap orang pun berbeda :D setuju banget dengan mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu lagi nih yang sealiran hehe...

      Iya, yang pasti 'jangan benci mereka (karya yang tidak sesuai dengan selera kita), cukup jangan ikuti mereka saja' :)

      Hapus
  10. seperti halnya selera, pun dengan pendapat maka akan ada banyak yang berbeda :) masalahnya mungkin di makna, apa sih perbedaan dari musik kampungan dengan musik kota hehehe mungkin gak ada jawaban baku :) so orang kdg menilai berdasar "katanya" orang lain bukan karena dia sendiri mengerti dgn apa yg diucapkannya.

    BalasHapus
  11. "Jadi menurutku, secara universal tak ada karya seni yang terbaik ataupun karya seni yang terjelek, semuanya memiliki kekuatannya sendiri, karena nilai sebuah karya seni itu berada di Tangan Para Penikmatnya"

    bener bgt sobat...? dua jempol buat sobat...?

    BalasHapus
  12. betul banget sob, sebuah karya seni itu berada ditangan para penikmatnya.

    BalasHapus
  13. cuma mau bilang follow sukses dilakukan, follback juga ya :D

    BalasHapus
  14. Iya sih mas Rudy .. tergantung selera. Tapi beda kali kalo yang bicara memang ahli dalam bidng seni musik, misalnya dalam kontes Idol itu. Eh tapi ada kalanya Anang tak sepakat juga dengan Dhani misalnya. Itu masalah selera.

    Tapi kalau mereka sepakat mengatakan seorang penyanyi bagus atau tidak. Nah .... itu baru ukuran kualitas penyanyi bagus dan bukan.

    Saya sendiri, bukan penikmat musik. Saya tak suka musik umum. Saya sukanya nasyid. Tapi saya masih bisa bilang mana lagu yang bagus, mana yang tidak. Sekali lagi, masalah selera. Kalo saya bukan mendengarkan musiknya, tapi liriknya. Lagu yang liriknya mendidik atau membangun misalnya, bagi saya yang bagus. Lagu yang meski musiknya orang2 bilang bagus tapi isi liriknya memanjakan syahwat misalnya - maaf itu lagu jelek bagi saya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, jika konteksnya adalah menilai kualitas sang musisi, memang harus objektif, terlebih jika kondisinya berada pada ajang kompetisi.

      Nah terlepas dari semua itu, penilaian Mbak Mugni terhadap musik nasyid sampai anda menyukainya, itulah yang aku maksud sebagai latar belakang penilaian terhadap sebuah lagu. Semua tergantung pada berbagai macam referensi yang selama ini kita punya.

      Hapus
  15. Tidak perlu jauh-jauh ...
    Cobalah tengok pada zaman sekarang .... Boyband dan Girlband seakan-akan dicap banget sebagai musik yang (ehem) bukan aku yang kata lhoo.

    Aku suka musik-musiknya. Dan dalam beberapa hal aku suka personil2nya.

    Ya memang benar. Hal itu terkadang membuat kita tidak nyaman dalam memilih musik mana yang kita sukai ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah adanya Mas, sebenarnya hak seseorang juga untuk membenci apa yang ia tidak suka, tapi alangkah bijaksananya jika tahu dimana kita harus menempatkannya.

      Hapus
  16. kunjungan perdana sob :) sambil baca2

    visit n koment back y di blogq :)
    klo boleh skalian follow ntar ak follow back.
    http://achsanarea23.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Segera merapat.

      BTW, kenapa gak sekalian sekarang aja follow blog aku nya sob?, oh iya...kan biar balik lagi kesini ya?!

      okesip!

      Hapus
  17. saya penikmat lagu2 Kangen Band, Wali Band , ST12 ,,dan Hijau Daun loh! ah..saya mah ga peduli mau dibilang 'kampungan' juga! emang gitu adanya... :D

    btw..setelah diamati, kok lukisan the Scream yg di atas, beda sama lukisan the Scream di situs Wiki ya? cek deh di http://id.wikipedia.org/wiki/Jeritan_(lukisan)
    apakah memang ada dua versi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah tenang aja Mbak, sebenernya orang yang bilang kampungan itulah yang kampungan hehe..

      Wah betul Mbak, aku baru ngeuh lho, mencari data soal lukisan ini aku dapat dari beberapa feferensi saja. Terdapat beberapa perbedaan yang cukup mencolok, dari segi warna, goresan kuas dan yang paling terlihat adalah gambar salah seorang (atau apapun itu) dibelakang objek utama lukisan berada pada posisi yang berbeda. Apa sudah ada yang membahas tentang hal ini ya?

      Hapus
  18. Kalau saya sih gk bilang Kangen Band, Wali, Hijau Daun, dan ST 12 itu kampungan, saya jg suka ndengerin lagu2nya mereka.
    Kalau mereka kampungan, knapa mereka sukses? Kangen band aja prnh dpt penghargaan double platinum atas penjualan albumnya.

    Musik yg kampungan itu musiknya Boy band dan Girl band..!

    BalasHapus
  19. Soal musik, saya paling suka genre rock ballad.. trus kalo yg musik kampungan jenisnya kayak gimana ya..? jadi ikutan bingung juga nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, sampai sekarang aku juga masih bingung musik kampungan itu yang kek gimana yak?

      Hapus
  20. Prihatin yg saat ini di alamin oleh anak2 kita ya sob...mereka lebih hafal lagu2 yg lagi hit saat ini..di banding lagu2 wajib nasional..

    Klw buat jenis lagu..sy malah suka lagu2 era 90an..lbkn lagu2 saat ini ga bagus..cuma gampang nge hit..gampang pula di lupa orang.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga lebih menyukai musik era 90an Mas, padahal aku ini anak baru hihi...

      Hapus
  21. untuk st 12 itu keren
    walau aku juga gak terlalu senang lagu melow

    tapi yang namanya keren ya patut di puji lah
    :D

    BalasHapus