Ketika kegundahan sedang melanda jiwa, keindahan makna lagu "Bila Waktu Telah Berakhir" dari Opick akan sukses membuat kedua mataku berkaca-kaca. Ketika kepenatan dunia meluluhlatakkan semangatku, alunan lirik lagu "Dust In The Wind" dari Kansas kerapkali sanggup membuatku merasa lebih tenang.

Konon katanya, perasaan seseorang akan sangat mudah tersentuh, salah satunya adalah ketika jiwanya sedang berada dalam kelabilan dan ketidakpastian. 

Hari ini, aku merasa biasa saja. Tak ada kegundahan apalagi kegalauan. Tapi, rasanya ada sesuatu yang telah memberi "cambukkan" pada diriku setelah aku membaca tulisan yang terkemas dengan sangat elegan di blog Mas Zachroni Sampurno. 

Mungkin saja akan ada yang menganggap ini terlalu berlebihan. Terserah!!! yang pasti tulisan itu telah memberiku pelajaran tentang pentingnya ketenangan dalam bersikap. Selama ini aku merasa terkadang masih belum bisa mengendalikan diri saat menghadapi suatu permasalahan. Emosi yang meletup-letup. Pertimbangan yang belum matang. Terlalu berambisi (?). Entahlah.

Ahh...ini hanya sebuah renungan malam saja. Aku sangat berterima kasih kepada sang penulis yang selalu tampak keren dimataku. *mendadak gombal*

Terima Kasih Mas Zach.

Atas musibah yang telah menimpa Mas Zach, aku turut berduka. Dan untuk Arien, semoga sukses dan pulang dengan selamat dari Singapura sana. Amin.

Seperti biasa dan akan dibiasakan, pada hari sabtu aku akan posting tulisan dalam bahasa sunda. Dan kali ini yang aku publish adalah artikel yang ditulis oleh Kakakku. Terima Kasih.

Sampurasun...ngiring nyimpen tulisan simkuring ah landong simpe.

Tadi pasisiang kuring ngawangkong sareng bapa-bapa duka urang mana di tukang tambal ban, bade ngagaleuh parab manuk saurna...nyana naros kieu : Kang naha nya lamun tiap bulan puasa teh urang mah sok asa leuwih riweuh neangan dunya (duit) tibatan 11 bulan nu katukang? apanan ceuk Gusti nu Maha Suci teh urang Islam dibere waktu anu super istimewa pikeun neangan amal hade, ibadah pikeun ke jaga diakherat...ngan sabulan! nyaeta bulan Romadon nu sagala amal urang dilipatgandakeun ku Gusti!..cing salah urang teh dimana? naha tradisi nu salila ieu geus ngagetih daging? atawa pipikiran urang anu geus ka cocokan ku kapitalis, hedonisme atawa perkara perkara anu geus di jeujeuhkeun ku kaum diluar kayakinan urang pikeun ngarungkadkeun atawa ngotoran Islam?....

(edass eta patarosan meni seukeut keuna kana manah.kuring ngahuleng bingung kudu ngajawab kumaha...)

Miris rasanya jika mendengar ada upah pekerja yang belum dibayar melewati batas waktu yang sudah seharusnya, bahkan hingga berbulan-bulan. Termasuk ketika aku mendengar curhatan seorang kawan yang berprofesi sebagai buruh bangunan. Upah yang seharusnya ia terima pada setiap minggu, malah tak kunjung dapat ia genggam. Katanya sih alasannya sepele, bos-nya sedang di luar kota.

Bagaimanapun, sebagai seseorang yang pernah menjadi karyawan, tentunya aku sangat bisa memahami bagaimana rasanya jika hak yang sudah waktunya aku terima malah tertahan di "brangkas" kantor. Terlebih bagi kawanku yang dikejar-kejar kewajiban untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga kecilnya itu, apakah sang bos tidak berpikir sampai sana? Dalam hal ini, rasanya keterlaluan jika si bos menganggap mengulur waktu adalah sebuah kewajaran, karena yang namanya urusan perut mana bisa ditunda-tunda!

Ini menjadi satu pelajaran buatku. Terlepas dari berbagai kendala yang terjadi ditubuh internal pihak pengguna jasa para pekerja, tetap saja hak para pekerja tidak dapat dianggap sepele. 

Aku jadi teringat sepotong kalimat dari Uwa saat beliau memberiku wejangan beberapa tahun lalu, dan potongan kalimat ini benar-benar terpatri dipikiranku "Bayarlah upah orang yang membantumu menyelesaikan pekerjaanmu, sebelum keringat mereka mengering!"
Mungkin ini akan menjadi pertanyaan bodoh dariku. 

Seseorang yang aku kenal dan termasuk sangat aku hargai memohon bantuanku. Pastinya tanpa pikir panjang lagi aku langsung mengiyakan permohonan beliau tersebut. Dan tentu saja aku akan melakukanya dengan senang hati.

Bagaimanapun, dalam hal ini sama sekali aku tidak berharap apalagi berniat untuk mengharapkan balasan atas pertolongan yang sudah aku berikan. Ikhlas. Itu saja. 

Tapi, ketika aku selesai menunaikan tugas yang diberikan, beliau pun malah berusaha memberiku bayaran (berupa uang, tentunya). Sontak saja, secara halus aku berusaha untuk menolak pemberiannya tersebut. Karena niat awalku menerima permohonannya adalah ikhlas. Tanpa pamrih. Tapi beliau tetap saja memaksa. 

"Kok makin kurusan?" pertanyaan itulah yang kerap aku terima akhir-akhir ini, terutama ketika aku bertemu dengan kawan-kawanku di Bandung sana. Kalau berbicara soal perkurusan, sepertinya kondisi ini mulai menimpaku semenjak aku usia SD, soalnya bila melihat foto-foto masa kecilku sebelum masuk sekolah, aku tampak montok gilak, bahkan katanya saat itu aku dijuluki "Pentil Buta" (artinya tanya aja sama Mamang) Malahan kata Ibu, saat aku masih ditimbang di Posyandu, aku selalu mendapat nilai 10 di KMS (Kartu Menuju Sehat), itu artinya catatan status giziku termasuk yang paling keren.

Saat melihat foto-fotoku ketika sudah masuk Sekolah Dasar, tubuhku tampak sudah mulai nyusut, entah kenapa, padahal katanya pola makanku tidak terganggu, aku termasuk anak yang lahap makan, mungkin karena sekolah, karena semenjak SD aku sudah lumayan aktif dalam kegiatan-kegiatan sekolah terutama bidang olahraga.
Mohon koreksinya bila aku salah.

Tapi, sebagai seseorang yang tidak ingin 'gila hormat' dalam menulis, aku masih saja belum dapat benar-benar memahami tentang apa yang disebut dengan 'kualitas' sebuah tulisan. Sebenarnya apa sih kriterianya agar sebuah tulisan dapat digolongkan sebagai tulisan yang berkualitas secara keselurhan? Makanya aku pribadi sih lebih ingin menyikapi sebuah tulisan itu dengan menyebutnya 'menarik' dan 'tidak menarik' (bagiku), karena dengan begitu aku mengambil penilaian dari cara berpikirku, seleraku dan kebutuhanku secara pribadi, tidak memberi penilaian secara keseluruhan dengan menyebutnya 'berkualitas' dan 'tidak berkualitas', karena tulisan yang nemarik bagi orang lain, belum tentu menarik bagiku, begitu juga sebaliknya. Sekali lagi, ini adalah menyangkut kebutuhan masing-masing pribadi.

Dalam mencari bahan bacaan untuk mengisi waktu senggang, biasanya aku mencari tulisan yang renyah-renyah saja, yang tidak mengintimidasi otak dan tidak terlalu panjang. Otakku memang tak terlalu akur dengan tulisan yang terlalu panjang, apalagi bertele-tele. Makanya punyaku pendek. Maksudnya tulisan-tulisanku.

Kebiasaanku yang sangat jarang mengecek ulang uang kembalian usai bertransaksi, membuatku kerap pendapatkan uang lusuh dari uang kembalian itu. Beberapa kali uang lusuh tersebut aku dapatkan dari pom bensin, warung kecil, warteg, dan dari abang parkir pun pernah. Bahkan dari beberapa tempat tersebut, aku pernah mendapatkan uang yang kondisinya sudah sobek total tanpa ada potongan sobekannya. Untungnya nominal uang lusuh yang aku dapatkan tersebut biasanya tak terlalu besar, hanya berkisar diantara uang seribuan sampai lima ribuan. Tapi gimanapun juga tetep aja dongkol.

Miris juga sih, sepertinya tidak sedikit uang lusuh lain yang beredar ditengah masyarakat kita. Celakanya, kebanyakan uang lusuh tengah beredar dikalangan masyarakat kecil, yang pastinya sekecil apapun nominal uang akan dirasa sangat bernilai, sedangkan belum tentu uang lusuh pake banget tersebut bisa ditransaksikan kembali. 

Mohon maaf, kepada kawan-kawan yang tidak mengerti bahasa sunda, anda boleh skip tulisanku kali ini. Terima kasih.

Sampurasuun!!! Asa tos lami teu nyerat dina basa sunda. Derrr ah, mang!

"Acuk bedug" nyaeta basa sejen tina "Baju Lebaran". Biasana istilah heuheureuyan ieu sok dipake ku kuring jeung babaturan jang ngaheureuyan jalma sejen anu meuli atawa make baju lebaran. Contona "Adeuuuh, aya anu tos meser acuk bedug..." atawa "Wah jigana anu dipake ayeuna teh acuk bedug yeuh...?" Muehehehe.

Lamun nyinggung soal baju lebaran, pasti moal bisa leupas ti budak leutik atawa ingetan urang wanci keur leutik, soalna jang barudak leutikmah meuli baju lebaran teh jiga nu geus jadi kawajiban, da asa piraku oge babaturan na nu lain marake baju anyar ari manehna henteu mah, asa ngenes pisan, sanajan teu saeutik anu geus dewasa oge anu sok pipilueun rariweuh lamun geus nyangkut kana perkara ieuteh. Kadang lamun dipikir deui ku kuringmah, sok asa teungteuingeun.

Sayup-sayup terdengar adzan awal mengalun lembut memecah keheningan dini hari. Jemariku pun terhenti dari tariannya diatas tombol-tombol QWERTY. Haaahhh...rasanya aku ingin menghela napas. Alhamdulillah, untuk kesekian harinya mataku melek dengan mulus hingga waktu sahur tiba. 

Sebenarnya aku memang sudah terbiasa begadang kayak gini. Dulu, waktu masih tinggal di Bandung, aku sering menghabiskan waktu malam hingga subuh hanya untuk bermain game dengan kawan-kawan, maklum lah dulu aku memang gamer agak sejati. Dan kini, kebiasaan begadangku terulang lagi disini, bedanya sekarang aku begadang dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas. Ini menyangkut tanggung jawab. Dan bagaimanapun semua itu patut aku syukuri.

Hahhh...aku anggap tulisan ini adalah sebagai "pencuci mulut" setelah menelan habis waktu malam ini. Mau bobok kayaknya tanggung banget, soalnya aroma sayur asem Ibu udah menghantam bulu hidungku. Ah nanti aja tidurnya selepas shalat subuh. 

Dan yang pasti aku harus siap-siap, karena pagi hari nanti aku akan bertemu lagi sama Vampire ganteng di cermin kamar mandi. Muehehe.

Ya sudah, selamat makan sahur bagi yang menjalankannya. :-)
Wolfram Alpha

Bagi para pengguna facebook, sepertinya salah satu layanan dari Wolfram Alpha ini bisa jadi cukup menarik, karena menyediakan analisis data pengguna facebook dengan data statistik yang cukup lengkap. Aku saja yang sangat jarang menggunakan facebook cukup tertarik untuk mencobanya.

"Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian" -Pramoedya Ananta Toer-

Ya, hampir dua bulan tidak menulis sesuatu disini, rasanya aku sudah kehilangan salah satu mimpiku. Memang terdengar agak berlebihan sih, tapi aku yakin, untuk seseorang yang sudah terbiasa mecurahkan pemikiran dan berinteraksi lewat tulisan, pasti akan berpikir sama denganku. Yaah setidaknya dengan tidak menulis dalam jangka waktu yang cukup lama, pasti akan merasa ada kebiasaan baik yang hilang. 

Seperti dalam istilah dunia kewirausahaan "Mengkaji tanpa aksi" sama saja membelenggu pencapaian / kesuksesan (dalam usaha.) Begitu juga aku rasakan dalam dunia tulisan, hanya membaca tanpa berkarya (menghasilkan sebuah tulisan,) sama saja dengan tumpukan ilmu yang hanya jadi "sampah" di otak.  

Oke, mungkin aku adalah salah satu dari jutaan orang yang masih dalam tahap belajar untuk menjadi seorang Penulis seutuhnya. Yang masih memelihara keluh seperti "Sebenarnya ide sudah ada, tapi aku terlalu sibuk untuk menulis" atau "Sebenarnya aku ingin menulis, tapi bingung mau nulis apa.

#Yaelahh, bro!

Dan...atas nama rindu tulisan, aku membuat rangkaian kata berbau keluhan. Dan atas nama rindu kalian, aku membuat sapaan tanpa nama. 

Salam. :)

Akhir-akhir ini aku lagi seneng-senengnya dengerin lagu-lagunya Kang Jamie Aditya. Belakangan ini aku memang jadi agak nge-soul hihihi. 

Sebenarnya aku gak sengaja juga dengerin lagunya Kang Jamie ini, toh aku gak tau juga kalo dia ternyata juga seorang penyanyi, karena setahuku dia hanya seorang Pembawa Acara dan Aktor saja. Ketika pertama kali mendengarkan salah satu lagunya yang berjudul "Shine On" aku langsung suka lagu itu, padahal aku termasuk orang yang gak gampang suka sama sebuah lagu dan hanya ada beberapa lagu saja yang sanggup membuatku langsung jatuh cinta pada alunan pertama #jhiee. Gak tau juga sih ya, aku hanya merasa ada sesuatu yang beda aja pada cara pengemasan lagu-lagunya Kang Jamie ini. 

Lagu-lagunya Kang Jamie memang termasuk musik modern dengan ciri khasnya yaitu simple dan easy listening, tapi ada "cara baru" dan anti mainstream disana, yang mampu mematahkan pahamku selama ini yang menilai bahwa musik keren itu adalah musik yang rumit dan memerlukan skill kelas wahid untuk membawakannya, seperti lagu-lagunya Dream Theater, misalnya. 

Jadi, untuk menjadi menarik itu kayaknya memang tak selalu harus terlihat rumit. Terkesan sederhana tapi menyajikan sesuatu yang beda, justru akan terasa lebih nancep dihati. Iya gak sih?

Hari ini kegiatanku berjalan seperti biasa, tapi entah kenapa kok rasanya badan ini terasa lelah benget. Hampir tak ada semangat. Mungkin karena bebrapa hari ini aku harus menyelesaikan bebrapa tugasku hingga dini hari. Jadi kondisi tubuhku pun menurun.

Ah mungkin itu hanya alasanku saja. Sebenarnya sih aku tak ingin banyak alasan, karena alasan juga  butuh pembuktian. 

Semenjak beberpa waktu lalu, aku berkomitmen pada diriku sendiri untuk menulis disini setiap hari. Apapun itu. Namun ternyata aku belum sanggup untuk menunaikannya. Harus terus diasah dan terus belajar, itu sudah pasti. 

Namun terlepas dari semua itu, aku juga sadar, terkadang obsesi tak sejalan dengan kondisi fisik. Saat keinginan menulis lagi naik, fisik malah terkapar. Ketika badan lagi ngejreng, eeeehh malah ogah-ogahan nulis he he he

Ah sudahlah, bagaimanapun sebagai manusia biasa yang tidak istimewa, pasti aku juga akan dibatasi kemampuan. Dan sekarang sudah larut malam, aku harus menunaikan hak dari tubuhku ini untuk diistirahatkan. Selamat malam. 


Sudah ada beberapa orang yang setiap kali mengirimkan pesan singkat kepadaku, mereka selalu menuliskan kata "Ass..." pada awal tulisan pesan yang mereka kirim. Terus terang saja aku suka jadi pervert ketika menerima SMS dari mereka. Duh!

Sebenarnya aku mengerti bahwa maksud mereka itu adalah mengucap salam, hanya saja disingkat, dari kata "Assalamu'alaikum" menjadi "Ass..." Tapi bagaimanapun dalam lubuk hatiku yang paling dalam (halahh...,) aku tetap tidak bisa menerimanya. Untuk yang sedikit banyak mengerti bahasa inggris pasti tahu apa arti dari kata "ASS" itu. Rasanya jadi kurang sopan gitu deh he he.

Ada lagi beberapa temanku yang suka menuliskan salamnya hanya dengan kata "Mikum...," padahal apa susahnya sih menuliskan salam dengan lengkap, "Assamalu'alaikum" gitu? Apa saat mereka menulis SMS itu lagi dikejar Guguk? atau mungkin lagi kebelet pipis? sehingga terburu-buru, sampe nulis salam aja harus disingkat-singkat kayak gitu hi hi hi.

Makanya, kalo aku sih selalu berusaha ketika menuliskan apapun, apalagi di ruang publik seperti media sosial, selalu dengan kata-kata yang tertulis lengkap. Kecuali di twitter kali ya, soalnya di twitter julmah karakter tulisan kita kan dibatasi, hanya 140 karakter saja, jadi aku sering menyingkat beberapa kata dalam tulisanku disana, untuk menghemat karakter. Hanya saja harus aku akui, kelemahanku dalam menulis adalah seringnya aku melakukan tindakan  typo (kesalahan dalam penulisan) he he. Mohon dimaafkan ya!

Jadi pada intinya, alangkah baiknya jika kita menuliskan kata-kata dengan ejaan lengkap, apalagi bila situasinya sangat memungkinkan, terlebih lagi jika kata-kata itu menyangkut tata krama atau agama. Tujuannya untuk menghindari kesalahpahaman seperti yang aku alami pada kejadian diatas. Itu saja.

Alhamdulillah, sampai usiaku saat ini aku masih bisa melihat kedua Orangtuaku dalam keadaan sehat wal'afiat, tentu saja itu adalah suatu hal yang benar-benar harus aku syukuri, karena bila memperhatikan sekitar, beberapa temanku justru sudah tidak bisa bertemu dengan Orangtuanya, karena Orangtua mereka sudah meninggal dunia.

Tapi ada satu hal yang baru aku sadari. Saat masih kecil, kita cenderung tidak ingin berpisah dari Orangtua. Saat terbangun dari tidur, yang kita cari pasti Orangtua, saat mau makan pun begitu, bahkan saat mau pipis pun kita akan memanggil mereka. Tapi ketika semakin kita tumbuh dewasa, maka akan timbul keinginan untuk menjauh dari Orangtua, dengan alasan "kemandirian" (walaupun aku yakin tidak semua orang begitu.) 

Saat menginjak remaja, kita sudah mulai tak menghiraukan petuah Orangtua, karena (mungkin) tak ingin terlalu diawasi. Saat sudah mempunyai penghasilan sendiri, maka semakin besar keinginan untuk lebih "menjauh" dari Orangtua, punya rumah sendiri, kehidupan sendiri, aturan sendiri, dan yang lainnya pasti anda tahu sendiri hi hi hi. Aku pikir itu memang sesuatu yang wajar, karna ya itu tadi, karena memang alasan ingin mandiri.

Tapi kepikiran gak sih? semakin kita dewasa maka waktu kita untuk melihat Orangtua kita juga semakin berkurang. Kita semakin tua, apalagi Orangtua kita. Disini aku berbicara soal ajal. Tak ada yang bisa menebak masa depan dengan pasti, entah siapa yang terlebih dahulu dipanggil oleh-Nya. 

Nah, dari situ aku berpikir, mengapa aku harus mempunyai pikiran untuk semakin "menjauh" dari Orangtua, sedangkan  kesempatanku untuk bisa melihat / bersama mereka di dunia akan terus berkurang?

Hmm...?
29 Ways to Stay Creative

29 Ways to Stay Creative

Project by : Islam Abudaoud


Heii...lihat anak-anak kecil yang sedang berlarian itu, dengan telanjang kaki dan masing-masing membawa sebatang pohon Singkong mereka mengejar sebuah layang-layang putus. Layang-layang itu memang tak terlalu besar, jelek pulak, kertasnya saja sudah bolong, tapi itu tak menyurutkan semangat mereka untuk berlomba-lomba mendapatkan layang-layang tersebut, tentunya sambil berteriak-teriak dengan suara cempreng yang bisa membuat sakit gendang telinga “...awaaass, ku aiing!!! Awaaaass...beunang ku aiiiing!!!”

Akhirnya salah seorang dari mereka pun mendapatkan layang-layang itu. Kakinya yang terluka karena berlari di tanah sawah yang kering tanpa alas kaki pun seakan sudah dianggapnya  terbayar lunas dengan pencapaiannya itu. Luka ditangan karena tersayat gelasan (tali/benang layangan) pun tak ia pedulikan. Yang ada dipikirannya adalah "aku harus segera menerbangkan layangan ini, dan ngadu lagi!!!"

Dengan pasti ia menantang angin agar bertiup lebih kencang "kiuk...kiuk...kiuuuuuuukk!!!" serunya, memanggil angin. Jidatnya yang kian legam seakan menjadi bagian yang berada di garis depan dalam  melawan ganasnya terik Matahari. 

Layang-layang pun kini telah terbang, benang kian diulur untuk mencari lawan. Yapp...penantang pun datang, benang sudah saling mengait, adu strategi tarik ulur berlangsung seru dan tanpa ampun. Dan..."Yaaah...putuus." Dia kalah.

Ya, layang-layang yang dia dapatkan dengan susah payah tadi kini sudah lenyap dari genggaman. Diiringi suasana redup senja, dia dan merekapun berjalan beriringan untuk pulang, tentunya dengan rasa bahagia tanpa penyesalan. 

Sayangnya, semua kejadian itu hanya terjadi dalam kenanganku saja. Kenangan yang aku layangkan saat aku termangu di jalan setapak tengah sawah yang menjadi tempat menerbangkan layang-layangku dulu. Kini, tak terlihat lagi anak kecil yang berlarian mengejar layang-layang. Kini, tak terdengar lagi teriakan anak kecil yang berdebat memperebutkan sebuah layang-layang. Haaaaahhh...rasanya aku rindu dengan suasana itu.

Angin terasa semakin dingin, suasana semakin remang, puji-pujian mulai berkumandang, seakan memintaku untuk keluar dari kenangan. Ya sudah, semua sudah tak sama, mungkin memang sudah bukan masanya. 

Dan aku hanya bisa bergumam, apa kabar layang-layang? 

Ternyata memang benar, salah satu penghambat kreativitas dan orisinalitas adalah karena terlalu mendengarkan / menanggapi / menelan mentah-mentah,...(atau apapun itu,) omongan orang lain tanpa memberi perhatian pada apa yang menjadi keyakinan kita. 

Maksudku begini lho, sebagai contoh ketika aku membuat sebuah karya typography, lalu ada beberapa orang yang boleh disebut "Pakar" yang (mungkin) tak suka atau (mungkin) mempunyai tujuan tertentu, lalu dia mengkritik habis-habisan karya typography-ku. Harusnya begini lah, begitu lah, kurang ini lah, kurang itu lah, keluar dari pakem lah, tak sesuai standard lah...bla bli blu blehh...! Sebagai seorang Start Up pastinya aku akan sangat merasa terjatuhkan dengan itu, dan akhirnya kehilangan gairah.

Lalu jika begitu apa yang akan kita dapatkan? Tidak ada! Beku! Jadi Pecundang? Bisa jadi.

Lalu apa yang harus dilakukan? Jangan tanyakan pertanyaan bodoh itu lagi! Kembalikan kreativitas pada prinsip aslinya yaitu "tak boleh berhenti," dan mencoba untuk cuek kembali. 


Berawal dari iseng ngubek-ngubek HDD komputer, eh akhirnya aku terdampar di salah satu folder yang aku beri nama "My Typo". Folder itu berisikan karya-karya typography yang pernah aku buat. Dan disana pula lah aku menemukan typography yang merupakan karya typography pertamaku. Ini dia : 


Typography ini aku disain pada tahun 2011 yang lalu dan inspirasi typography ini aku dapatkan setelah aku membaca salah satu tulisan Teh Dewi Lestari (judulnya aku lupa) yang bertema Go Green. Typography ini juga cukup berkesan bagiku, karena saat membuat karya ini aku masih baru mempelajari disain grafis. Tapi walaupun sangat sederhana, aku sangat puas dengan hasilnya.

Gambar : twicsy.com
Sebelum menulis ini, aku sempat membaca tulisan keren dari mbak-mbak yang suaranya ngangenin banget, yaitu Mbak Dinie Haiti Zulfany dengan tulisannya yang berjudul "Perang Pemikiran, Ghazwul Fikri". Walau konteksnya berbeda, tapi aku merasa tulisan Mbak Dinie itu ada kaitannya dengan tema yang hendak aku angkat pada postinganku kali ini. Sebenarnya ini adalah salah satu tulisan dari Blog Urang Lembur yang aku tulis dalam versi bahasa Indonesia.  

Dalam tulisan ini aku masih membahas seputar bahasa daerah, khususnya bahasa sunda. Setelah memutuskan untuk membuat blog yang secara khusus aku isi dengan tulisan-tulisanku yang dikemas dalam bahasa sunda, aku baru benar-benar menyadari ternyata membuat tulisan dalam bahasa sunda itu tidak mudah. Jangankan nulis, baca tulisan majalah berbahasa sunda saja aku kayak yang lagi belajar baca, gak lancar seperti ketika aku membaca tulisan yang berbahasa Indonesia. Lho, aku kan asli berasal dari suku sunda, tapi kok nulis/membaca tulisan dalam bahasa sunda aja sampe kesulitan gitu? Hadohh.
#toyor pala sendiri
Gambar : Dari Gugel
Sebenarnya sudah sejak dulu aku ingin membuat postingan dalam bahasa sunda di blog ini, terlebih lagi dulu aku sempet dikomporin sama Juragan Tower supaya aku mulai menulis dengan menggunakan bahasa sunda, dan di sisi lain aku juga berterima kasih pada beliau karena secara tidak langsung sudah memberiku semangat untuk menulis dalam bahasa daerah. Tapi aku sempat ragu, karena teman-teman yang tidak mengerti bahasa sunda pasti akan kebingungan dengan tulisanku itu.

Nah, dari sanalah aku mulai berpikir untuk membuat sebuah blog yang dikhususkan untuk tulisan-tulisanku yang dikemas dalam bahasa sunda, sehingga keinginanku untuk menulis dalam bahasa sunda bisa tersalurkan, dan tidak tercampur-aduk dengan tulisan-tulisanku yang berbahasa Indonesia di blog ini. Tapi sesekali aku juga pasti akan posting tulisanku yang berbahasa sunda itu di blog ini.

Tapi mohon maaf jika bahasa sunda ku masih berantakan, masih campuran gitu deh. Ya setidaknya aku sudah berusaha melestarikan bahasa Nenek Moyangku dengan mempergunakannya dalam menulis di blog, dan aku juga ingin menunjukkan kalau aku tidak malu mempergunakan bahasa daerah. Pokona soal hade-goreng namah  sabodo teuing lah, nu penting kuring bisa make basa sunda, dan aku bangga berbahasa sunda, bahasa leluhurku.

Baiklah, pokoknya gitu deh. Dan semoga aku mulai aktif menulis lagi setelah bebrapa hari terakhir ini pura-pura gak punya waktu buat nulis. #payah
Pernahkah mengalami kejadian dimana kita bertemu seseorang yang pada awalnya kita anggap "nyebelin" (sebenarnya kata "nyebelin" ini terasa terlalu kasar untuk menggambarkan apa yang aku maksud.) dan membuat kita merasa kurang nyaman? Lalu terjadilah hal-hal yang mengikat interaksi kita dengan orang tersebut. Seiring berjalannya waktu, ikatan itu semakin kuat...semakin kuat dan semakin kuat. Dan pada akhirnya, kita dan orang itu saling menemukan kenyamanan dalam ber-relasi (apapun itu) dan saling ketergantungan, baik dalam bidang pekerjaan, relasi bisnis ataupun dalam hubungan sosial lainnya.

Lalu pernahkah mengalami kejadian dimana kita berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah membeli suatu barang yang kita anggap tidak bermanfaat? Karena proses hidup yang selalu bergulir, dan kebiasaan pun berubah, entah itu karena faktor tempat baru, profesi baru, hubungan baru atau apapun itu, pada akhirnya kita menjadi memerlukan kehadiran barang tersebut, bahkan kita tidak bisa jauh-jauh dari barang yang pada awalnya kita benci itu.



Sebagai bentuk dukungan dariku terhadap peluncuran Rekening Amal Komunitas Blogger KPK ini, maka pada postingan kali ini aku me-repost postingan Mbak Dinie yang berisi tentang Rincian dan mekanisme rekening amal Komunitas Blogger KPK. 

Alhamdulillah, beberapa minggu terakhir ini Jum'atan-ku selalu mendapatkan posisi pada shaf kedua, itu karena aku selalu mempunyai kesempatan berangkat ke Mesjid lebih awal. Tapi ada suasana berbeda pada Jum'atan tadi siang, yaitu terdapat enam orang anak laki-laki yang duduk dengan tertibnya pada shaf ketiga. Bagiku ini adalah suatu kemajuan, karena minggu-minggu sebelumnya anak-anak itu selalu duduk di shaf paling belakang sambil berisik, tapi tadi siang posisi mereka maju menjadi duduk tertib pada shaf ketiga. Kereeen!.

Ditempat kami ada kebiasaan, setelah seseorang melakukan shalat sunnah qabliyah, maka dia akan mengajak orang-orang yang berada didekat posisi duduknya untuk bersalaman. Begitupun aku, setelah aku selesai melakukan shalat sunnah qabliyah, aku langsung menyalami orang yang berada di depan, di samping kiri, di samping kanan dan dibelakangku, termasuk keenam anak yang berada di shaf ketiga itu, yaitu yang berposisi  tepat di belakngangku.  

Disini, masyarakatnya masih sangat memegang teguh adat "Pamali", termasuk Orangtuaku. "Gak boleh begini...nanti kamu bisa begitu", "Jangan ini...nanti malah itu" dan ba...bi...bu...!Tapi, aku termasuk salah satu dari orang-orang yang tidak terlalu taat pada beberapa hal yang di-pamali-kan.

Contohnya, aku suka potong kuku pada malam hari, lalu ada yang sewot karena katanya itu pamali. Aku juga pernah bersiul pada malam hari, lagi-lagi ada yang sewot, alasannya juga masih sama, pamali!. Pernah juga waktu aku nyapu lantai pada malam hari, ada yang komplain "nyapu malem-malem gini pamali loh, bisa menjauhkan rejeki!". -__-"

Akan coba aku pahami. Mungkin maksud dari tidak boleh memotong kuku pada malam hari itu adalah dikhawatirkan tangan kita bisa terluka karena pada malam hari kita tidak bisa melihat sesuatu dengan jelas. Apalagi jaman dulu yang pencahayaannya masih menggunakan lampu tempel yang bahan bakarnya masih menggunakan minyak tanah itu gitu. Masuk akal.


Tadi aku chatting-an dengan seorang teman lama. Ternyata masih seperti dulu, obrolan kami dalam chat itupun tetap ngalor-ngidul ngulon-ngetan, teu paruguh pokonamah, apapun dibicarakan, mulai dari urusan Negara sampai urusan Koteka.

Lalu akhirnya perbincangan kami pun sampai pada tema tentang blogging. Dia sempat mengungkapkan keinginannya untuk membuat/memiliki sebuah blog, tapi katannya sih dia bingung nanti mau mengisi blog-nya dengan tulisan tentang apa. "...lagipula saya gak pede, takut kalo nanti tulisan saya dibaca sama orang lain, apalagi orang yang saya kenal..." tegasnya.

Eeeetdah...! kalo tulisannya gak mau ada yang baca, nulis aja di dinding sumur, gih!. hihihi.


Terus terang selama ini aku merasa tidak begitu nyaman dengan pandangan sinis beberapa pihak terhadap Wirausahawan yang memandang pilihan karir berwirausaha itu adalah pilihan yang tidak prospektif dan tidak menjamin masa depan. 

Mungkin ini memang akan menjadi sangat wajar jika setiap orang mempunyai pandangan berbeda dalam menentukan karirnya. Ada yang ingin tetap bertahan di "zona nyaman", tapi ada juga yang ingin mengambil jalan yang berbeda. Ada yang lebih nyaman dengan cara "meneruskan sejarah", ada juga yang berusaha untuk "mencetak sejarah".

Aku tertegun saat membaca status facebook salah seorang temanku. Dalam status facebook-nya itu dia mengeluh akan kinerja kerja bawahannya yang jauh dari kata maksimal. Itu yang membuat aku heran, karena yang aku tahu dia tidak pernah menumpahkan keluhan (apalagi yang menyangkut pekerjaan) di media yang teramat "vulgar" itu (status facebook).

Sejauh ini aku mengenal dia sebagai orang yang tidak mudah untuk melontarkan teguran terhadap orang lain, terlebih melakukan komplen. Gak enakan dan takut dibenci oleh bawahan. Maklum saja, di kantor tempat ia bekerja menganut sistem kekeluargaan, padahal itu bukan usaha keluarga. Bingung aku.

Bagaimanapun, sebuah perusahaan sudah sepantasnya memiliki peraturan yang jelas dan disepakati bersama oleh semua pihak yang bersangkutan, agar semua hal yang terjadi didalamnya akan dipandang secara objektif, termasuk dalam menyelesaikan semua persoalan yang timbul. Dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya konsistensi dalam menerapkan peraturan, karena bagaimanapun jika seseorang bersedia terlibat dalam seluruh kegiatan suatu perusahaan, itu berarti dia sudah berkomitmen untuk berpartisipasi dalam usaha memajukan perusahaan tersebut.

Paciwit-ciwit Lutung
"Paciwit-ciwit Lutung, si Lutung pindah ka luhur"

Bagi orang yang berasal dari suku Sunda atau orang yang sempat menghabiskan masa kecilnya di daerah Sunda, pasti pernah menyanyikan dan masih ingat dengan penggalan bait lagu diatas. Ya, itu adalah lagu yang dinyanyikan sebagai pengiring untuk permainan Paciwit-ciwit Lutung (Injit-injit Semut)

Aku yakin sebagian besar orang Indonesia pasti sudah tahu bagaimana cara memainkan permainan ini. Yaitu si pemain yang minimal berjumlah dua orang ini saling menyusun tangannya yang disusun keatas (bertumpuk / bertingkat). Tangan yang yang berada diatas akan mencubit tangan yang ada dibawahnya. Ketika satu bait lagu selesai dinyanyikan, maka tangan yang berada paling bawah akan berpindah ke bagian paling atas sambil mencubit tangan yang berada dibawahnya, dan begitu seterusnya.


Waktu aku sedang membuat header blog salah satu blogger seniorku, ternyata ada yang KEPO-in kerjaanku dari belakang. Dia nanya, “gimana sih cara bikin sudut gambar jadi bulet gituh?”. 

Baiklah, ternyata masih ada yang belum mengerti dengan teknik dasar ini. Aku bikin tutor dengan caraku deh, mayan buat bayar hutang postingan selama lima hari belakangan ini. :D

Alhamdulillah. Minggu pagi ini terasa begitu tenang dan menyenangkan. Terkadang hal-hal kecil yang membuat kita measa begitu nyaman, luput kita syukuri. Mulai dari secangkir susu coklat hangat, sampai sapaan dari sahabat.

Terlebih di pagi ini, aku dapat berinteraksi kembali dengan seseorang yang sudah lama tak bertemu. Walaupun hanya via jejaring sosial, tapi sensasi kebahagiaan begitu terasa. Bagiku, hal seperti ini begitu berharga. Hahhhh...indahnya silaturahmi. 

Alhamdulillah. 
Aaaarrgghh...yang beli Ikan disini penuh banget. Antriii. Mana gak bawa hape lagi.

#mati gaya

Celingukan ditengah pasar ikan yang becek dan banyak ojek.

Menengok ke arah jam sembilan, kulihat seorang gadis manis berjilbab warna coklat dan berkacamata. Sejuk. Mempesona. Aura kecerdasan terpancar dari dirinya. Sampai aku segan dibuatnya. Tampak ia sedang  memesan sesuatu pada Abang penjual ikan.

Aku hanya mampu menyembunyikan senyum.


Masih nyambung dengan postinganku yang berjudul Ucing-ucingan (Ucing Sumput), aku jadi tertarik untuk  mencari informasi lebih lengkap tentang permainan tradisional Sunda ini. Dan ada satu hal yang baru aku ketahui tentang kata "Hong!" yang diteriakan sang Ucing saat dia menemukan kawannya yang sedang nyumput (bersembunyi).

Menurut penjelasan Muhammad Zaini Alif yang merupakan seorang Dosen Seni Rupa di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) dan pecinta mainan rakyat, kata "Hong" pada permainan Ucing-ucingan mempunyai arti "ketemu" atau "bertemu". Arti lebihnya adalah bertemu dengan Tuhan.

Dulu, waktu jamannya masih sekolah, aku termasuk sangat aktif dalam kegiatan olah raga, terutama Volleyball.  Selain dalam kegiatan ekskul, aku juga termasuk salah satu anggota pemain pada klub volley "Tunas Muda" yaitu salah satu klub volleyball di kawasan tempat tinggalku.

Untuk menjaga kondisi fisik,  bila tidak ada latihan dengan klub, kerap kali aku mengisi soreku dengan jogging menyusuri rel kereta api. Di rel kereta?. Ya, rel kereta!, terdengar maco kan? hihihi...alasanku memilih lintasan rel kereta api adalah karena suhu di area lintasan kereta itu lebih tinggi / panas dibanding suhu di alun-alun atau areal olah raga publik lainnya, sehingga tubuh akan lebih terpancing untuk mengeluarkan keringat, walaupun hanya lari kecil saja. Sehingga tubuhku lebih terlatih dan daya tahan tubuhku juga terasa lebih baik.

Melihat anak-anak kecil yang sedang bermain Ucing-ucingan (Kucing-kucingan), rasanya aku tengah berada didalam lorong waktu yang membawaku ke masa kecil dulu. Indah rasanya. Asa warara'as, gan!.  

Aku jadi ingat, dulu aku dan teman-teman hampir setiap sore jika cuaca cerah, kami selalu mengisinya dengan bermain ucing-ucingan. Dengan bertelanjang kaki disertai riuh ramainya keceriaan, kami berlarian di lapangan tanah merah, yang kini diatas lapangan itu sudah ngajegir sebuah rumah gedong milik orang kaya.

Salah satu permainan ucing-ucingan yang sering kami mainkan adalah permainan Ucing Sumput (Petak Umpet). Sudah tahu kan bagaimana cara bermain petak umpet?, ya aturan permainan yang kami gunakan waktu itu juga hampir sama dengan aturan permainan petak umpet yang berlaku sekarang. Pertama, semua pemain hompimpa/suit untuk menentukan siapa pemain yang menjadi Ucing (Sang Kucing).  Tapi kami mempunyai cara sendiri dalam menentukan siapa yang jadi Ucing. Caranya, kabeh barudak (semua pemain) membentuk posisi berdiri melingkar dengan menjulurkan tangan yang terkepal ke tengah lingkaran, lalu salah seorang dari kami menyentuh satu persatu kepalan tangan pemain secara berurutan berputar searah jarum jam sambil menyanyikan lagu "dat dit dut". Nah, tangan pemain yang terakhir tersentuh tepat saat lagu habis, dialah yang menjadi Ucing (Kucing). :D


Penyemangat tak harus datang melalui kata-kata manis dari bibir tipis pacar, terkadang hal itu datang dari hal-hal kecil yang sering kali dianggap tak penting

Seperti yang terjadi pada salah satu karya typography-ku yang aku beri judul "Smooth Floral Typography" yang di-retweet oleh @typebot. Akun ini merupakan salah satu akun twitter dari Komunitas pecinta typography yang mengapresiasi banyak karya typography dari para Disainer Grafis dari berbagai tempat. 

Mungkin ini terasa sangat biasa, tapi yang membuatku merasa mendapat sundulan semangat adalah ketika karyaku berada diantara karya-karya yang menjadi inspirasiku selama ini. Maaf, mungkin hanya aku sendiri yang bisa merasakannya. 

Jadi, aku hanya ingin terus berkarya, berkarya dan berkarya dengan caraku...tak peduli kelak karyaku akan mendapat apresiasi atau mendapat caci maki. 

#narsis_mode_on
Smooth Floral Typography Wallpaper
Click to enlarge
Smooth Floral Typography by Rudy Arra

Niatnya sih waktu nge-net-ku di hari minggu ini cuma aku gunakan buat nangkring di Youtube. Tapi ternyata eh ternyata, taunya kolom video Youtube-nya malah menunjukkan gambar seperti ini. 

Gambar1

Terus aku coba menggunakan FireFox, eh ternyata videonya masih gak kebuka. Aku pikir, ah palingan flash player-nya minta di apdet. Tapi setelah flashplayer-nya aku oprek, kok hasilnya sama saja. Lantas aku tanyakan hal pada Abangku via Y!M. "Coba ajah install ulang Browser-nya!" jawabnya. Segera aku lakukan!.
Idea
Ting!!! : Arra
Sebagai seseorang yang selalu ingin mengasah kemampuan, khususnya dalam bidang yang aku sukai yaitu disain grafis, ketika ada yang memohon untuk dibuatkan sebuah disain gambar/logo, seringkali aku harus berpikir keras untuk memulai sebuah project, bahkan aku sering melihat hasil karya orang lain sebagai referensi. Sebenarnya bisa saja aku menggunakan ide yang seadanya, tapi menurutku sebuah karya (apapun itu) akan menjadi lebih bernilai ketika diselesaikan dengan mengerahkan energi semaksimal mungkin, walaupun hanya menggunakan teknik yang paling sederhana. Mengenai hasil, setidaknya baik menurut kita, karena kalau sebuah karya sudah dilempar ke khalayak ramai, itu sudah diuar kendali kita, seleralah yang akan berperan disana. Merujuk pada ungkapan salah seorang Blogger kebanggaanku,"Selera memang tidak bisa diperdebatkan".

Berbeda halnya ketika inspirasi datang dengan sendirinya, aku tinggal menuangkan imajinasi yang sudah terekam dalam pikiran kedalam media gambar yang diproses secara digital. Tapi bukan berarti tanpa harus berpikir, karena proses finishing atau penyempurnaan bukanlah perkara mudah.

Kacapi Suling
Kacapi Suling
Sudah lebih dari 2 (dua) tahun aku berada ditempat ini. Tempat yang menurutku mempunyai suasana yang sangat berbading terbalik dengan tempat tinggalku sebelumnya, Bandung. Tempat ini begitu tenang dengan suasana khas perkampungan, bahkan terkadang aku merasa tempat ini terlalu tenang untukku.

Rupanya, suasana tenang khas perkampungan ini sanggup membawa beberapa perubahan pada diriku, baik dari sisi pola pikir ataupun selera, termasuk selera musikku.

Musik Kacapi Suling yang merupakan musik tradisional khas Parahyangan atau Tatar Sunda ini kerap menemani waktuku dalam menikmati alunan musik. Dan kini, Kacapi Suling juga sudah menjadi musik yang wajib tersimpan  dalam kartu memory handphone-ku, sehingga aku bisa mendengarkannya kapan saja. 

#selama hape gak lobet

Blehh
Beberapa hari ini, waktu luangku hanya aku isi dengan menjadi silent reader dibeberapa blog keren. Ya, beberapa hari terakhir ini aku memang tidak nge-blog. Lho, kenapa?. Au ah...silau!.

Tapi setelah aku perhatikan, ternyata ada beberapa alasan kenapa aku tidak nge-blog. Pertama, karena ada beberapa kegiatan yang membuatku memutuskan untuk tidak nge-blog. Kedua, kondisi tubuhku terutama kepalaku yang masih nyat nyit nyut sisa sakit kemarin (serius). Ketiga, kompi yang sedang dalam perbaikan. Keempat, aku hanya mencari-cari alasan. Hmmm...sepertinya point yang terakhirlah yang iya banget!. 

#toyor

Baiklah, sekarang ini mood-ku memang lagi asem. Padahal ada beberapa draft dan beberapa design project yang sebagian masih bebentuk ide, sudah menunggu untuk aku selesaikan. 

Dan kali ini, aku juga gak kirim postingan dulu ah...

#lha...ini apa?

Light Horse Typography


Light Horse Typography by Rudy Arra

^^
Arra
Akhir-akhir ini aku dibuat terengah dengan apa yang terjadi pada sisi lain dari sebagian kecil dunia blog, khususnya pada bagian yang menjadi ruang lingkupku dalam menekuni kegiatang blogging ini . Banyak fenomena baru telah terjadi, seperti gaya baru, cara baru, rasa baru yang dibawa oleh beberapa orang blogger, dan semua itu aku rasakan begitu berdampak pada suasana baru yang (menurutku) cukup menantang. #lebbeh dikit
Adalah salah satu unsur yang tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupan. Dengan warna, sesuatu bisa dikenali. Dengan warna, komunikasi universal bisa terjadi. Dengan warna, sebuah karya akan terlahir melalui ekspresi. 

Bagi sebagian besar orang, mempunyai warna kesukaan adalah bagian dari jati diri. Nyaman dalam zona warna tertentu dapat membuat dirinya merasa berjaya dan bermakna. Ya, memang sudah seharusnya begitu. 

Bagiku, semua warna dapat mewakili segala hal dalam diri. Semua aku buat istimewa tanpa terkecuali, sehingga aku dapat dengan leluasa memadukan diantara mereka, hingga mendapatkan suasana yang tak jauh dari sempurna.  

Dan pada akhirnya, aku selalu ingin belajar dari warna, yang akan menemukan suasanyanya bila mereka berpadu-padan, karena setiap mereka (warna) memiliki "nyawanya" sendiri.

:)
Purple Butterfly Typography [HD Wallpaper]
Click to enlarge

Purple Butterfly Typography [HD Wallpaper] by Rudy Arra

Terinspirasi dari percakapan 'liar' pada kolom komentar bersama teman-teman blogger-ku akhir-akhir ini, ada dua tema yang nancep dipikiranku, yaitu "Kodok Menahan Nafsu" dan "Kupu-Kupu". Semua itu sanggup mendorong Otakku ini untuk mulai ngayal membuat sebuah karya Typography Wallpaper.
Morning Shine :)
Ada gak diantara teman-teman yang pernah mengalami keruwetan/kejadian tidak menyenangkan yang terjadi dipagi hari saat akan memulai aktivitas, dan keruwetan/kejadian tidak menyenangkan itu terus teman-teman temukan dalam menjalani aktivitas dihari itu?. Kalo aku sih pernah. Dan jika aku perhatiakan dengan mengingat kembali hari-hari dimana aku mengalami keruwetan dipagi hari, kebanyakan memang hariku saat itu akan menjadi tidak menyenangkan. Walaupun tidak selalu.


Syukur Alhamdulillah, untuk kesekian kalinya aku dinobatkan sebagai salah satu penerima award. "Sunshine Award", itulah nama award yang aku terima kali ini. "Sunshine Award" ini aku dapatkan dari 3 (tiga) orang blogger yang selama ini menemaniku dalam ber-bligging ria, yaitu Cak Oni, Mas Indra dan Mbak Dedaunan Hijau (Maaf untuk Dedaunan Hijau, aku panggil itu aja ya, soalnya aku nggak tahu nama anda yang sebenarnya hehe...).




Mumpung lagi dapet inspirasi membuat typography, kali ini aku akan mengulas tentang edit foto ke dalam disain/bentuk typography warna dengan trik dan cara yang paling sederhana. Baiklah, langsung saja gak pake lama ya.

different
Gambar : Rudy Arra

Manusia diciptakan secara berbeda-beda antara satu dengan yang lain, baik itu dari bentuk fisik, sifat, pola fikir, keinginan dan lain sebagainya. Mungkin salah satu alasana kenapa Tuhan menciptakan Manusia dengan perbedaan adalah supaya Manusia bisa belajar memahami diri sendiri dan belajar saling memahami antara satu dengan yang lainnya. 

Sebagai mahluk sosial, tentu saja Manusia membutuhkan pihak lain untuk menyempurnakan statusnya itu, sehingga Manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tapi sebagai mahluk yang dikaruniai kemampuan berfikir untuk menentukan jalan hidupnya, tentu saja Manusia juga harus mampu menjaga "Peta Perjalanan" yang dia yakininya sebagai petunjuk dan acuan agar arah tujuannya tetap berada pada jalur yang jelas dan tidak terombag-ambing oleh berbagai pemahaman yang dapat memutar balikkan pemikiran.

Mengawali postingan diawal tahun 2013 ini, aku ingin memberikan sesuatu untuk salah satu komunitas Blogger yang baru berusia beberapa bulan ini, yaitu Komunitas Blogger KPK. Mungkin sampai sekarang masih banyak yang belum mengenal komunitas yang satu ini, tapi aku mempunyai keyakinan pada suatu saat nanti komunitas ini akan mencapai kejayaannya.

Jangn tanyakan tentang Visi dan Misi komunitas Blogger KPK ini kepadaku, karena aku sendiri belum mengtahui secara pasti tentang itu (Jlebb...!!!). Yang pasti, masalah itu aku serahkan kepada para Petinggi KPK yang selama ini selalu mensosialisasikan Komunitas KPK ini dengan gencar kepada seluruh ranah Blog Indonesia. Bila aku perhatikan, mereka yang mempunyai kontribusi yang begitu besar dalam mensosialisasikan Komunitas ini diantaranya adalah Kang Asep Haryono, Mas Zachronisampurno, Mas AY Indrayana, Mas Reo Adam, Mas Budi Purnomo, Cak Budi Shinici dan beberapa Blogger lainnya yang juga ikut andil dalam meramaikan Komunitas ini.