Berawal dari diskusi ringan via online dengan kakak tentang kegiatan gerakan pungut sampah yang sedang gencar dilakukan oleh berbagai komunitas di kota Bandung, kakak saya yang pada saat itu merupakan salah satu aktivis di komunitas Bandung Clean Action meminta saya untuk membuat kegiatan Gerakan Pungut Sampah di wilayah Priangan Timur, khususnya Kabupaten Ciamis. 

Saya bersama beberapa teman yang pada saat itu baru membentuk sebuah komunitas lari bernama komunitas Running Loka, mulai terpikir untuk memasukan gerakan pungut sampah yang kami sebut Ciamis Clean Action ini pada agenda kegiatan komunitas kami. Dengan bantuan teman-teman pelari, kegiatan pun dapat berjalan secara konsisten setiap hari minggu pagi setelah Sunday Morning Run di Taman Lokasana Ciamis yang merupakan Home Base dari komunitas Running Loka.

Dapat berita duka tentang runner yang meninggal seusai berlari, ini cukup membuat saya mengernyitkan dahi. Hingga saat ini saya belum mendapat sumber yang kredibel tentang berita ini, bagaimana kronolgi kejadiannya, bagaimana sebenarnya kondisi tubuh sang runner (apakah memiliki riwayat penyakit tertentu) dan penyebab pasti dari kematian sang runner menurut medis. 

Namun sebagai orang yang menekuni dunia lari, tentu saja ini akan menjadi pelajaran yang berharga, dimana seorang pelari harus mengenali diri sendiri, memiliki sifat pantang menyerah namun tahu kapan harus berhenti. Berlatih menempa fisik dan mental hingga batas kemampuan memang perlu, namun ingat! hingga batas kemampuan, bukan melebihi batas kemampuan. 




Typography make my imaginary world real. 

Ketika aku tak mampu bercerita dengan kata.
Hari ini adalah ulang tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-71, tentunya sebagian besar rakyat Indonesia menyambut bahagia dan ingin turut merayakan hari istimewa ini, termasuk saya. Selain ulang tahun kemerdekaan NKRI, hari ini juga merupakan hari ulang tahun dari hobi baru saya yang sangat saya cintai, yaitu Trail Running. Dan untuk merayakan keduanya, saya pun memutuskan untuk melakukan trail running di tempat yang sama saat saya melakukannya untuk pertama kali. 

Flashback dulu bentar yaa. Rasanya masih inget banget, saya melakukan Trail Running pertama pada tanggal 17 Agustus 2015 yang lalu, itupun niatnya hanya iseng karena pada saat itu saya hanya ingin merayakan 17-an dengan melakukan hal menantang yang belum pernah saya lakukan. Berhubung saat itu saya sudah sangat aktif berlari di track lapangan, salah satu teman saya pun memberikan tantangan untuk mencoba berlari pada lintasan yang jauh lebih ekstrim yaitu trail track, dan lintasan pendakian Galunggung pun jadi pilihan kami. Awalnya, sih, gak pede dengan keputusan saya untuk melakukan Trail Running tersebut, ada perasan was-was, takut tidak kuat berlari di track yang ekstrim, namun bukan sifat seorang pelari jika tak mengambil tantangan baru dalam berlari, akhirnya saya menerima tantangan teman saya tersebut. Dan akhirnya pepatah 'Tak kenal maka tak sayang' pun benar adanya, setelah berhasil melintasi lintasan trail Galunggung, saya malah ingin lagi, lagi dan lagi.

Dream come true. Sepertinya bagi saya itulah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kegiatan yang kami lakukan pada hari minggu pagi  (20 Maret 2016), yaitu Gerakan Pungut Sampah di Lapang Lokasana Ciamis bersama Komunitas Running Loka. Betapa tidak, keinginan untuk melakukan kegiatan ini sudah ada sejak lama, tepatnya ketika saya mulai aktif melakukan aktivitas olahraga di Lapangan Lokasana sejak kepindahan saya kembali dari kota Bandung ke kota Ciamis ini.  
Terkadang saya bertanya pada diri sendiri, kontribusi positif  apa yang telah saya lakukan untuk kota yang saya tinggali saat ini? Saya bukan seorang Technopreneur seperti kang Ridwan Kamil yang memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mengubah sebuah kota menjadi menawan di banyak bidang. Saya hanya pemuda biasa yang memiliki semangat untuk "menjaga" kotanya, memang tak banyak yang bisa saya lakukan, tapi saya yakin bahwa sekecil apapun tindakan positif tidak akan menjadi sia-sia. 
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sampah merupakan masalah yang menjadi prioritas utama bagi sebuah kota. Walau dengan skala yang berbeda, contohnya permasalahan sampah di kota kecil seperti Ciamis mungkin tidak serumit permasalahan sampah di kota besar seperti Bandung atau Jakarta, namun itu tidak serta-merta membuat masalah sampah menjadi dianggap sepele. Peran serta warga masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tetap sangat penting, dimana pun itu. Hal itu juga yang mendorong keinginan saya untuk melakukan kegiatan kebersihan khususnya di ruang publik seperti Lapang Lokasana. 
Gambar oleh:  
Journal of Musculoskeletal Medicine
© Steve Oh, CMI 2009
Dalam tulisan kali ini saya masih mengulas tentang cedera yang umum sering dialami oleh Pelari, karena cedera merupakan salah satu aspek penting dalam dunia lari. Dan jenis cedera yang akan saya ulas kali ini adalah Achilles Tendinitis. 

Achilles Tendinitis adalah cedera yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan atau terlalu besarnya tekanan pada tendon Achilles. Tendon Achilles sendiri merupakan tendon besar yang menghubungkan dua otot (besar) betis, otot Gastrocnemius dan otot Soleus pada bagian belakang tulang tumit kaki kita. Karena besarnya tekanan maka tendon Achilles akan dibuat bekerja keras sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan. Jika ini terjadi secara terus menerus, maka akan timbul jaringan parut yang berakibat akan berkurangnya fleksibilitas tendon. Dalam kasus yang lebih serius, tendon Achilles dapat megalami robek atau bahkan pecah, jika sudah begini mungkin akan diperlukan proses pembedahan.  

Gejala 
Tanda-tanda umum dari gejala Achilles Tendinitis adalah rasa sakit pada bagian belakang kaki atau bagian tepat diatas tumit (disekitar tendon Achilles) setelah melakukan aktivitas berjalan atau berlari.  Pergelangan kaki yang terasa kaku dan timbulnya bengkak pada bagian tendon diatas tumit atau timbulnya rasa sakit ketika melakukan gerakan toe raises juga dapat mengindikasikan terjadinya Achilles Tendinitis. 
Pernah dengar istilah Iliotibial Band Syndrome atau ITBS? Saya yakin sebagian dari teman-teman runners pasti pernah mendengarnya, karena ITBS merupakan salah satu jenis cedera yang sering dialami oleh pelari. ITBS biasanya terjadi ketika jaringan Iliotibial Band atau jaringan ikat serat otot tebal yang dimulai dari Iliac Crest (bagian paling menonjol pada tulang panggul) membentang pada bagian Lateral (luar paha) hingga Tibia (tulang kering) mengalami kondisi tegang dan meradang. 

Jaringan ikat Iliotibial yang menempel pada lutut berperan dalam mengkoordinasikan fungsi otot dan menstabilkan gerak sendi pada lutut. Jika Jaringan ikat Iliotibial ini tidak berfungsi dengan baik, maka akan menyebabkan rasa sakit pada lutut yang diakibatkan peradangan pada bagian lateral sendi lutut. 
Gambar oleh: @nonoman_galuh
Mimitinamah dina hiji poe kuring nganjang ka blog na Mang Yono, kabeneran dina poe eta anjeuna ngunggah tulisan ngeunaan Puri Emily, mojang priangan kalahiran Bandung, 17 Juni 2003 anu miboga prestasi internasional dina bidang Kasenian Tari Jaipongan. Salaku urang sunda pituin kuring ngarasa reueus ngadanguna, sabab anu kahiji, yen salah sahiji budaya asli sunda bisa ditanjeurkeun di tingkat global. Anu kadua, yen aya keneh budak ngora anu daek ngamumule kana budaya asli sunda, ku kituna kabudayaan sunda khusus na Tari Jaipongan bisa terus lestari. 

Tapi nyatana di sababaraha wilayah parahyangan, proses regenerasi jadi masalah anu serius, sabab kurang na bibit-bibit anyar atawa budak ngora anu boga minat keur neuleuman kasenian sunda. Contona di kota kalahiran kuring nyaeta Ciamis. Sakumaha anu pernah dicaritakeun ku mantan Kepala Disbudpar Kabupaten Ciamis, Bapak Mamat Surya Wijaya, saur anjeuna hese ngalakukeun regenerasi seniman tradisional kasenian khas Ciamis, sanajan aya budak ngora anu boga minat neuleuman kasenian tradisional khas Ciamis, jumahna saeutik pisan. Dina danget ieu seniman anu aktif keneh dina kasenian khas Ciamis umumna geus usia lanjut.