Dalam perbincangan ringan usai latihan, ada salah satu teman saya yang bertanya "Kapan waktu terbaik untuk olahraga lari?" Hmm...ini adalah pertanyaan yang sering saya dapat, terutama dari mereka yang baru menekuni dunia lari. Sebenarnya banyak sekali tulisan yang membahas tentang hal ini, bahkan banyak yang melampirkan hasil penelitian dari para ahli, namun kali ini saya hanya akan mencoba untuk berbagi pengalaman pribadi. 

Bagi saya tidak ada patokan mengenai waktu terbaik untuk melakukan olahraga lari. Pada waktu subuh, pagi, siang, sore bahkan malam hari pun dapat menjadi waktu yang baik untuk melakukan olahraga lari. Begitu pun dengan kondisi cuaca, dalam keadaan cuaca panas terik, dingin, bahkan saat hujan deras pun bagi saya tak ada masalah. Yang paling penting adalah bagaimana cara kita mempersiapkan materi (perlengkapan lari) dan kondisi fisik untuk sebelum dan sesudah berlari. 

Namun ada beberapa hal yang menjadi poin penting yang biasa menjadi perhatian saya. Ketika akan berlari pada suhu yang cukup dingin seperti ketika subuh atau saat cuaca hujan, lakukanlah pemanasan dengan lebih intensif hingga suhu tubuh meningkat, sehingga tubuh dapat mengatasi cuaca dingin yang merupakan salah satu faktor terjadinya kram. Baiknya, selama melakukan pemanasan, pakailah jaket atau pakaian yang bersifat menghangatkan agar proses pemanasan dapat lebih efektif. 
Berikut adalah 3 gerakan dasar pada latihan yang biasa saya lakukan untuk melatih otot paha dan betis untuk menambah kekuatan dan kecepatan saat berlari. Dalam latihan ini terdiri dari 3 jenis gerakan langkah, yaitu Langkah Lambat, Langkah Normal dan Langkah Cepat.

Langkah Lambat sangat berguna untuk melatih kekuatan otot paha dan betis karena pada prosesnya terdapat jeda dianatara langkah kaki sehingga akan memberi tekanan yang lebih besar pada otot paha dan betis. Dibawah ini adalah videonya:
Berikut adalah video dokumentasi dari kegiatan Fun Trail Running Galunggung yang ke-10 dari komunitas Running Loka Ciamis yang kami lakukan pada hari Minggu tangga 19 November 2017. Seperti biasa kami menggunakan trek pendakian gunung Galunggung sebagai lintasan berlari kami. Titik Start dan Finish di lokasi Pemandian Air Panas Galunggung dengan total panjang lintasin sekitar 11 kilometer. Pada kegiatan Trail Running yang ke-10 ini diikuti oleh 29 Trail Runner, tentu ini adalah jumlah peserta yang jauh lebih banyak dari trail running sebelumnya. Bersyukur secara perlahan Komunitas Running Loka semakin banyak peminatnya. Dibawah ini adalah videonya:
Berawal dari diskusi ringan via online dengan kakak tentang kegiatan gerakan pungut sampah yang sedang gencar dilakukan oleh berbagai komunitas di kota Bandung, kakak saya yang pada saat itu merupakan salah satu aktivis di komunitas Bandung Clean Action meminta saya untuk membuat kegiatan Gerakan Pungut Sampah di wilayah Priangan Timur, khususnya Kabupaten Ciamis. 

Saya bersama beberapa teman yang pada saat itu baru membentuk sebuah komunitas lari bernama komunitas Running Loka, mulai terpikir untuk memasukan gerakan pungut sampah yang kami sebut Ciamis Clean Action ini pada agenda kegiatan komunitas kami. Dengan bantuan teman-teman pelari, kegiatan pun dapat berjalan secara konsisten setiap hari minggu pagi setelah Sunday Morning Run di Taman Lokasana Ciamis yang merupakan Home Base dari komunitas Running Loka.

Dapat berita duka tentang runner yang meninggal seusai berlari, ini cukup membuat saya mengernyitkan dahi. Hingga saat ini saya belum mendapat sumber yang kredibel tentang berita ini, bagaimana kronolgi kejadiannya, bagaimana sebenarnya kondisi tubuh sang runner (apakah memiliki riwayat penyakit tertentu) dan penyebab pasti dari kematian sang runner menurut medis. 

Namun sebagai orang yang menekuni dunia lari, tentu saja ini akan menjadi pelajaran yang berharga, dimana seorang pelari harus mengenali diri sendiri, memiliki sifat pantang menyerah namun tahu kapan harus berhenti. Berlatih menempa fisik dan mental hingga batas kemampuan memang perlu, namun ingat! hingga batas kemampuan, bukan melebihi batas kemampuan. 




Typography make my imaginary world real. 

Ketika aku tak mampu bercerita dengan kata.
Hari ini adalah ulang tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-71, tentunya sebagian besar rakyat Indonesia menyambut bahagia dan ingin turut merayakan hari istimewa ini, termasuk saya. Selain ulang tahun kemerdekaan NKRI, hari ini juga merupakan hari ulang tahun dari hobi baru saya yang sangat saya cintai, yaitu Trail Running. Dan untuk merayakan keduanya, saya pun memutuskan untuk melakukan trail running di tempat yang sama saat saya melakukannya untuk pertama kali. 

Flashback dulu bentar yaa. Rasanya masih inget banget, saya melakukan Trail Running pertama pada tanggal 17 Agustus 2015 yang lalu, itupun niatnya hanya iseng karena pada saat itu saya hanya ingin merayakan 17-an dengan melakukan hal menantang yang belum pernah saya lakukan. Berhubung saat itu saya sudah sangat aktif berlari di track lapangan, salah satu teman saya pun memberikan tantangan untuk mencoba berlari pada lintasan yang jauh lebih ekstrim yaitu trail track, dan lintasan pendakian Galunggung pun jadi pilihan kami. Awalnya, sih, gak pede dengan keputusan saya untuk melakukan Trail Running tersebut, ada perasan was-was, takut tidak kuat berlari di track yang ekstrim, namun bukan sifat seorang pelari jika tak mengambil tantangan baru dalam berlari, akhirnya saya menerima tantangan teman saya tersebut. Dan akhirnya pepatah 'Tak kenal maka tak sayang' pun benar adanya, setelah berhasil melintasi lintasan trail Galunggung, saya malah ingin lagi, lagi dan lagi.

Dream come true. Sepertinya bagi saya itulah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan kegiatan yang kami lakukan pada hari minggu pagi  (20 Maret 2016), yaitu Gerakan Pungut Sampah di Lapang Lokasana Ciamis bersama Komunitas Running Loka. Betapa tidak, keinginan untuk melakukan kegiatan ini sudah ada sejak lama, tepatnya ketika saya mulai aktif melakukan aktivitas olahraga di Lapangan Lokasana sejak kepindahan saya kembali dari kota Bandung ke kota Ciamis ini.  
Terkadang saya bertanya pada diri sendiri, kontribusi positif  apa yang telah saya lakukan untuk kota yang saya tinggali saat ini? Saya bukan seorang Technopreneur seperti kang Ridwan Kamil yang memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mengubah sebuah kota menjadi menawan di banyak bidang. Saya hanya pemuda biasa yang memiliki semangat untuk "menjaga" kotanya, memang tak banyak yang bisa saya lakukan, tapi saya yakin bahwa sekecil apapun tindakan positif tidak akan menjadi sia-sia. 
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sampah merupakan masalah yang menjadi prioritas utama bagi sebuah kota. Walau dengan skala yang berbeda, contohnya permasalahan sampah di kota kecil seperti Ciamis mungkin tidak serumit permasalahan sampah di kota besar seperti Bandung atau Jakarta, namun itu tidak serta-merta membuat masalah sampah menjadi dianggap sepele. Peran serta warga masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tetap sangat penting, dimana pun itu. Hal itu juga yang mendorong keinginan saya untuk melakukan kegiatan kebersihan khususnya di ruang publik seperti Lapang Lokasana.