Keguguran Saat Coronavirus Pandemic


Coronavirus
Tahun 2020 ini memang istimewa, khususnya bagi diri saya, banyak sekali hal baru terjadi di tahun ini, baik secara global maupun secara pribadi, pada kehidupan saya. Diawali dengan terjadinya hal luar biasa yang sanggup mengubah dunia, yaitu Pandemi Covid-19 atau Virus Corona. Virus jenis baru yang mematikan ini pertama kali teridentifikasi di negara Cina pada awal bulan Desember tahun 2019, lalu dengan cepat menyebar ke luar Cina secara global dan pada akhirnya menjadi Pandemic yang sangat mengerikan. Bahkan ketika tulisan ini saya unggah, jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia meningkat tajam, per tanggal 22 September 2020 jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 248.852 jiwa, sedangkan pada level global mencapai jumlah 31,2 juta jiwa. 

Keguguran
Pandemi banyak menyebabkan dampak negatif bagi setiap orang, mulai dari kehidupan sosial hingga kehidupan ekonomi, kebiasaan-kebiasaan sosial banyak yang harus diubah dengan konsep 'New Normal' demi usaha memutus mata rantai penyebaran pancemi covid-19 ini, dan dari sisi ekonomi banyak negara yang bahkan mengalami resesi. Seolah tahun 2020 ini ingin memberikan ujian kepada setiap orang di muka bumi ini, saya pun mengalami ujian yang begitu berat, yaitu gugurnya kandungan istri saya pada usia 2 bulan. Teramat berat bagi kami, karena kandungan yang gugur tersebut merupakan anak pertama yang sangat kami tunggu. 

Penyebab Keguguran 
Penyebab gugurnya kandungan istri saya memang bukan disebabkan oleh Covid-19, namun kami merasa menerima ujian bertubi-tubi pada masa pandemi ini. Dokter yang yang selama ini menangani kehamilan istri saya tidak dapat memastikan penyebab keguguran ini, walau ada beberapa hal yang dicurigai. Saat pertama kali memeriksakan diri ke dokter kandungan karena siklus haid istri saya sudah telat, menurut hasil dari USG dokter menyatakan bahwa usia kandungan sudah 5 minggu, sebagai pasangan yang menanti kehamilan tentu saja kami sangat bahagia mendengar hasil pemeriksaan ini. 

Satu bulan setelah pemeriksaan pertama kami ke dokter kandungan, istri saya mengalami pendarahan, tiba-tiba keluar flek darah berwarna coklat dan menggumpal, disertai dengan rasa sakit dan mulas pada bagian perut. Tak mau membuang waktu kami langsung memeriksakan diri ke dokter kandungan, dan hasil pemeriksaan dokter sangat membuat kami terpukul, beliau menyatakan janin yang sudah berusia 9 minggu namun besarnya seperti masih lima minggu, artinya janin pada kandungan istri saya tidak berkembang. Kami sangat heran karena selama ini kami sangat memperhatikan asupan gizi dan aktivitas istri selama kehamilan. 

Setelah diingat-ingat kembali, seminggu sebelum pemeriksaan kandungan yang pertama, istri saya melakukan kegiatan bersepeda dengan jarak yang auh dan lintasan yang berat, pada saat itu kami belum tahu bahwa istri saya sedang hamil, karena jika dihitung dari hasil pemeriksaan kandungan pertama yang menyatan bahwa istri saya sudah hamil dengan usia kandungan 5 minggu, artinya saya melakukan kegiatan bersepeda istri saya sudah hamil usia 4 minggu. 

Toxo Penyebab Keguguran
Selain menjadikan kegiatan bersepeda sebagai salah satu kemungkinan terjadinya keguguran, kami juga menduga infeksi Toxoplasma menjadi salah satu kemungkinan penyebab keguguran, maklum saja kami memelihara seekor kucing di rumah, dan salah satu pembawa toxo adalah kucing. Tak ingin hanya menduga-duga, kami segera mendatangi sebuah Laboratorium Klinik untuk melakukan cek darah atas rekomendasi dokter kandungan setelah dilakukan proses kuretase. 

Pemeriksaan dilakukan terhadap Aviditas Anti-Toxoplasma IgG dan Anti-Toxoplasma IgM untuk mengetahui apakah istri saya reaktif infeksi Toxoplasma atau tidak, dan bersyukur hasilnya negatif. Oh iya, sekedar informasi saja, biaya yang harus kami bayar untuk pemeriksaan Toxo di Laboratorium Klinik adalah Rp. 700.000,- dengan rincian pemeriksaan Anti-Toxoplasma IgG Rp. 350.000,- dan pemeriksaan Anti-Toxoplasma IgM Rp. 350.000,-. 

Masa Penyembuhan Setelah Keguguran (Kuretase) 
Setelah keguguran dan melakukan proses Kuretase, dokter menyarankan untuk melakukan istirahat total minimal 2 minggu. Tidak boleh beraktivitas fisik terlalu berat, dan tidak melakukan hubungan suami istri. Bagi yang Muslim, saat-saat ini merupakan masa Nifas, yaitu keluarnya darah setelah melahirkan bayi atau setelah mengeluarkan bakal bayi. Masa nifas atau masa keluar darah usai melahirkan atau usia mengeluarkan bakal bayi tentunya berbeda-beda, tergantung kondisi tubuh. Dalam ilmu fiqih sendiri, terdapat beberapa pendapat tentang masa nifas yang merujuk pada hadits-hadits, mulai dari yang menyatakan 40 hingga 70 hari, tentunya ini perlu kajian yang lebih mendalam. Istri saya sudah berhenti mengeluarkan darah pada hari ke-10 pasca kuretase. 

Pencegahan Keguguran
Pengalaman mengalami keguguran pada kandungan membuat kami belajar banyak, oleh karenanya kami berusaha melakukan langkah persiapan dan pencegahan. Salah satunya adalah melakukan program kehamilan yang lebih teratur, mulai dari mengoprimalkan proses recovery, rencana pengaturan kegiatan atau aktivitas selama selama program kehamilan dan jadwal check up kandungan pada masa program kehamilan, agar tak kecolongan untuk yang kedua kalinya. Selain itu faktor makanan juga perlu diperhatikan, bagi wanita yang akan dan sedang dalam program kehamilan, usahakan untuk tidak mengkonsumsi makanan mentah atau setengah matang, hal ini sangat penting untuk mencegah infeksi toxoplasma dan infeksi-infeksi lainnya pada wanita hamil. 

0 Comments:

Posting Komentar