Tampilkan postingan dengan label Sekitar Kita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sekitar Kita. Tampilkan semua postingan
The True Story...beginilah saat Printer gue rusak...

Suatu hari saat gue nge-print kumpulan tugas, yang menuntut gue harus segera bergegas, tiba-tiba tinta hitam printer gue tak meninggalkan bekas, blinking 15 kali pertanda cartridge ‘B’ udah mulai malas.

Tak ambil pusing gue langsung bawa aja ke servis, “cartridge warnanya juga koslet!!!” katanya sebagai hasil diagnosis, dia juga bilang harus diganti karena kondisinya udah kritis, Ooo...pliss gue cuma bawa dompet tipis!.

Oke deh gue bawa pulang aja karena solusi udah buntu, soalnya harga servis printernya sama kayak beli Printer baru,  bilang sama Teknisinya kalo gue lagi buru-buru, padahal itu cuma alibi buat menawar rasa malu.

Gue hubungin Abang berharap ada solusi manjur, bener aja katanya dia punya cartridge nganggur, akhirnya Printer gue gak jadi ancur, dan gue langsung berangkat sebelum situasi jadi tambah ngawur.

Ini adalah kebawelan saya yang kedua tentang rokok setelah kebawelan saya di Racun Paling Unyu beberapa bulan yang lalu. Memang sih ya, menjadi orang yang memutuskan untuk tidak merokok dilingkungan perokok itu kerap kali bikin makan ati, habisnya diledekin mulu, dibilang Banci lah, bukan laki lah, biar cepet naik haji lah...terus biar dibilang laki, ci akuhh ini harus bilang ‘WOW’ sambil ngisep tabung Gas 3 kilo getoo???. Yahh...jatoh-jatohnya berisik di Blog ini lagi deh.

Otak ini makin mumet saat dapat kabar pada tanggal 11 September 2012 yang lalu, WHO dan Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat menetapkan bahwa penghisap rokok Laki-Laki Indonesia menempati peringkat teratas terbanyak dunia, keren gak tuh?!. 

Dikutip dari ‘shnews’, Bahwa survei tersebut digagas pada tahun lalu dengan melibatkan 8.000 peserta dari 15 negara, termasuk Bangladesh, Brasil, China, Mesir, India, Meksiko, Filipina, Polandia, Rusia, Thailand, Turki, Ukraina, Uruguay, dan Vietnam. Menurut hasil survei itu pula, Indonesia dilaporkan memiliki jumlah perokok pasif yang cukup tinggi. Para perokok pasif dapat ditemui di rumah, kantor, dan tempat-tempat umum.

Dulu, kita sangat kegirangan saat hujan datang. Tak peduli dingin, tak peduli lumpur, kita akan langsung masuk bergabung dengan rombongan butiran air yang terjatuh dari ketinggian. Tertawa lepas seakan tak mempedulikan apa-apa selain menendang-nendang bola plastik seharga seribu rupiah yang kita beli secara patungan dari warungnya Bu Rohanah. Dan setelah kita kedinginan lalu memutuskan untuk pulang, kita harus siap-siap disambit sandal jepit punya ibu.

Kita juga dapat bertahan berjam-jam ditengah-tengah aliran sungai untuk berburu Remis. Saking lamanya kita berada di dalam air, kulit telapak kaki kita pun sampai ciut mengkerut pucat pasi. Untuk mengatasi ciutnya telapak kaki kita itu, biasanya kita akan langsung duduk berjemur diatas batu besar yang sejak tadi siang terkena terik matahari. Dan saat tubuh mulai mengering, kitapun bisa menggambar Doraemon pada kulit betis kita dengan menggunakan sebatang ranting kecil, saking keringnya tuh kulit. Haaahh...tobat deh.

Dari jaman layar hapeku masih dua warna, sampai sekarang hapeku udah pake OS Windows, tiap kali mau pergi transaksi ke Bank BCA, mau tidak mau aku harus meningkatkan ketahanan mental dan fisik terlebih dulu. Pasti udah tahu dong alasannya kenapa?!. Yahhh...apa boleh buat, BCA pun udah terlanjur jadi Bank yang lumayan ‘Bikin Capek Ati’ karena emang ‘Beneran Capek Antri’.

Sebenarnya sih aku sudah merasa biasa dengan kondisi ini, tapi rasanya tidak untuk tadi pagi. Aku perlu melakukan transaksi di BCA, tapi rasanya badan lagi gak enak banget, walhasil aku harus berangkat dengan kondisi tubuh yang tidak terlalu baik. 

Dalam perjalanan menuju kesana, aku terus berdo’a. Kalo pinjem gaya Baim mungkin gini “Ya Awlooh...antriannya jangan kepanjangan ya Awlooh...kasihani aku ya Awlooh...”. Sesampainnya di TKP, Pak Satpam membukakan pintu, dengan senyum tersungging diwajahnya disertai sapaan ramah yang khas “Selamat pagi Mas, silahkan...”. Saat menoleh ke lapak antrian, “Busseettt dahh...” saat itu juga mataku terasa berkunang-kunang dan hati ini terasa ‘Mpett. Antriannya tragedi banget!. Maaf Pak Satpam, rupanya senyumu tak sanggup merubah duniaku.

”...Malam minggu malam yang panjang, malam yang asik buat pacaran...”. Tiba-tiba potongan lirik lagu itu terdengar begitu menyebalkan bagiku. Gimana enggak, malam minggu saya tadi bukannya dipake buat pacaran, tapi dipake buat nggerumutin kerjaan. Terasa asem memang, tapi sudahlah...toh ini demi masa depanku juga.

Pagi ini aku bengun jauh lebih telat dari biasanya, ya alasan ku karena tadi aku baru bisa tidur pada pukul 2 dini hari, itupun gak langsung benar-benar tertidur, karena terus terbayang sesuatu yang indah yang sanggup mebuatku berfantasy (tapi kali ini bukan Coffee ABC susu ya!). Malahan akupun masih tersadar saat kumandang Adzan Awal. 

Ternyata kopi ABC susu yang selama ini saya elu-elukan itu juga tidak sanggup membuat mataku melek, rasanya semua organ tubuhku udah mulai pada protes minta istirahat kali yak, makanya kerja merekapun kayak yang males-malesan , sehingga berdampak porak porandanya mood buat menyelesaikan tugas. 

Terkadang sisi lain dari pemikiran saya bertanya, kenapa harus ada norma?, kenapa harus ada aturan?, kenapa harus ada tata krama?, kenapa harus ada batasan-batasan, untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran kita?. 

Saya sangat mengerti jika norma dan aturan itu diterapkan dengan tujuan agar nilai positif dalam hubungan sosial antara manusia tetap terjaga. Terlebih bagi kita yang menganut budaya ketimuran, dimana aturan dan tata krama merupakan satu hal yang sangat sensitif dan sangat kental dengan kesantunan dalam bertindak. 

Tapi terkadang norma dan aturan yang diterapkan untuk menjaga hubungan sosial antar manusia itu juga membatasi kebebasan berpikir manusia secara individu, sehingga merekapun tidak berani berpikir menembus batas norma yang telah diterpkan. Akibatnya mereka hanya mengikuti alur pemikiran yang sudah ada.
Dear Fee,

Kamu tau gak?, aku sediiih banget karena malam minggu kemarin kamu tidak menemaniku. Haaahh...apa boleh buat, aku harus menjalani malam yang dingin sendiri tanpamu karena aku sedang gak enak badan. Kepala ini terasa sakit, badan meriang, hidung meler, dan tenggorokanku terasa perih karena batuk. Dan karena semua itu akhirnya aku pun sakit hati, habisnya kamu hanya diam saja tak bergeming. 

Malam senin kemarin pun tak beda jauh dengan malam minggu. Ya, kamu masih tidak menemaniku, walaupun keadaanku sudah lumayan membaik, tapi jika kamu tidak menemaniku, tetap saja rasanya ada yang hilang. 

Dan malam ini...ah...masih sama dengan dua malam kemarin. Maafkan aku ya!. Sungguh, aku sangat merindukanmu. Rasanya hati ini sudah tidak bisa menahan keinginan berhadapan denganmu, membelaimu...huhhh...yang pasi aku sangat ingin kamu segera menemaniku disini. 
Ternyata masih sangat gencar pemberitaan tentang Protes Film “Innocence Of Muslims” ini. Dan dikabarkan Protes terhadap Film ini terus berlanjut di beberapa negara. Tadi saja waktu mengunjungi VivaNews, saya menemukan kabar terbaru tentang aksi demonstrasi besar yang dilakukan oleh Organisasi pro-toleransi agama yang berbasis di Brazil yaitu Brazilian Commission for Combating Religious Intolerance (CCIR).

Kabarnya sekitar 200.000 orang dari 25 kelompok agama bergabung dalam demonstrasi ini. 25 Kelompok ini diantaranya adalah para pemeluk Islam, Protestan, Katolik, Yahudi, Buddha, dan juga kepercayaan lokal, dan demo yang mereka lakukan ini dikabarkan berlangsung dengan damai.

Pagi ini, aku terbangun tak sepagi kemarin. Mungkin tembok sisi timur rumahku sudah tak sedingin subuh tadi. Terperanjat saat melihat sajadah, dan saya berfikir masih belum terlambat untuk menggunakannya.

Tak biasanya, secangkir kopi di pagi ini membawa ingatanku tertuju pada beberapa tahun lalu, saat aku dan kamu masih sering bertemu, saat terkadang kamu terasa begitu mengesalkan dan saat terkadang kamu begitu mengesankan.

Ini nih salah satu hal yang membuat saya kagum dari masyarakat pedesaan, jiwa saling membantu dan gotong royongnya masih sangat terpelihara. Contohnya seperti yang telah terjadi kemarin, saat salah satu warga didekat rumah Orang tuaku sedang merenovasi atap rumahnya. 

Sekitar pukul setengah tujuh pagi sudah mulai terdengar suara para pekerja yang sedang memasang kayu untuk rangka atap rumah itu. Tak lama kemudian suasana semakin terdengar ramai oleh banyak orang. Ya, rupanya itu adalah bapak-bapak yang akan membantu merenovasi rumah tersebut.  Mereka datang tak diundang dan nanti saat pulang pun tak diberi uang, dalam arti mereka datang dengan niat benar-benar untuk membantu, demi menjaga hubungan baik dengan tetangga dan warga lainnya.

Saya yakin, mereka tahu bahwa yang mereka benci adalah mahluk yang sejenis dengan dirinya.
Saya yakin, mereka tahu bahwa yang mereka caci maki adalah saudaranya. 
Saya juga yakin, mereka tahu bahwa yang mereka bunuh adalah sesamanya.
Ya...mereka adalah MANUSIA.  

Tapi kenapa mereka tidak mau mengerti jika mereka adalah sesama manusia?. Sesama manusia yang seharusnya saling menghargai dan saling melindungi. Apa mereka masih pantas disebut manusia?, ahh...tapi bagaimanapun mereka tetap manusia.

Belum lama ini ada sekelompok manusia, tapi saya lebih ingin menyebut mereka sebagai sekelompok setan-setan kecil yang berusaha memecah belah persaudaraan diantara manusia dengan cara membuat sandiwara tak guna yang menjijikan. Menghina idealisme saudaranya sendiri, menjatuhkan harga diri saudaranya sendiri, dan berniat membunuh dengan cara membuat mereka saling membunuh.


Dapet Undangan Pernikahan Dari Sahabat Diluar Kota = Seneng
Seneng = Harus Dateng
Harus Dateng = Prepare Buat Berangkat
Prepare Buat Berangkat = Kelarin Tugas
Kelarin Tugas = Sibuk
Sibuk = Capek
Capek < Pengin Hadir Diacara Nikahan = Tetep Berangkat
Tetep Berangkat = Pake Motor

Maka : Tetep Berangkat + Pake Motor + Keluar Kota = Capek Banget

Saya belum menikah, apalagi punya anak, jadi saya belum pernah merasakan gimana rasanya mengurus seorang anak. Tapi ketika saya memperhatkan sekitar, saya bisa membayangkan dan sangat yakin kalau mengurus anak itu pasti 'ramai rasanya'.

Tanggung jawab kita sebagai orang dewasa (terutama Orang Tua) untuk mendidik dan membentuk karakter, sifat dan sikap seorang anak, ya pastinya semua sudah mengerti itu. Tidak tahu wajar atau tidak, atau mungkin karena saya ini memang KEPO, ketika saya bertemu atau berinteraksi dengan anak-anak, saya cenderung selalu membandingkan karakter mereka, dari cara mereka berbicara, cara berinteraksi dengan sebaya dan dengan orang yang lebih tua, gestur, kebiasaan, dan tingkat pemahaman si anak terhadap apa yang saya sampaikan.


Sebelumnya saya mohon maaf kepada seluruh kaum wanita di seluruh dunia, pada postingan kali ini saya sama sekali tidak bermaksud untuk mempermainkan apalagi melecehkan kaum wanita, tapi ini hanya bercanda saja kok, karena selalu serius itu gak enak juga kan? :D

Saya mendapatkan tulisan ini dari flashdisk salah satu teman, dan tulisan ini sukses bikin saya ngakak sengakak-ngakaknya :D. Sayang saya gak tahu sumber sebenarnya dari tulisan ini. Lalu saya berpikir untuk membaginya disini, lumayan lah buat nambal postingan, berhubung saya belum bisa nulis lagi karena sedang ada tugas. Beginilah tulisannya, soal judulnya sih bikin sendiri aja yah hehe...

-----------------

Sifat Bahan : Berbahaya, Explosif, dan Korosif (terutama terhadap uang)
Nama Unsur : Wanita
Simbol : Wa
Massa Atom : Berkisar 40 kg,biasanya bervariasi antara 40 kg hingga 224 kg


Ini hanya tentang uneg-uneg saya soal kata “Wkwkwk...”. Sampai sekarang saya masih sering menemukan kata itu di dunia maya, dan sampai sekarang saya juga masih bingung bagaimana cara melisankan kata itu. “Wek wek wek” kah?, “Wak wak wak” kah?, atau...”We ka we ka we ka” gitu?, ah sepertinya itu terserah persepsi masing-masing ya? Padahal dulu saya juga pernah menggunakannya (itu karena faktor ikut-ikutan aja sih hehe...).

Saya yakin sobat-sobat sudah banyak yang pernah membaca artikel soal kata yang satu ini, tapi saya malah baru kepikiran untuk mencari tahu, haduh...saya memang selalu ketinggalan. Lalu saya iseng untuk search di Google, dan saya menemukan satu artikel yang cukup menggelikan tapi juga cukup informatif, yang berjudul “Arti Wkwkwk’ Dari Sudut Pandang Sains”. 

Dari sana saya mulai mendapat informasi. Ternyata kata “Wkwkwk” itu termasuk pada golongan Onomatopoeia. Onomatopoeia sendiri adalah suatu kata yang diciptakan/digunakan untuk meniru sebuah suara tertentu. Semacam “Boom” untuk suara ledakan bom, “Dag dig dug” untuk menggambarkan suara jantung, “Bang!” suara pistol (inggris), atau “Knock-knock” untuk suara ketukan pintu (inggris) dan masih banyak lagi. 

Adaptasi. Ya, itu hanya sebuah kata, tapi bagi saya sangat menyebalkan bila harus melakukannya. Tempat baru, orang baru, kebiasaan baru, aturan baru, pola pikir baru, dan tantangan baru. Sayangnya tidak ada pacar baru disini -__-*

Semua terasa berat jika lingkungan baru yang dimasuki mempunyai banyak perbedaan dengan lingkungan sebelumnya. Terlebih lagi jika banyak pihak yang memandang skeptis terhadap niat baik yang di lakukan, karen masih banyak hal yang dianggap tabu.

Saya sadar, dalam hal apapun, dengan berbagai macam alasan dan kepentingan, pro kontra akan selalu ada. Tapi disanalah kita akan belajar, belajar menerapkan apa yang kita pahami, belajar memahami apa yang kita lakukan, belajar memahami sebab akibat dari setiap keputusan yang kita buat, dan belajar memahami siapa mereka dan siapa kita.

Mungkin saya tidak se-idealis dulu, saat isi buku pelajaran masih dengan lancar mengaliri kepolosan otak ini, saat dengan begitu berani mengatakan bahwa apa yang kulakukan adalah yang paling benar, dan menganggap orang lain yang menyanggah adalah pemberontak. Kini saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk apa yang menurut saya baik.


Di daerah tempat tinggal saya terdapat dua blok pesawahan. Uniknya setiap blok sawah disini memiliki nama. Contohnya sawah blok yang berada di sebelah selatan tempat tinggal saya bernama ‘Darmaga’, dan blok sebelah utara bernama ‘Gudawang’. Sudah lama saya penasaran dengan asal-muasal pemberian nama-nama itu, tapi selama ini saya belum menemukan orang yang tahu pasti jawaban atas rasa penasaran saya itu. Untuk ‘Darmaga’ mungkin diambil dari kata ‘Dermaga’, tapi daerah ini kan sangat jauh dari laut. Kalau ‘Gudawang’ sih setahu saya itu nama sebuah Gua di Bogor.

Peta Sawah Darmaga & Gudawang

Tapi saya tidak akan membahas lebih jauh sejarah terbentuknya sawah-sawah tersebut, saya ingin bercerita tentang kekeringan yang melanda sawah-sawah disini.

Hanya postingan ringan. Ngabuburit tadi sore, saya mengisinya hanya dengan nangkring di Youtube. Di luar, ada beberapa anak kecil yang sedang bercanda sambil menyanyikan lagu 'Cingcangkeling', hmm...iseng saja saya tulis "cingcangkeling" di mesin pencari Youtube. Lalu tampaklah beberapa option video, dan perhatian saya tertuju pada Video dengan judul -Simfoni Untuk Bangsa: "Cing Cang Keling"- yang dibawakan secara Orcestra.

Saya klik tombol 'Play', mulai menyimak, dan 20 detik kemudian alis saya mulai terangkat, 1 menit kemudian musik ini sukses membuat saya merinding, dan gumam saya "...sialan...keren banget...!!!". Mungkin untuk orang lain penampilan ini biasa saja, tapi buat saya pribadi ini sangat berbeda. Bukan karena musiknya berasal dari daerah saya sendiri (Sunda), tapi ini soal kualitas bermusik dan suasana yang disajikan Sob.


Ini adalah kali kedua saya menjalani Bulan Ramadhan di Ciamis semenjak pada tanggal 22 Juli tahun lalu saya pindah lagi kesini setelah bertahun-tahun tinggal di Kota yang menjadi tempat saya tumbuh dewasa dan sangat saya cintai, yaitu Kota Bandung.

Suasana yang sangat berbeda saya temukan saat menjalani Ramadhan disini. Disini saya bisa lebih fokus untuk melakukan ibadah Ramadhan, mungkin karena lingkungan tempat tinggal disini yang lebih religius. Sangat berbeda saat saya tinggal di Bandung, disana saya terlalu disibukkan dengan aktifitas duniawi. Tarawih saja jarang, dalam satu bulan, tarawih saya bisa dihitung denga jari dalam satu tangan saja. Belum lagi puasa saya yang kayak jaring penangkap ikan, banyak bolongnya -_-“.

Kemarin malam kami menjalankan tarawih pertama di Ramadhan tahun ini. Ada yang berbeda dengan tahun kemarin, Imam yang memimpin tarawih di Mesjid kali ini bukan Ayah saya lagi, katanya sih memberi kesempatan anak muda menjadi Imam.

Satu hal yang saya suka saat tarawih pertama adalah masjid yang dipadati oleh para Jama’ah, bahkan padat sampai ke teras Mesjid. Alhamdulillah, bulan Ramadhan memang bisa membuat umat muslim menjadi lebih religius. Dan selain itu saya juga bisa bertemu banyak orang di mesjid, termasuk para gadis hihi...saya sangat suka kalau lihat anak gadis pergi ke Mesjid dan pakai Mukena, kadar ke-cakep-an nya bisa melonjak naik 658% dimata saya :D.

Alhamdulillahirabbilalamin, rasa syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberi kesempatan kepada saya khususnya dan seluruh Umat Muslim pada umunya untuk bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan. Dalam postingan kali ini saya ingin mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankannya.

Untuk memperjelas, silahkan klik pada gambar.

Semoga kita diberi kekuatan dan kesehatan dalam menjalankannya dan amal ibadah kita akan menjadi berkah dan mendapat ridho-Nya, Amin.