Sebelumnya saya mohon maaf kepada seluruh kaum wanita di seluruh dunia, pada postingan kali ini saya sama sekali tidak bermaksud untuk mempermainkan apalagi melecehkan kaum wanita, tapi ini hanya bercanda saja kok, karena selalu serius itu gak enak juga kan? :D

Saya mendapatkan tulisan ini dari flashdisk salah satu teman, dan tulisan ini sukses bikin saya ngakak sengakak-ngakaknya :D. Sayang saya gak tahu sumber sebenarnya dari tulisan ini. Lalu saya berpikir untuk membaginya disini, lumayan lah buat nambal postingan, berhubung saya belum bisa nulis lagi karena sedang ada tugas. Beginilah tulisannya, soal judulnya sih bikin sendiri aja yah hehe...

-----------------

Sifat Bahan : Berbahaya, Explosif, dan Korosif (terutama terhadap uang)
Nama Unsur : Wanita
Simbol : Wa
Massa Atom : Berkisar 40 kg,biasanya bervariasi antara 40 kg hingga 224 kg

Bisa dikatakan, ini adalah sambungan dari postingan saya sebelumnya yang berjudul ‘Typography’, dan kali ini saya ingin berbagi tentang ‘Kinetic Typography’. Sudah pernah dengar kan istilah ini?, atau mungkin sobat adalah salah satu penggemar atau bahkan disainer Kynetic Typography?, jika memang begitu anggap saja tulisan saya ini adalah pengingat untuk sobat semua.

Kinetic Typography merupakan teknik animasi gerak dengan susunan huruf / teks sebagai elemen utamanya, yang dipadukan dengan berbagai animasi dan efek pendukung  lainnya. Animasi ini di-disain sedemikian rupa sebagai media penyampaian pesan secara audio visual. 

Sama seperti seni Typography, Kinetic Typography juga biasa digunakan dalam dunia advertisement, video klip lagu, per-filman, dan media audio-visual lainnya. Sejarahnya sendiri berawal pada awal tahun 1899 dengan munculnya teks bergerak atau ‘surat animasi’ sederhana pada iklan karya Melies George. Dan Typography yang benar-benar kinetis untuk pertama kali muncul pada teks pembukaan judul film (Opening Credit/title sequence) seri Alfred Hitchcock yaitu ”North by Northwest” dan “Psycho”. Opening credit pada film tersebut adalah hasil karya Saul Bass yang merupakan seorang disainer grafis dan Film Maker.


Ini hanya tentang uneg-uneg saya soal kata “Wkwkwk...”. Sampai sekarang saya masih sering menemukan kata itu di dunia maya, dan sampai sekarang saya juga masih bingung bagaimana cara melisankan kata itu. “Wek wek wek” kah?, “Wak wak wak” kah?, atau...”We ka we ka we ka” gitu?, ah sepertinya itu terserah persepsi masing-masing ya? Padahal dulu saya juga pernah menggunakannya (itu karena faktor ikut-ikutan aja sih hehe...).

Saya yakin sobat-sobat sudah banyak yang pernah membaca artikel soal kata yang satu ini, tapi saya malah baru kepikiran untuk mencari tahu, haduh...saya memang selalu ketinggalan. Lalu saya iseng untuk search di Google, dan saya menemukan satu artikel yang cukup menggelikan tapi juga cukup informatif, yang berjudul “Arti Wkwkwk’ Dari Sudut Pandang Sains”. 

Dari sana saya mulai mendapat informasi. Ternyata kata “Wkwkwk” itu termasuk pada golongan Onomatopoeia. Onomatopoeia sendiri adalah suatu kata yang diciptakan/digunakan untuk meniru sebuah suara tertentu. Semacam “Boom” untuk suara ledakan bom, “Dag dig dug” untuk menggambarkan suara jantung, “Bang!” suara pistol (inggris), atau “Knock-knock” untuk suara ketukan pintu (inggris) dan masih banyak lagi. 

Assalamualaikum Wr.Wb.


Wassalamualaikum Wr.Wb


Jalur Lingkar Gentong
Jalur Linkar Gentong yang merupakan jalur alternatif didaerah Gentong, Tasikmalaya, akhirnya dibuka juga untuk umum. Jalur ini mulai resmi digunakan pada hari Rabu, 15 Agustus 2012 yang lalu.

Ini merupakan kabar gembira untuk para pemudik yang akan menggunakan jalur selatan Jawa, ya setidaknya dengan adanya jalur baru ini kemacetan di daerah Gentong tidak akan terlalu parah.

Pada awalnya saya menduga jika jalur dengan panjang 1,2 KM ini tidak akan sampai bisa dipergunakan pada musim mudik tahun ini, karena saat saya melintas disana beberapa bulan yang lalu, keadaan proyek masih sangat berantakan, jembatan diatas rel kereta api yang tampak pada gambar saja belum dibangun.

Adaptasi. Ya, itu hanya sebuah kata, tapi bagi saya sangat menyebalkan bila harus melakukannya. Tempat baru, orang baru, kebiasaan baru, aturan baru, pola pikir baru, dan tantangan baru. Sayangnya tidak ada pacar baru disini -__-*

Semua terasa berat jika lingkungan baru yang dimasuki mempunyai banyak perbedaan dengan lingkungan sebelumnya. Terlebih lagi jika banyak pihak yang memandang skeptis terhadap niat baik yang di lakukan, karen masih banyak hal yang dianggap tabu.

Saya sadar, dalam hal apapun, dengan berbagai macam alasan dan kepentingan, pro kontra akan selalu ada. Tapi disanalah kita akan belajar, belajar menerapkan apa yang kita pahami, belajar memahami apa yang kita lakukan, belajar memahami sebab akibat dari setiap keputusan yang kita buat, dan belajar memahami siapa mereka dan siapa kita.

Mungkin saya tidak se-idealis dulu, saat isi buku pelajaran masih dengan lancar mengaliri kepolosan otak ini, saat dengan begitu berani mengatakan bahwa apa yang kulakukan adalah yang paling benar, dan menganggap orang lain yang menyanggah adalah pemberontak. Kini saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk apa yang menurut saya baik.


Typography...pastinya sudah sering dong mendengar istilah yang satu ini, apalagi bagi para Desainer Grafis, ini bakal jadi ‘cemilan’ sehari-hari. 

Typography (Tipografi) berasal dari kata “Typos” yang artinya Bentuk, dan “Graphe” yang artinya Menulis. Jadi Typography merupakan ilmu memilih dan menyusun huruf untuk mendapatkan kesan tertentu, sehingga pembaca dapat dengan nyaman membaca dan memahami isi atau pesan yang akan disampaikan.

Adapun Seni Typography  yaitu karya disain yang menjadikan huruf sebagai elemen utama. Untuk mempertegas penyampaian pesan didalamnya dan untuk mendapatkan suasana tertentu, dalam seni Typography biasa dimasukan unsur-unsur lain diluar susunan huruf (typeset) seperti ilustrasi, efek, warna, background, dan tata letak yang sangat sangat ‘flexibel’.

Saya sendiri sudah lama tertarik dengan Tyipography ini, karena selain nilai kreatifitan dan nilai seni nya yang sangat tinggi, Typography juga merupaka media yang sangat menarik untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan kepada pihak lain. 


Di daerah tempat tinggal saya terdapat dua blok pesawahan. Uniknya setiap blok sawah disini memiliki nama. Contohnya sawah blok yang berada di sebelah selatan tempat tinggal saya bernama ‘Darmaga’, dan blok sebelah utara bernama ‘Gudawang’. Sudah lama saya penasaran dengan asal-muasal pemberian nama-nama itu, tapi selama ini saya belum menemukan orang yang tahu pasti jawaban atas rasa penasaran saya itu. Untuk ‘Darmaga’ mungkin diambil dari kata ‘Dermaga’, tapi daerah ini kan sangat jauh dari laut. Kalau ‘Gudawang’ sih setahu saya itu nama sebuah Gua di Bogor.

Peta Sawah Darmaga & Gudawang

Tapi saya tidak akan membahas lebih jauh sejarah terbentuknya sawah-sawah tersebut, saya ingin bercerita tentang kekeringan yang melanda sawah-sawah disini.

Hanya postingan ringan. Ngabuburit tadi sore, saya mengisinya hanya dengan nangkring di Youtube. Di luar, ada beberapa anak kecil yang sedang bercanda sambil menyanyikan lagu 'Cingcangkeling', hmm...iseng saja saya tulis "cingcangkeling" di mesin pencari Youtube. Lalu tampaklah beberapa option video, dan perhatian saya tertuju pada Video dengan judul -Simfoni Untuk Bangsa: "Cing Cang Keling"- yang dibawakan secara Orcestra.

Saya klik tombol 'Play', mulai menyimak, dan 20 detik kemudian alis saya mulai terangkat, 1 menit kemudian musik ini sukses membuat saya merinding, dan gumam saya "...sialan...keren banget...!!!". Mungkin untuk orang lain penampilan ini biasa saja, tapi buat saya pribadi ini sangat berbeda. Bukan karena musiknya berasal dari daerah saya sendiri (Sunda), tapi ini soal kualitas bermusik dan suasana yang disajikan Sob.


Ini adalah kali kedua saya menjalani Bulan Ramadhan di Ciamis semenjak pada tanggal 22 Juli tahun lalu saya pindah lagi kesini setelah bertahun-tahun tinggal di Kota yang menjadi tempat saya tumbuh dewasa dan sangat saya cintai, yaitu Kota Bandung.

Suasana yang sangat berbeda saya temukan saat menjalani Ramadhan disini. Disini saya bisa lebih fokus untuk melakukan ibadah Ramadhan, mungkin karena lingkungan tempat tinggal disini yang lebih religius. Sangat berbeda saat saya tinggal di Bandung, disana saya terlalu disibukkan dengan aktifitas duniawi. Tarawih saja jarang, dalam satu bulan, tarawih saya bisa dihitung denga jari dalam satu tangan saja. Belum lagi puasa saya yang kayak jaring penangkap ikan, banyak bolongnya -_-“.

Kemarin malam kami menjalankan tarawih pertama di Ramadhan tahun ini. Ada yang berbeda dengan tahun kemarin, Imam yang memimpin tarawih di Mesjid kali ini bukan Ayah saya lagi, katanya sih memberi kesempatan anak muda menjadi Imam.

Satu hal yang saya suka saat tarawih pertama adalah masjid yang dipadati oleh para Jama’ah, bahkan padat sampai ke teras Mesjid. Alhamdulillah, bulan Ramadhan memang bisa membuat umat muslim menjadi lebih religius. Dan selain itu saya juga bisa bertemu banyak orang di mesjid, termasuk para gadis hihi...saya sangat suka kalau lihat anak gadis pergi ke Mesjid dan pakai Mukena, kadar ke-cakep-an nya bisa melonjak naik 658% dimata saya :D.