Makalah Perkembangan Anak Usia Dini: Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Permainan Balok


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kurniaNya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah psikologi perkembangan anak usia dini tentang “Meningkatkan Kreativitas Anak melalui Kegiatan Permainan Balok” tepat pada waktunya.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penyelesaian tugas akhir ini dengan tidak menyebutkanya satu persatu. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitu juga dengan pembuatan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Demi pembuatan tugas yang lebih baik lagi kedepannya.

Atas perhatian dan ktrik sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik/Motorik Anak Usia Dini

2.2 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

2.3 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

2.4 Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sangatlah tidak bisa dipisahkan mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak saat lahir. Perkembangan motorik dan fisik anak sangatlah berhubungan dengan pertumbuhan psikis anak. Oleh karena itu psikologi perkembangan anak usia dini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Laju perkembangan dan pertumbuhan anak mempengaruhi masa keemasan dari masing-masing anak itu sendiri. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis dimulai dari pekembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya. Saat perkembangan anak khususnya saat perkembangan dini, orang tua harus betul menjadikannya sebagai perhatian khusus, karena hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana Perkembangan Fisik/Motorik Anak Usia Dini?
  2. Bagaimana Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini? 
  3. Bagaimana Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini? 
  4. Bagaimana Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik/Motorik Anak Usia Dini

A. Tahap Perkembangan Fisik/Motorik Anak Usia Dini

Terdapat tiga unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik, yaitu otak, saraf dan otot. Otak bersama jaringan saraf membentuk sistem saraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak. Berikut ini tabel yang menggambarkan fungsi lima pusat kontrol di otak tersebut.

Otak dan Pusat Kontrol Syaraf

Fungsi

Cerebral Cortex (Otak Besar)

Merupakan pusat control yang menerima dan memproses informasi penginderaan

Basal Ganglia

Kumpulan sel syaraf di dalam system syaraf pusat yang menyebabkan gerakan tanpa direncanakan terlebih dahulu

Cerebellum (Otak Kecil)

Bagian yang mengatur seluruh gerakan tubuh dan koordinasi gerakan tubuh

Batang Otak

Merupakan bagian yang menghubungkan otak dengan jaringan syaraf, memiliki fungsi menyeleksi informasi dan membiarkan otak bereaksi sesuai kebutuhan

Jaringan Syaraf

Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan yang dating menuju otak

1. Perkembangan Fisik/Motorik Masa Bayi (0 – 1 tahun)
a. Perkembangan gerakan
Setiap bayi berbeda dalam arti kesepakatan perkembangan gerakan, tetapi secara umum, kemampuan bayi dalam mengendalikan gerakan badannya dalam 15 bulan pertama mengikuti dua arah berbeda yaitu dari kepala ke bawah (bayi lebih dulu memperoleh kendali di bagian atas dari badannya sebelum bagian bawah), dan dimulai dari dada (bayi memperoleh kendali atas bagian tengah badannya lebih dulu sebelum tangan dan kakinya).
b. Perkembangan koordinasi tangan-mata
Sejak lahir, bayi menghabiskan banyak waktu untuk mengamati dunia sekitarnya, kadang-kadang hanya menerima informasi yang dilihatnya, kadang-kadang mengulurkan tangan untuk dapat terlibat langsung, dan seringkali menggabungkan pandangan dan sentuhan. Proses koordinasi tangan dengan mata ini (yang melibatkan banyak aspek, seperti memfokuskan, memandang, menjangkau, menyentuh, memegang, mengangkat dan melempar) yang paling banyak menyita waktunya.
c. Refleks
Gerakan refleks awal pada bayi 0 – 1 tahun diantaranya adalah mengedipkan mata, genggaman telapak tangan, refleks moro, dan tindakan tanpa mengetahui.
2. Perkembangan Fisik/Motorik masa balita (usia 1 – 3 tahun)
Selama periode 12 bulan sampai 3 tahun, kemampuan fisik anak mengalami kemajuan dari mampu berjalan terhuyung-huyung belum mantap menjadi anak yang menguasai berbagai keterampilan fisik yang kompleks.
a. Perkembangan gerakan
Fondasi untuk pengendalian yang lebih baik atas lengan, tungkai, badan, keseimbangan badan, dan koordinasi bagi anak yang sedang tumbuh berpangkal pada tiga macam. Sumber petama, benih dari kemampuan ini telah disebarkan selama 15 bulan sebelumnya, ketika koordinasi bayi secara mantap semakin baik. Kedua adalah stimulasi yang dibeikan kepada bayi ketika dia secara mantap menguasai fisik dasar. Ketiga dari keterampilan bergerak anak yang terus menjadi lebih baik adalah perubahan fisik yang terjadi di tahun kedua dan ketiga. Beberapa perubahan yang terjadi adalah tinggi dan berat badan; otak; dan penglihatan.
b. Anak yang canggung
Terdapat banyak sekali variasi dalam kecepatan anak-anak memperoleh keterampilan koordinasi. Anak memerlukan dukungan untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya sehingga dia dapat mempertahankan rasa percaya diri dan terus menikmati bermain menggunakan fisik yang sehat.
c. Keselamatan
Setelah anak mampu menghadapi aktivitas fisik yang lebih bermacam-macam baik didalam maupun diluar rumah keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama. Ketika tantangan koordinasi yang ingin dia hadapi menjadi semakin kompleks, bahaya potensial yang dihadapinya juga semakin besar.
d. Perkembangan koordinasi tangan-mata
Antara umur 15 bulan sampai 3 tahun, kendali tangan anak meningkat, membuat dia mampu memanipulasi benda-benda berukuran kecil, untuk memperoleh kendali lebih baik pada penggunaan peralatan makan dan untuk mengambil serta membawa sendiri berbagai benda.
e. Tangan kidal
Anak akan menjadi tangan kidal atau tidak belum dapat dilihat saat dia lahir. Akan tetapi, keadaan itu akan mulai terlihat jelas antara umur 15 bulan dan 3 tahun.
f. Kemampuan menggambar
Kesempatan-kesempatan baru untuk menggambar muncul dalam tahap ini dalam kehidupan balita. Koordinasi peningkatan tangan-mata yang dikombinasikan dengan pembelajaran  dan pengertian merupakan awal bagi anak dalam menggambar. Menggambar merupakan cara yang baik bagi balita yang sedang tumbuh untuk mengekspresikan perasaannya.
g. Menghadapi frustasi
Aktivitas yang memerlukan koordinasi tangan-mata ini mungkin menimbulkan frustasi ketika hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Tenangkan frustasi anak balita, dan kemudian tunjukkan padanya cara menyelesaikan aktivitas tersebut dengan cara sesuai metode dan santai.
3. Perkembangan Fisik/Motorik Masa Balita (Usia 4 – 6 tahun)
Anak-anak pada usia prasekolah mengkonsolidasi dan mengalami kemajuan dalam keteramplian fisik yang telah dikembangkannya ditahun-tahun awal. Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu kaki, melompat dengan dua kaki diangkat bersama, dan menjaga keseimbangan sekarang dapat dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas.
a. Transformasi fisik
Alasan utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini adalah perubahan fisik yang penting terjadi antara usia 2,5 dan 5 tahun. Tinggi tubuh anak-anak bertambah sekitar 8 cm lebih tinggi setiap tahunnya dan berat badannya bertambah sekitar 3 kg. Ukuran kepalanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan bagian badan yang lain, dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk mengoordinasi rangkaian gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun. Perubahan neorologi terjadi dalam otak, tulang belakang dan juga sistem saraf.
b. Perkembangan gerakan
Keterampilan fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini anak amat senang menggunakan keterampilan motoiknya yang semakin baik, bahkan ketika aktivitas itu berbahaya.
c. Takut-takut
Beberapa anak mempunyai sifat takut-takut dan tidak berani menjajaki uang yang terbuka lebar di taman atau berpetualang ditaman bermain. Hal ini akan menghilangkan kesempatan anak untuk menikmati aneka macam aktivitas yang menstimulasi.
d. Perkembangan koordinasi tangan-mata
Ketika anak sedang melewati tahun-tahun prasekolah, pengendalian tangan menjadi semakin penting, bukan hanya karena kendali itu membantunnya menjadi lebih mandiri, tetapi juga karena ada kaitannya dengan pemecahan masalah dan untuk belajar.
e. Proses kematangan
Kemajuan anak dalam koordinasi tangan-mata tergantung pada interaksi antara stimulasi dan dorongan yang diterimanya setiap hari, perkembangan fisik dan sarafnya, dan motivasinya. Tiga dimensi yang berbeda ini perlu diseimbangkan dengan hati-hati sebelum dia dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Secara khusus, anak tidak akan mampu menulis seperti anak berumur 5 tahun ketika dia berumur 3 tahun, tidak peduli betapa kerasnya usaha karena kematangan otot dan sarafnya memang belum memadai untuk melakukan gerakan tangan yang demikian halus.
f. Penggunaan cat atau krayon
Anak lebih suka menggunakan cat daripada krayon, hal tersebut dikarenakan lebih mudah untuk membuat gambar berukuran besar dan berwarna-warni dengan menyapukan kuas daripada dengan sebatang krayon. Gambar tercipta dengan lebih cepat dengan cat. Selain itu tangkai kuas yang gemuk lebih mudah untuk dipegang dan tidak memerlukan kendali yang halus dengan jari.
g. Kiri atau kanan
Pilihan anak untuk menggunakan tangan kiri atau tangan kanannya sudah terbentuk sepenuhnya pada waktu anak mulai sekolah, akan tetapi sebenarnya kita akan sudah mempunyai pilihan menggunakan tangan kanan atau kiri mulai dari sekitar umur 2 tahun.
h. Perbandingan
Pada masa ini anak lebih banyak berbaur dengan anak-anak lain, baik teman-temannya yang datang ke rumah anda untuk bermain maupun bergabung dengan anak-anak lain di kelompok bermain. Dia membandingkan dirinya sendiri dengan teman-temannya.
4. Perkembangan Fisik/Motorik Masa SD Awal ( usia 6 – 8 tahun)
Saat usia 6 smpai 8 tahun, pada umumnya anak sudah dapat mengkoordinasikan tangan dengan panca inderanya. Kemampuan yang sudah seharusnya dikuasai anak diusia 6 – 8 tahun adalah kemampuan berpakaian, makan sendiri, merapikan tempat tidur, mandi serta memakai sepatu sendiri.
B. Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Fisik/Motorik Anak Usia Dini
Dave (1970) mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut.
1. Imitation (peniruan)
Yaitu suatu keterampilan untuk menirukan suatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, dimana ia mulai memberi respons serupa dengan apa yang diamatinya.
2. Manipulation (penggunaan konsep)
Yaitu suatu keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan (gerakan). Keterampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti arahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan.
3. Presition (ketelitian)
 Yaitu suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit.
4. Ariculation (perangkaian)
Yaitu suatu keterampilan untuk merangkaikan bermacam-macam gerakan secara perkembangan. Gerakan artikulasi ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mecapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda.
5. Naturalization (kewajaran pengalamiahan)
Yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis. Gerakan ini biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya.

2.2 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
A.  Pengertian Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
1. Kematangan
Kematangan merupakan poin pertama yang dianggap poin yang paling bisa dimasukan kedalam perkembangan kognitif. Selain bisa merubah kepribadian seseorang, aspek ini membuka adanya kemungkinan untuk perkembangan sedangkan jika hal ini kurang tentu akan membatasi secara luas prestasi jika dilihat dari sisi kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri. Maka kematangan menjadi pilihan pertama.
2. Pengalaman
Mungkin anak-anak meruakan hudangnya penasaran, dimana mereka memiliki waktu yang banyak untuk mengembangkan pengetahuan dan mencari tahu pengalaman yang ada. Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru sehingga mencoba mencari pengalaman dan berempati pada orang lain, tetapi kontak dengan dunia fisik tentu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan. Selain itu, kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
3. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hal penting, dimana bagian lingkungan sosialnya sudah termasuk kedalam peran bahasa serta pendidikan, pengalaman fisik juga bisa memacu ataupun menghambat perkembangan struktur kognitif anak tersebut.  (Baca: Penyebab Kenakalan Anak)
4. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi adalah proses pengaturan diri dan pengoreksi diri. Mengatur interaksi spesifik dari imasing-masing manusia dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara sinkron dan juga tersusun dengan baik. (Baca: Terapi Perilaku Kognitif)
Menurut Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami seperti layaknya bercerita atau menjelaskan apa yang mereka alami. (Baca: Gangguan Mental Pada Anak)
Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1. Asimilasi yaitu proses adanya penambahan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini sifatnya subjektif, karena seseorang cenderung memodifikasi pengalaman ataupun informasi yang sudah diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada. (baca juga: Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional)
2. Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema karena hadirnya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Pada proses ini bisa terjadi pemunculan skema yang baru dan berubah sama sekali. (baca juga: Pengertian Bakat Menurut Para Ahli)

B. Karakteristik Kognitif Anak
Berikut adalah beberapa karakteristik terkait dengan kognitif anak, diantaranya adalah:
1. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 0 – 2 tahun
  • Dapat melihat cahaya dan mengikuti arah cahaya.
  • Sudah bisa menghitung maksimal 2-4 buah benda yang ia lihat.
  • Mengikuti isyarat dan bicara orang dewasa, karena di usia ini pemikiran mereka sama dengan mengikuti atau mengkopi. (baca juga: Macam-macam Gaya Belajar)
  • Mengetahui dan dapat menjelaskan objek yang diletakan tak jauh dari sekitar mereka yakni 8-10 inci di depan matanya atau disekitarnya. (baca juga: Cara Menghilangkan Trauma Pada Anak)
  • Menirukan isyarat-isyarat yang baru yang baru didengar atau dikenal oleh mereka.
  • Menamai atau menunjukkan pada gambar yang mewakili benda tertentu dan sering dilihatnya atau terbiasa dilihatnya. (baca juga: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak)
  • Memahami kata minimal 2 kata depan atau bahasa sederhana yang tidak terlalu rumit.
  • Memperlihatkan ketertarikan dan ingin tahu pada sekitarnya dengan dengan membongkar sesuatu.
  • Mengingat benda yang ada dan bisa mengembalikanya ke tempat semula. (baca juga: Pola Asuh Anak Usia Dini)
2. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 2 – 4 tahun
  • Dapat menunjuk dan menyebut gambar sederhana dan juga mudah diingat.
  • Anak-anak dengan perkembangan kognitif tertarik mendengar seperti dongeng atau cerita (Baca: Teori Belajar Kognitif)
  • Dapat mengenal anggota tubuh.
  • Dapat mengenal dan mengelompokan warna. (baca juga: Cara Mengatasi Anak Pemarah)
  • Dapat sudah mengerti konsep seperti besar dan kecil, luas dan sempit dan lainnya.
  • Dapat mengenal fungsi benda dengan benar. Hal ini artinya dapat mengelompokkan benda berdasarkan bentuk,warna,ukuran dan fungsi secara sederhana. (baca juga: Fakta Kepribadian Anak Bungsu)
  • Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang kosong.
  • Dapat menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuhnya.
  • Dapat mencocokkan hingga sebelas warna. (baca juga: Teori Psikologi Perkembangan)
3. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun
  • Dapat mengetahui fungsi benda dengan benar.
  • Dapat mengelompokkan benda sesuai dengan bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara sederhana.
  • Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang belum terisi.
  • Dapat menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuhnya. (baca juga: Tahap Perkembangan Emosi Anak)
  • Dapat mencocokkan hingga sebelas warna.
  • Berusaha membaca dengan memperhatikan gambar. (baca juga: Gejala ADHD pada Bayi)
  • Sudah bisa membaca kata-kata singkat dan juga ringan seperti 4-6 huruf.
  • Dapat membaca cerita sederhana dengan lantang dan juga bersuara.
  • Dapat mana hal yang fantasi ataupun realita. (baca juga: Cara Mengenali Potensi Diri)
C. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini, antara lain :
a. Periode Sensorimotor
Periode sensorimotor yang terjadi pada 0 hingga 2 tahun. Dimana usia ini merupakan usia bayi lahir dengan refleks yang berasal dari lahir atau bawaan. Selain itu skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks sejak lahir. Periode ini merupakan periode pertama dengan 6 subtahapan yang menjelaskan antara penggunaan fisik dan pikiran serta gerak yang berasal dari refleks. (baca juga: Kecerdasan Spasial)
b. Periode Praoperasional
Periode selanjutnya yakni praoperasional. Pemikiran (Pra)Operasi menurut teori Piaget yaitu prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek yang ada. Ciri dari tahapan ini adalah tentu operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Selain itu, di dalam tahapan ini anak belajar menggunakan dan menjelaskan objek dengan gambaran maupun kata-kata meskipun masih terbata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
c. Periode Operasional Konkrit
Ketiga yakni adanya tahapan operasional konkrit, tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Dalam perhitungan Piaget tahapan ini berada di usia 6 tahun lebih dimana mereka memiliki pemikiran tanggung. Anak-anak sudah bisa dikatakan mengerti namun belum paham 100% apa yang dimaksudkan. (baca juga:
d. Periode Operasional Formal
Terakhir yakni tahap operasional formal dimana dalam tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun atau bisa dikatakan saat pubertas, dan terus berlanjut sampai dewasa. Kognitif saat dewasa sendiri tidak berhenti begitu saja meskipun perkembangannya lambat. (Baca: Psikologi Remaja)
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sedangkan tahapan operasional formal ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan lainnya. (baca juga: Peran Ayah dalam Keluarga)
Rasanya meskipun mereka terkadang melihat segala hal secara abu, namun anak-anak di tahapan ini sudah menerima informasi dalam bentuk yang jelas dan detail serta bisa dipahami. Tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral dan hal lainnya yang membuat orang tua harus kembali mengawasi secara ekstra. (Baca: Ciri- Ciri Pubertas)

D. Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Jika dilihat dari keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Tahapan memiliki waktu yang jelas namun pada kenyataanya, tahapan tersebut bisa dicapai dalam usia yang berbeda. Tidak semua anak menghadapi batasan usia yang sama karena tergantung dengan faktor lainnya.  Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
  • Tahapan bersifat universal sehingga tidak terkait adat dan budaya. (baca juga: Teori Kebutuhan Maslow)
  • Bisa digeneralisasi maksudnya adalah representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan. Sehingga cakupannya cukup luas.
  • Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis dan bisa ditalar dengan pemikiran orang dewasa. (baca juga: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik)
  • Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi) sehingga tidak berantakan dan sembarangan.
  • Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif. Secara psikologi hal ini berefek juga dengan perkembangan kepribadian seseorang ke masa dewasanya

2.3 Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
A. Pengertian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang diekspresikan melalui pemikiran anak dengan menggunakan kata-kata yang menandai meningkatnya kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi, dapat digunakan untuk berfikir, mengekspresikan perasaan dan melalui bahasa dapat menerima pikiran dan perasaan orang lain.
Perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman, penguasaan dan pertumbuhan bahasa.
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Konteks pengembangan bahasa meliputi: mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis dini. Dalam mengembangkan kemampuan bahas anak, guru/tutor dapat memilih strategi dan metoda secara bervariasi
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dam menulis.
Metoda bercerita merupakan salah satu metoda yang banyak dipergunakan untuk Anak Usia Dini. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidaj lepas dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini.
B. 5 Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Pemahaman akan berbagai teori dalam perkembangan bahasa anak menurut para ahli yang sesuai dengan tingkat usia anak, antara lain:
1. Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeuarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
2. Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
3. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
4. Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
5. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Bahasa meliputi berbicara, menyimak,menulis dan ketrampilan membaca, bahasa memungkinkan anak untuk menterjemahkan pengalaman mentah ke dalam symbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berfikir. Dengan demikian bahasa merupakan  alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi.
Menurut Eliason (1994) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya pada pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa.Anak belajar bahasa sejak masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan, senyuman dan gerakan badan. Belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia sebelum enam tahun. 
Oleh karena itu pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan bahasa anak sehingga kondisi ini bisa memfasilitasi pengembangan ketrampilan berbahasa pada anak usia dini. Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. Dengan kosa kata yang mereka miliki pertumbuhan kosa kata anak akan tumbuh dengan cepat seperti dikemukan oleh Sroufe(1996) pertumbuhan kosa kata anak akan lebihcepat setelah mereka mulai berbicara.

C. Tujuan Pengembangan Bahasa bagi Anak Usia Dini
Pengembangan kemampuan berbahasa bagi Anak Usia Dini bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkunagn di sekitar anak antara lain teman sebaya, teman bermain,orang dewasa, baik yanga da di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
Kemampuan bahasa Anak Usia Dini diperoleh dan dipelajari anak secara alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak akan ammpu bersosialisasi, berinteraksi dan merespon orang lain.

2.4 Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 
Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak merupakan kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Para ahli juga sepakat bahwa perkembangan sosial-emosional anak bertujuan untuk mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya. Bertanggung jawab akan diri sendiri maupun orang lain dan berperilaku sesuai dengan pro sosial.
Hurlock mengungkapkan bahwa perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial dan menjadi individu yang mampu bermasyarakat. Untuk menjalani kehidupan bermasyarakat diperlukan 3 proses yaitu:
  • Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di dalam bermasyarakat.
  • Belajar bagaimana memainkan peran sosial dalam bermasyarakat.
  • Mengembangkan sikap dan tingkah laku terhadap individu lain dan aktivitas sosial bermasyarakat.
A. Tahapan
Adapun beberapa tahapan perkembangan sosial anak usia dini sesuai tingkatan usianya yaitu:
1. Tahap 0-18 Bulan
Ini merupakan masa perkembangan awal, bayi memperlihatkan rasa aman dalam keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Untuk membangun dasar kepercayaan tersebut maka pemenuhan kebutuhan bayi perlu dilakukan secara teratur. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan terhadap makanan, kebersihan (mandi dan sebagainya). Di samping itu diperlukan juga cara-cara penanganan dalam merawat bayi.
Bayi akan mengeksplorasi melalui sentuhan, rasa, dan lain-lain. Dari mengeksplorasi itulah bayi akan belajar. Hal sebaliknya terjadi, apabila bayi merasa dirinya tidak aman dalam lingkungan keluarga, bayi cenderung akan mengatur dirinya sehingga bayi tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi. Ketika bayi tidak dapat kesempatan untuk bereksplorasi, bayi tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar menjadi tumpuan belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosial emosinya menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi tahapan perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Tahap ini merupakan tahap yang sangat tepat untuk mengembangkan dasar-dasar pengembangan kemampuan sosial emosi pada anak. Tahapan ini juga merupakan tahap perkembangan kritis atau usia emas (golden age). Pada tahap ini sebagian besar sel-sel otak berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitas manusia.
2. Tahap 18 Bulan Sampai 3 Tahun
Pada tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagi perkembangan anak. Anak mulai mengembangkan kemampuan motorik panca indra, visual dan auditori yang distimulasikan melalui lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah kelompok.
Pada tahapan ini juga akan timbul rasa percaya diikuti dengan perkembangan fisik, kognitif dan bahasa. Anak akan mulai bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya dan pada tahapan  ini juga mereka akan merasakan kebebasannya.
Pada tahapan ini biasanya anak akan mulai peka dengan sesuatu yang benar dan yang salah dan diperlihatkan dalam bentuk rasa malu. Andil orang tua sangat diperlukan dalam mengarahkan dan mengawasi perkembangan psikososial anak dalam tahapan ini. Kontrol yang terlalu ketat akan menyebabkan anak tidak berkembang sedangkan kontrol yang  terlalu longgar juga akan membuat anak kurang peka terhadap mana yang benar dan mana yang salah.
3.Tahap 3-6 Tahun
Perkembangan sosial mulai agak kompleks ketika anak menginjak usia 3 tahun dimana anak mulai memasuki ranah pendidikan yang paling dasar yaitu taman kanak-kanak. Pada masa ini anak belajar bersama teman-teman di luar rumah. Anak sudah mulai bermain bersama teman sebaya. Tahap ini bisa disebut juga dengan tahap belajar sosial melalui perkembangan kognitif.
Pada anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun) perkembangan sosial sudah mulai berjalan. Hal ini tampak dari kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok. Kegiatan bersama berbentuk seperti   sebuah permainan. Tanda-tanda perkembangan pada tahap ini adalah:
  • Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
  • Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
  • Anak mulai mengetahui hak atau kepentingan orang lain.
  • Anak mulai terbiasa bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya.
Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respons sosial yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan minat dan sikapnya terhadap orang lain. Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu banyak didominasi oleh guru akan menghambat perkembangan sosial emosi anak.
B. Perkembangan Emosi Anak
Emosi sebagai perasaan  timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut. Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi dapat berbentuk rasa senang, takut, marah, dan sebagainya.
Karakteristik emosi pada anak berbeda dengan karakteristik yang terjadi pada orang dewasa, dimana karakteristik emosi pada anak itu antara lain:
  • Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba.
  • Terlihat lebih hebat atau kuat.
  • Bersifat sementara atau dangkal.
  • Lebih sering terjadi.
  • Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
  • Reaksi mencerminkan individualitas.
Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal ditandai dengan munculnya emosi yang disadari rasa bangga, malu, dan rasa bersalah, dimana munculnya emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Berikut penjelasan dari 3 emosi tersebut:
1. Rasa bangga
Perasaan ini akan muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu. Rasa bangga sering digambarkan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
2.  Malu
Perasaan ini muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Secara fisik anak seolah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Biasanya rasa malu lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu.
3.  Rasa bersalah
Rasa ini akan muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. Dan dalam mengekspresikan perasaan ini biasa anak terlihat seperti melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha menggambarkan perasaan tersebut.
C. Hal yang harus diperhatikan dalam Perkembangan Emosi Anak
Terdapat beberapa hal penting dalam perkembangan emosional anak yang perlu dipahami:
A. Usia berpengaruh pada perbedaan perkembangan emosi
Setiap rentang usia menunjukkan beberapa perbedaan yang paling mencolok dalam ekspresi emosi. Selama usia pra-sekolah, anak juga mengalami stres, namun di usia ini mereka juga berusaha untuk mengatur perasaan dan dorongan dirinya sendiri. Perbedaan kemampuan dalam mengekspresikan emosi pada anak ini juga terkait dengan. Terdapat beberapa hal penting dalam perkembangan emosional anak yang perlu dipahami:
B. Perubahan ekspresi wajah terhadap emosi
Seperti halnya orang dewasa, ekspresi perasaan anak-anak juga terlihat dari ekspresi wajahnya. Seiring dengan bertambahnya usia mereka, anak-anak semakin mampu dalam mengekspresikan emosi mereka melalui tersenyum, mengerutkan kening, dan ekspresi lainnya perasaan. Kemampuan menggambarkan ekspresi emosi mereka semakin kompleks dan terlihat dari raut wajah mereka.
C. Menunjukkan emosi yang Beragam
Anak-anak di usia pra-sekolah memperlihatkan ekspresi wajah yang menunjukkan kebanggaan, malu-malu, malu, jijik, dan rasa bersalah yang tidak terlihat pada bayi atau anak yang lebih muda. Ekspresi yang lebih beragam dapat di tunjukkan dan kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif untuk mereka mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasan tersebut.
D. Bahasa tubuh
Ternyata ekspresi wajah tidak cukup bagi anak untuk mengekspresikan emosi, anak juga menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan perasaannya. Mereka akan menunjukkannya melalui gerak gerik dan bahasa tubuhnya.
E. Suara dan kata
Anak-anak semakin baik dalam mengekspresikan perasaan mereka melalui suara dan kata seiring bertambahnya usia. Mereka mulai mengenali dengan cara yang sederhana terhadap apa yang mereka rasakan dan kemudian berkembang berkembang menjadi semakin kompleks seiring dengan perasaan yang semakin kompleks yang mereka alami.
Mengembangkan sosial emosional harus dilakukan sejak dini terutama pada usia taman kanak-kanak. Hal ini  dikarenakan pada masa tersebut anak mulai mengembangkan pergaulan dengan teman sebaya di lingkungan rumah dan di luar rumah. Bahkan pola yang berbeda akan ditunjukkan karena berbeda kondisi lingkungan pada tiap-tiap wilayah yang tentunya memiliki ciri khas budaya yang berbeda pula. 


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
  1. Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik
  2. Perkembangan Motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Perkembangan motorik ada dua yaitu Motorik Halus dan Motorik Kasar. Motorik Halus ialah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Sedangkan Motorik Kasar ialah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.
  3. Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.

3.2 Saran 
Diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini tentu memiliki manfaat khususnya bagi pendidik anak usia dini dalam meyiapkan permainan yang dapat meransang kratifitas anak. Bahkan bagi calon pendidik tentu perlu memahami bagaiman pentingnya bermain itu bagi anak usia dini, dan sebagai pengetahuan untuk nantinya dalam membuat suatu permainan yang bermanfaat bagi anak usia dini terkhusus dalam meningkatkan kreatifitas anak.
Download File Word via SCRIBD

Makalah Perkembangan Anak Usia Dini Meningkatkan Kreatifitas Anak Melalui Kegiatan Permainan Balok by Deruddy on Scribd

Download File Word via GOOGLE DRIVE

0 Comments:

Posting Komentar